Taspen Life Menjawab Era Millennial

TN, trustnews.id
Sabtu, 17 Agustus 2019 | 09:42 WIB


 Taspen Life Menjawab Era Millennial
Direktur Utama Taspen Life Maryoso Sumaryono
Beragam inovasi dilakukan Taspen Life dalam merangkul generasi digital. Transformasi digital memudahkan pelayanan.

Dalam rentang waktu 15 tahun, 2020-2035, Indonesia akan mendapat anugerah bonus demografi. Diperkirakan puncaknya pada 2030 mendatang. 
Pada masa puncak itu, jumlah kelompok usia produktif (umur 15-64 tahun) jauh melebihi kelompok usia tidak produktif (anak-anak usia 14 tahun ke bawah dan orang tua berusia 65 ke atas). Jadi, kelompok usia muda kian sedikit, begitu pula dengan kelompok usia tua. Bonus demografi ini tercermin dari angka rasio ketergantungan (dependency ratio), yaitu rasio antara kelompok usia yang tidak produktif dan yang produktif. 
Pada 2030 angka rasio ketergantungan Indonesia akan mencapai angka terendah, yaitu 44%. Pada tahun ini, rasio kelompok usia produktif dengan yang tidak produktif mencapai lebih dari dua kali (100/44). Singkatnya, selama terjadi bonus demografi tersebut komposisi penduduk Indonesia akan didominasi oleh kelompok usia produktif yang bakal menjadi mesin pendorong pertumbuhan ekonomi kita. 
“Bila melihat komposisi jumlah kelompok usia produktif 15 tahun sampai 64 tahun jumlahnya tidak tanggung-tanggung hampur 70%. Tentunya menjadi peluang dan harus bisa dimanfaatkan dengan cara digital dalam menyasarnya,” ujar  Presiden Direktur Taspen Life, Maryoso Sumaryono, kepada TrustNews.
Mengapa digital, Maryoso menerangkan, generasi millennial sangat lekat dengan perkembangan teknologi. Perubahan gaya hidup dengan bermunculannya aplikasi belanja dan sistem pembayaran, membuat generasi millennial mencari cara yang cepat dan mudah, yakni berbelanja secara online.
“Generasi millennial tidak lagi berbelanja ke toko, tapi lewat online shop. Kita masuk dengan cara yang sama yakni membeli asuransi dan membayar asuransi melalui handphone. Ini sedang kita siapkan,” ujarnya. 
Bagi Maryoso, era digital  tidak bisa dihindari. Maka mau tidak mau, Taspen Life juga harus bertransformasi untuk bisa mengikuti perkembangan teknologi yang ada saat ini. Dengan bertransformasi ke arah digital, akan memudahkan masyarakat dari segi pelayanan.
Pemanfaatan teknologi melalui digitalisasi, lanjutnya, telah digunakan Taspen Life dalam mengelola dana pensiun dan Tabungan Hari Tua (THT) serta jaminan sosial lainnya yang terpercaya dan memenuhi target pembayaran manfaat pensiun sesuai prinsip tepat orang, tepat waktu, tepat jumlah, tepat tempat, dan tepat administrasi.
“Layananan kita ada namanya autoklaim atau klaim otomatis. Umumnya di industri asuransi jiwa, klaim itu baru bisa dibayarkan ketika si pemegang polis atau pesertanya mengajukan ke perusahaan asuransinya. Di Taspen Life berbeda, pihak perusahaan tempat pemegang polis bekerja, bisa memberikan data ke kita satu bulan sebelum si pegawai pensiun,” ujarnya.
Pada saat si pegawai nanti pensiun, lanjutnya, secara otomatis uangnya akan dikirimkan ke rekening. Tidak perlu mengajukan formulir atau apapun. “Tepat saat pegawai pensiun, maka dia akan terima uangnya. Kita bikin jadi simpel,” ujarnya.
Beragam inovasi yang dilakukan Taspen Life merupakan suatu strategi dalam ketatnya persaingan di industri asuransi. Untuk bisa memenangkan persaingan, ada tiga hal yang harus dimiliki yakni kekuatan produk, kekuatan brand dan kekuatan layanan. 
“Banyaknya perusahaan asuransi membuat persaingan semakin ketat. Bagaimana kita bisa menang di pasar, tentu dengan kekuatan produk kita, dengan kekuatan brand kita dan dengan kekuatan layanan kita. Itu yang kita jual terus. Semua itu tantangan, tapi harus kita kerjakan,” paparnya.
Namun Maryoso tidak melihat adanya perang tarif antar perusahaan asuransi sebagaimana sinyalemen yang berkembang. Ini dikarenakan, setiap produk asuransi sebelum dipasarkan harus mendapat persetujuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
“Kalau jor-joran sih nggak, setiap produk asuransi harus mendapat persetujuan dulu dari OJK sebelum dipasarkan. Secara teknis produk asuransi cukup prudent dan memang layak untuk dipasarkan,” ujarnya.
Taspen Life, lanjutnya, dalam melahirkan suatu produk asuransi terlebih dahulu melihat celah pasar yang akan dimasuki. Untuk itu diperlukan survei dalam membaca apa yang sebenarnya diinginkan masyarakat. Hasilnya, Taspen Dwiguna Sejahtera dan Taspen Proteksi Beasiswa.
“Ada begitu banyak produk asuransi dipasaran, Taspen Life harus pandai-pandai melihat celah. Untuk tahu produk asuransi seperti apa yang dibutuhkan masyarakat, kita melakukan survei. Hasilnya memperlihatkan produk beasiswa dan produk untuk orang-orang yang akan pensiun yang diminati oleh pasar, sehingga produk itu yang ditawarkan,” ujarnya.
Produk Taspen Dwiguna Sejahtera, dijelaskan Maryoso, merupakan produk asuransi jiwa dengan hasil pengembangan investasi optimum yang dapat dimanfaatkan sebagai tabungan hari tua saat memasuki masa pensiun.
“Premi tunggal dengan masa kontrak asuransi selama lima tahun, maka sekian tahun akan mendapat benefit. Kalau dia mengalami resiko meninggal dunia atau meninggal dunia karena kecelakaan, maka kita akan berikan santunan benefit,” ujarnya.
Mengacu pada Laporan Keuangan Tahun 2018, pada Februari lalu,  kinerja Taspen Life selama tahun 2018 berhasil menunjukkan pertumbuhan yang positif. Hal tersebut terlihat pada pendapatan premi perusahaan tahun 2018 yang berhasil mencapai Rp 528,12 miliar meningkat sebesar 6,79% dari tahun sebelumnya yaitu Rp 494,53 miliar. 
Atas pertumbuhan pendapatan premi tersebut, perusahaan berhasil mencatatkan pertumbuhan pendapatan premi produk individu hingga sebesar 2.701,21%.
Pertumbuhan pendapatan premi tersebut merupakan keberhasilan Taspen Life dalam memperluas pangsa pasarnya serta meningkatkan sinergi usaha dengan induk perusahaan, yaitu PT Taspen (Persero). 
Perolehan hasil investasi pada tahun 2018 sebesar Rp 243,45 miliar meningkat 7,91% dari tahun sebelumnya yaitu Rp 225,60 miliar. Atas pertumbuhan pendapatan premi dan hasil investasi tersebut, Taspen Life pada tahun 2018 berhasil mencatatkan total pendapatan sebesar Rp 738,45 miliar, meningkat 8,59% dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 680,03 miliar.
Taspen Life terus meningkatkan kinerjanya dan melakukan penetrasi pasar, sehingga sampai dengan Desember 2018 jumlah pesertanya sebanyak 582.626 peserta atau meningkat 12,61% dari tahun sebelumnya yakni sebanyak 517.367 peserta. 
Taspen Life berkomitmen untuk menjadi perusahaan asuransi jiwa yang terpercaya dan selalu memberikan pelayanan yang terbaik bagi para peserta,hal tersebut terlihat pada tahun 2018 Taspen Life telah membayarkan klaim sebesar Rp 468,30 miliar.
Atas pencapaian kinerja yang positif selama tahun 2018, Taspen Life berhasil mencatat kenaikan laba sebesar 16,11% menjadi Rp 76,15 miliar dari Rp 65,58 miliar di tahun sebelumnya. 
“Saya ingin suatu saat nanti Taspen Life menjadi 10 besar industri asuransi. Kita sudah sudah membangun legacy, membangun image dan membangun sistem sumber daya manusia. Mudah-mudahan dengan semua yang telah dilakukan Taspen Life bisa masuk 10 besar perusahaan asuransi,” pungkasnya. (TN)


BACA JUGA