Upaya Membangkitkan Industri Percetakan

Hasan, trustnews.id
Rabu, 08 Maret 2023 | 09:38 WIB


Upaya Membangkitkan Industri Percetakan
Dok, Istimewa
TRUSTNEWS.ID - Ditengah tren perlambatan global. Pada Desember 2022, Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur meningkat ke level 50,9, dari sebelumnya sebesar 50,3.

Industri agro Indonesia pada triwulan IV 2022 tercatat tumbuh signifikan dengan pertumbuhan 5,41 persen. Secara umum pertumbuhan ini jauh lebih membaik dari tahun 2020 ke 2022/2023.

"Bila di 2020 industri agro secara umum tumbuh 0,44 persen, 2021 tumbuh di angka 1,57 persen dan 2022 tumbuh sampai 3,78 persen. Maka kedepannya bisa lebih bagus dimana target 5 persen pada 2023 dapat terwujud. Ini sudah cukup bagus dan semua sudah tumbuh. Kalau melihat data yang ada kami yakin 2023 sudah stabil, papar Putu Juli Ardika, Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian, menjawab TrustNews terkait pertumbuhan industri agro di 2023.

Ini terlihat dari aktivitas manufaktur nasional masih mencatatkan ekspansi yang tinggi, di tengah tren perlambatan global. Pada Desember 2022, Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur meningkat ke level 50,9, dari sebelumnya sebesar 50,3 (November 2022).

"Kita sudah 17 bulan tetap terjaga pada zona ekspansif selama enam belas bulan berturut-turut. Data index yang Kemenperin keluarkan sama yang dikeluarkan Bank Indonesia, hanya saja data kita (Kemenperin-red) bisa lebih dalam melihatnya ada di angka 50,89 persen. jadi masih ekspansi di bidang produksi dan pesanan baru, jadi stoknya sedang dihabiskan," ujarnya.

"Ekspansi ini dari kontribusi industri sekitar 68 persen dari total nilai ekspor nasional. Ke depan kita lihat pertumbuhan secara gabungan, sehingga kita optimis kondisi dunia usaha 6 bulan ke depan 58 persen. Ini dihitung tiap bulan dan pandangan untuk 6 bulan kedepan," paparnya.

Pencapaian tersebut, menurut Putu Juli Ardika, dikarenakan Kemenperin fokus menjalankan hilirisasi industri untuk meningkatkan nilai tambah sumber daya alam Indonesia. Bahkan hilirisasi bukan hanya menjadi prime mover bagi perekonomian nasional.

Tapi juga menciptakan dampak berganda dari aktivitas hilirisasi, meningkatkan nilai tambah bahan baku dalam negeri, menarik investasi masuk di tanah air, menghasilkan devisa besar dari ekspor, dan menambah jumlah serapan tenaga kerja.

“Di tengah momentum kenaikan harga komoditas, Indonesia perlu terus memacu hilirisasi komoditas unggulan. Sehingga ekspor Indonesia tidak lagi berasal dari komoditas hulu, namun mengandalkan komoditas hilir yang memiliki nilai tambah tinggi,” paparnya.

"Kita bisa melihat ekspor itu didorong di industri agro. Diantaranya industri manufaktur, mamin, oil food, aper dan harapan ke depan dari percetakan," ujarnya.

"Mengapa percetakan kita dorong karena kita optimis 2023-2024 akan ada lelang Rp 1 triliun. Harapannya kita mampu mengisi itu semua. Kita juga terima kasih pada Bank Indonesia karena sudah menggunakan kertas uang kita, sehingga utilisasi sampai 98 persen. Kita akan jangkau yang produksi visa, paspor dan lainnya. Termasuk upaya kita untuk bisa mencetak paspor untuk negara lain," paparnya.

Putu Juli Ardika juga melihat realisasi investasi sepanjang tahun 2022 mencapai Rp 136,5 triliun, tumbuh 60,16% secara tahunan (year on year/yoy). Ini merupakan pertumbuhan investasi yang pesat pada 2022, bahkan tertinggi sepanjang sejarah.

Adapun realisasi investasi dalam bentuk Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp 64,32 triliun dan kontribusi terhadap total investasi Agro sebesar 47,12% selama tahun 2022. Secara year on year, realisasi PMA tumbuh 30,31%.

Tingginya pertumbuhan realisasi PMA hingga 30,31% menunjukkan bahwa Indonesia tetap dipandang positif di te-ngah gejolak perekonomian dunia.

Sedangkan realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) mencapai Rp 72,18 T, dengan kontribusi terhadap total investasi agro sebesar 52,88%. Secara year on year, pertumbuhan realisasi PMDN mencapai 101%.

"Investasi ini luar biasa di 2022? Kami ada Sesditjen dan baru kami coba organisir untuk menginjeksi teknologi ke seluruh wilayah industri di indonesia, kita perlu provider dan offtaker. karena kalau sudah demikian kemampuan kita akan bertambah, baik kualitas maupun kuantitas," pungkasnya.