Sehat Bugar Jamu Indonesia

TN, trustnews.id
Selasa, 11 Juni 2019 | 05:41 WIB


Sehat Bugar Jamu Indonesia
Dwi Ranny Pertiwi Zarman - Ketua Umum Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional Indonesia (GP Jamu)
Masyarakat menganggap jamu sebagai obat alternatif, meski memiliki sejarah yang teramat panjang.  Inovasi dan persyaratan yang ketat serta gaya hidup membuat jamu diterima semua lapisan masyarakat bahkan ke lapisan masyarakat kelas atas. 
 
Keberadaan jamu berkelindan mengikuti sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Relief-relief pada Candi Borobudur, Prambanan, Sukuh dan Panataran menggambarkan kegiatan mengolah dan menggunakan jamu.
Jamu yang berasal dari kata jampi (Jawa Kuno) yang menggambarkan “ramuan ajaib” hasil racikan ahli pengobatan tradisional dengan mantra (doa) untuk menyembuhkan penyakit, punya banyak  nama dan tercatat dalam bilah-bilah lontar yang ditemukan, seperti Husada (Jawa), Usada (Bali) dan Lontrak Pabbura (Sulawesi Selatan). 
Modernisasi dalam bidang pengobatan nyatanya tak menggerus eksistensi jamu. Hanya daya beli masyarakat yang boleh dibilang menjadi lawan bagi jamu. Hal ini diakui Dwi Ranny Pertiwi Zarman, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional Indonesia (GP Jamu), bagaimana upaya meyakinkan masyarakat bahwa jamu itu baik dan tidak mengandung bahan kimia sehingga aman untuk dikonsumsi terus-menerus.  
“Kita terus memberikan edukasi kepada masyarakat bahwa jamu itu layak konsumsi karena tidak mengandung bahan kimia, karena ada Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang mengawasinya secara ketat dan pelaku industri juga terikat aturan aturan Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB),” ujarnya.
Dwi mengambil contoh Vermindo Internasional yang dipimpinnya dalam menjaga mutu dan kualitas produk bernama Vermint, obat herbal hasil estrak cacing, mengikuti standarisasi yang diterapkan pemerintah yakni CPOTB dan Good Manufacturing Practice (GMP), sistem yang diakui seluruh dunia untuk memastikan bahwa produk secara konsisten diproduksi dan diawasi sesuai dengan standar kualitas.
“Vermint dalam produksinya mengacu pada standar yang ditetapkan pemerintah sehingga bukan lagi jamu rumahan yang ditumbuk secara manual. Kita punya pabrik, berstandarnya internasional dan CPOTB dalam proses pembuatannya, tidak bisa lagi pakai pola tumbuk lalu dipasarkan karena ada aturannya yang harus dipenuhi dengan ketat,” paparnya.
Bagi Dwi, perubahan pola hidup masyarakat yang terus berkembang menuntut para pelaku industri jamu dan herbal untuk berbenah bila tidak ingin ditinggal konsumen. Tuntutan zaman itulah yang membuat Vermindo Internasional terus melakukan inovasi dengan memadukan daun dari Jepang yang terkenal membuat usia panjang, daun ashitaba, sehingga kualitasnya semakin meningkat lebih baik lagi.
Inovasi, lanjut Dwi, menjadi tantangan tersendiri bagi pelaku industri jamu dan herbal. Ini disadari, Indonesia merupakan salah satu negara megadiversitas terbesar di dunia. Dari 40 ribu spesies tanaman obat, sekitar 30 ribu spesies berada di Indonesia. Dari jumlah tersebut sebanyak 9.600 di antaranya memiliki khasiat obat dan baru sekitar 200 spesies dimanfaatkan sebagai obat tradisional.
“Kita tidak bisa bilang daun kelor, mengkudu atau daun sirsak itu berkhasiat bagi kesehatan tanpa dilandasi oleh hasil penelitian, sementara untuk menelitinya membutuhkan waktu lama dan biaya yang mahal dan hasilnya diserahkan kepada BPOM. Para pelaku industri jamu melihatnya dari BPOM dan membuatnya untuk dipasarkan. Sinergi ini menjadi kekuataan untuk membantu penemuan-penemuan terbaru dan diproduksi untuk masyarakat,” ujarnya.
Bahkan Dwi mengharapkan pemerintah mengajak masyarakat untuk menjadikan minum jamu sebagai bagian dari gaya hidup sehingga bisa masuk ke semua lapisan masyarakat.
“Pemerintah bisa mengkampanyekan atau mengimbau pihak hotel agar jamu sebagai welcome drink, penerbangan menawarkan jamu pada penumpangnya, pihak universitas melakukan kegiatan yang terkait dengan jamu lalu ada pelatihan membuat jamu sederhana kepada komunitas-komunitas sebagaimana beberapa tahun lalu dilakukan. Ini menjadi sinergi yang bagus bila dilakukan,” pungkasnya. (TN)