Jalur Beras Transformasi Bisnis Dhirga Surya

Hasan, trustnews.id
Minggu, 09 April 2023 | 09:48 WIB


Jalur Beras Transformasi Bisnis Dhirga Surya
TRUSTNEWS.ID,. -Suntikan modal menjadi upaya PT Dhirga Surya Sumatera Utara memaksimalkan perannya untuk meningkatkan pendapatan petani sekaligus menjaga ketersediaan beras di tengah masyarakat. 

Ini mengingat sebagai perusahaan BUMD yang 100 persen sahamnya dimiliki Pemerintah Provinsi Sumatera Utara mendapat penugasan menjaga harga dasar gabah kering panen (GKP) dengan harga dasar gabah yang stabil. 

Isfan Fachruddin, Direktur Utama Dhirga Surya, mengatakan pihaknya mendapat penugasan menjaga harga dasar Gabah Kering Panen (GKP) untuk memenuhi kebutuhan beras 29.289 ASN Sumatera Utara. 

"Sejak awal berdiri Dhirga Surya fokus memggarap pariwisata khususnya perhotelan. Kemudian mendapat penugasan baru menjaga harga dasar GKP dengan membelinya lalu kita jual beras premium kepada para ASN yang mendapatkan tunjangan beras," ujar Isfan Fachrudin kepada TrustNews. 

Praktik berjualan beras yang dijalankan Dhirga Surya, menurutnya, tidak berbeda dengan foodcourt center yang sudah berjalan di beberapa provinsi lainnya di Indonesia. Dalam hitung-hitungannya, kebutuhan 29.000 ASN diperkirakan sebanyak 150 ton beras setiap bulannya akan diserap. Itu menjadi captive market bagi Dhirga Surya. Hingga masa jabatan Isfan berakhir 17 Maret lalu harga jual konsisten diangka Rp 12.500/kg. 

"Kami memiliki dua resi gudang di Serdang Bedagai dan Langkat dengan kapasitas mesin 150 ton/bulan. Untuk ASN sebanyak 150 ton sisanya dijual melalui Indomaret dan Alfamart. Setelah kita lakukan kerja sama untuk memasarkan beras milik kita," paparnya. 

Namun diakuinya, menjadi badan stabilitas harga GKP tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Ini terkait dengan tinggi atau rendahnya harga pupuk dipasaran dan fluktuasi harga pupuk mempengaruhi harga GKP di tangan petani. 

Dia mencontohkan, Dari keterangannya, per 2 hari yang lalu Dhirga Surya membeli gabah masih dengan harga sekitar Rp5.800 per kg. Sedangkan harga jual di pasar masih dipatok Rp12.500 per kg. 

"Mereka (petani) kan sudah talangkan dari beberapa bulan yang lalu. Dari mereka proses produksi kan harga sudah tinggi, jadi mereka harus sesuaikan juga. Mana mau mereka jual dibawah harga yang mereka keluarkan. Yang susah kan petaninya ini sekarang," sambungnya. 

Tak hanya itu saja, menurutnya, pasokan GKP dari petani juga menjadi tantangan bagi pabrik penggilingan beras. Saat stok GKP langka itu artinya tak ada padi yang bisa digiling. Alhasil, produksi terhenti dan omzet sehari-hari kian mengecil. 

"Tantangan terberat saat ini adalah belum stabilnya harga jual gabah ditengah petani sehingga menyulitkan perusahan industri beras (kilang) untuk memproduksi beras, karena kelangkaan gabah dan tingginya harga jual gabah," tambahnya. 

Dengan sejumlah alasan itu, menurutnya, Dhirga Surya berharap ada tambahan penyertaan modal agar Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) itu bisa lebih memaksimalkan perannya untuk meningkatkan pendapatan petani sekaligus menjaga ketersediaan beras di tengah masyarakat. 

Selain bisa mendapatkan harga jual sesuai yang berlaku, adanya alat pertanian membuat Dhirga Surya bisa membantu petani mendapatkan hasil padi yang lebih baik dan banyak dan petani juga mendapatkan harga yang pantas. 

"Harapan ke depan agar program beras Dhirga Surya dapat berjalan dengan lancar memerlukan modal tambahan," pungkasnya.