Mendulang Rupiah Dari Sarang Burung Walet

Hasan , trustnews.id
Minggu, 18 September 2022 | 12:40 WIB


Mendulang Rupiah Dari Sarang Burung Walet
Foto: Ilustrasi Sarang Burung Walet/Trustnews
Trustnews.Id - Bisnis sarang burung Walet di Indonesia, sangat menjanjikan. Produksi sarang burung walet di Indonesia jauh lebih besar dibandingkan negara-negara lain, seperti Malaysia, Thailand, Vietnam dan Filipina.

Sarang Burung walet di Indonesia sangat berkualitas dan bermutu bagus. Indonesia punya kualitas sarang burung walet nomor satu di dunia. Spesies khususnya Collocalia Fuciphaga atau yang dikenal dengan Walet Sarang Putih, populasinya di Indonesia mencapai sekitar 100 juta burung tersebar di wilayah Sumatra, Kalimantan, Jawa, Bali, Sulawesi, Nusa Tenggara.

Burung ini tergolong burung pemakan serangga kecil dan merupakan salah satu burung yang memiliki kemampuan ekolokasi. Seperti halnya kelelawar, walet juga mampu melakukan ekolokasi, yakni kemampuan mengeluarkan suara berfrekuensi tertentu secara terputus-putus dan kemudian menangkap kembali pantulan suara tersebut untuk menentukan jarak dan letak sebuah benda yang memantulkannya.

Kemampuan ini memungkinkan walet untuk berorientasi di tempat yang gelap. Ekolokasi pada walet biasanya disertai dengan suara "lengkingan" yang mampu didengar oleh telinga manusia, sedangkan kelelawar hanya mengeluarkan suara infrasonic berfrekuensi rendah yang tidak mampu didengar manusia. Suara lengkingan pada walet dihasilkan oleh organ yang terletak di belakang tenggorokan yang disebut cyrix. Selain untuk mendeteksi keberadaan benda (berburu) dan untuk menemukan sarangnya kembali, ekolokasi pada walet juga digunakan untuk berkomunikasi.

Indonesia merupakan negara penghasil sarang burung walet terbesar di dunia dengan produksi sekitar 1500 ton per tahun. Sekitar 80% produk sarang burung walet Indonesia di ekspor ke China dengan harga berkisar Rp 10 juta – Rp 30 juta per kilogram. Harga jual produk sarang walet di dalam negeri atau ke negara non China biasanya lebih rendah. Eksport walet dapat mendorong peningkatan perekonomian nasional dan menambah devisa negara. Selain itu, ekspor walet bisa menambah lapangan kerja.

“Yang terpenting saat ini bagaimana kita menjaga kualitas sarang burung Walet, karena memang sejak dulu kualitas sarang burung Walet asal Indonesia dikenal cukup baik. Untuk menjaga keunggulan ini, seharusnya Indonesia bisa membuat produk nilai tambah dari sarang burung (value-added products) seperti bottling, kosmetik, dan lain-lain. Hal ini juga bisa merupakan strategi untuk memperluaskan pasar di dalam dan di luar negeri. Saat ini pasar ekspor kita yang terbanyak ke China, karena memang mereka mengkonsumsi sarang burung walet sejak ratus,an tahun yang lalu,” tegas Ketua Umum Perkumpulan Pengusaha Sarang Burung Indonesia (PPSBI), DR. Boedi Mranata.

Dunia sarang burung perwaletan baik di Indonesia maupun di luar negeri pasti sudah tidak asing lagi dengan nama DR. Boedi Mranata. Dialah pelopor bisnis sarang walet dari pola tradisional (mitos hoki) menjadi modern dengan dukungan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi. Dia juga pionir pengusaha walet yang merangkap sebagai ilmuwan atau peneliti.

Beberapa jabatan penting di sandang Pria kelahiran Banyuwangi, Jawa Timur itu. Mulai dari presiden direktur perusahaan sarang walet berbendera PT Adipurna Mranata Jaya, Ketua Umum Perkumpulan Pengusaha Sarang Burung Indonesia (PPSBI) hingga Dewan Pembina Harapan Rainforest, sebuah lembaga penyelamatan hutan tropis.

Menurut Boedi, setiap tahunnya terjadi tren penambahan permintaan untuk export terutama China. Untuk negaranegara lain seperti Amerika Serikat, Eropa dan Australia, masih ada bangsa pasar yang potensial untuk dikembangkan.

"Ekspor sarang burung ke China paling jelas regulasinya dan paling ketat peraturannya dibanding ke negara lain. Saya kira kita harus tetap mempertahankan kualitas dan menambah jumlah ekspor sarang burung sehingga bisa menjadi penambahan devisa yang cukup berarti bagi Indonesia”.

(tn/san)