Penetrasi Bisnis Jasa Sarana
Rabu, 08 Maret 2023 | 09:45 WIB
Dok, Istimewa
"Pertama kali datang kesini (PT Jasa Sarana-red) banyak pekerjaan rumah yang harus dibenahi. Terutama di internal untuk menjadi BUMD yang layak diperhitungkan," ujar Indrawan Sumantri, Direktur Utama PT Jasa Sarana mengingat masa awal kepindahannya di 1999 itu kepada TrustNews.
Selain perbaikan di internal, Indrawan juga mendapat 4 penugasan yang tidaklah mudah untuk dikerjakan dan diwujudkan. Pertama, Membangun Rumah Sakit di sejumlah daerah di Provinsi Jabar bekerjasama dengan Aspen Docta Australia yang kemudian membentuk perusahaan patungan PT Sanusa Medika Hospitals.
Kedua, pengelolaan sampah di TPPAS Nambo yang outputnya berupa Refuse Derived Fuel (RDF), Bulir Pupuk, dan Biogas. Nantinya produk RDF ini akan dijual sebagai bahan bakar ramah lingkungan untuk pabrik semen seperti Indocement dan Bulir Pupuk dapat dijual ke PT Pupuk Indonesia atau masyarakat sesuai harga pasar.
Ketiga, membangun jalan khusus tambang Rumpin-Parung Panjang sepanjang 13 Km - 15 Km dengan titik awalnya dari Cigudeg.
Keempat, pembangunan moda transportasi umum berbasis listrik menjadi sistem mobilitas wilayah perkotaan. Untuk mewujudkan Bus Rapid Transit (BRT) di Bandung Raya, Jasa Sarana telah melakukan meeting pendahuluan dan workshop untuk rencana kerjasama dengan PT VKTR Teknologi Mobilitas dan PT Transportasi Jakarta (Transjakarta).
"Program bus rapid transit bekerjasama dengan Bank Dunia dan Deutsche Gesellschaft fur Internationale Zusam menarbeit (GIZ) Jerman," ujarnya.
Tak melulu fokus dalam urusan infrastruktur - dibuktikan dengan penghargaan Indonesia Best BUMD Awards pada tahun 2022 untuk bidang konstruksi dan infrastruktur - juga masuk dalam bisnis telematika melalui anak usahanya PT Jabar Telematika (JabarTel).
"Kita mencoba merekrut jagoan di Jabar Tel untuk menjadi leader di bidang IT. Tujuannya adalah Jabar Tel jadi ujung tombak karena digitalisasi telah menjadi keharusan," ujarnya.
"Kita juga melihat opportunity-nya karena dinas-dinas terkait di Jabar juga butuh produk digitalisasi. Contohnya adalah dari pajak kendaraan bermotor yang wajib di-support oleh teknologi input datanya," paparnya.
Untuk mewujudkannya, dia melanjutkan, JabarTel tengah merancang sistem pengendalian aset yang bisa di monitor. Sistem ini sendiri menggunakan satelit sehingga semua pergerakan kendaraan di Jabar bisa terpantau.
"Selain itu juga ada data center sehingga tidak perlu lagi dokumen fisik karena sudah terdigitalisasi. Untuk itu kita akan mengajukan kerja sama dengan BJB untuk produk e-materai. Kalau bisa punya lisensi e-materai, akan bisa menguntungkan bagi kedua belah pihak. Hal ini juga termasuk payment untuk bus rapid ke depan bisa terintegrasi dengan digital" paparnya. "Kita akan coba untuk menciptakan digitalisasi melalui Jabar Tel," tegasnya.
Baginya, keberhasilan sebuah BUMD tidak hanya dicermati dari sisi keuangannya semata, tidak saja kontribusi terhadap PAD dan multiplier effect-nya. Karena BUMD mempunyai posisi sebagai agent of development.
"Kita memiliki portofolio pada beberapa Jalan Tol diantaranya Tol Soreang Pasirkoja (Soroja), Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) dan apabila pertumbuhannya baik, maka ke depan sahamnya kan kami divestasikan," ungkapnya.
Pelepasan saham ini menurutnya, karena Jasa Sarana merupakan agent of development, bukan terlibat langsung dalam pengelolaan jalan tol namun lebih kepada support pembangunan infrastrukturnya.
"Jasa Sarana senantiasa mendukung program Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan sebagai salah satu garda terdepan bagi pembangunan infrastruktur di Jawa Barat," pungkasnya.
BACA JUGA