Hilirisasi Pangan Lokal Kurangi Kandungan Impor
Rabu, 10 Agustus 2022 | 16:57 WIB
Kemenprin.go.id/TrustNews
Pada kuartal II tahun 2021, sektor tersebut menyumbang sebesar 8,77 persen terhadap PDB nasional, atau 60 persen terhadap pertumbuhan PDB industri pengolahan nonmigas.
"Targetnya pertumbuhan diharapkan 5,42 persen dan kontribusi 9,57 persen yang di PDB Nasional. Kalau di nonmigas industri agro masih 60 persen. Itu yang terbesar di sub sektor nonmigas dan sudah sangat clear di kita," ujar Direktur Jenderal
Industri Agro Kementerian Perindustrian, Putu Juli Ardika menjawab TrustNews. Meski memberikan kontribusi yang besar, Putu Juli, mengingatkan kemungkinan terganggunya suplai karbohidrat (non beras), yakni gandum.
Hal tersebut merupakan imbas dari perang Rusia dan Ukraina sejak Februari lalu. Sebagai informasi, perang tersebut ternyata menempati peran besar dalam ekspor beberapa komoditas. Komoditas ekspor andalan negara Rusia adalah gandum, minyak mentah, dan batu bara.
Sedangkan negara Ukraina memiliki komoditas andalan berupa jagung, gandum, dan seed oil. Keduanya adalah negara yang berperan besar dalam ekspor komoditas nonmigas berupa batu bara dan CPO (minyak sawit).
Konflik yang terjadi di antara keduanya ternyata membuat harga ekspor komoditas nonmigas tersebut melonjak naik. Hal ini disebabkan timbul kelangkaan pada barang andalan ekspor kedua negara tersebut.
“Rusia dan Ukraina itu gandumnya 29 persen berpengaruh pada ekspor dunia. Kalau mereka ada masalah, pastikan semua terganggu. Dalam kondisi tersebut sudah hampir 22 negara melakukan proteksi kebutuhan dalam negeri. Makanya presiden melarang ekspor," ujarnya.
Seperti yang diketahui, Perang Rusia-Ukraina memiliki peran besar dalam ekspor beberapa komoditas. Komoditas ekspor andalan negara Rusia adalah gandum, minyak mentah, dan batu bara.
Berdasarkan catatan Kemenperin, kebutuhan gandum untuk industri pada tahun ini mencapai 11,1 juta ton untuk bahan baku tepung terigu yang belakangan bakal diolah menjadi bahan makanan. Dari total kebutuhan gandum tersebut, sekitar 2,8 juta ton dipenuhi dari Ukraina atau 25,2 persen dari total kebutuhan dan dari Rusia sebesar 2.900 ton. Negara pemasok gandum lainnya ke Indonesia diantaranya Australia sebesar 4,6 juta ton, Kanada 1,9 juta ton, Argentina 606 ribu ton, Amerika 447 ribu ton, dan India 318 ribu ton.
“Pembatasan perjalanan masuk yang diterapkan oleh beberapa negara sebagai dampak pandemi Covid-19 yang masih berlangsung sampai saat ini menjadi kendala untuk melakukan audit atau verifikasi ke negara yang akan memasok gandum,” ujarnya.
Sementara itu, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan harga gandum impor Indonesia sudah mencapai US$ 367 per ton pada Maret 2022 atau mengalami kenaikan sebesar 26 persen jika dibandingkan dengan posisi tahun lalu di angka US$ 290 per ton.
Pada awal tahun ini, International Grain Council (IGC) melaporkan perang Rusia-Ukraina yang belakangan menimbulkan ketegangan di Laut Hitam turut menjadi faktor kenaikan harga gandum di pasar dunia. Ketegangan di Laut Hitam itu mengungkit sub-indeks gandum sebesar 12 persen w/w hampir mendekati puncak selama 14 tahun ter-akhir.
Perang Rusia dan Ukraina yang menyebabkan terganggunya supply chain, menurutnya, menjadi momentum bagi Indonesia untuk menumbuhkan industri pembuatan tepung mocaf (modified cassava flour) sebagai pengganti terigu.
Saat ini, sentra produksi ubi kayu di Indonesia tersebar di provinsi Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Sumatera Utara. Biasanya ubi kayu segar diolah menjadi bahan baku tapioka atau tepung singkong.
Mocaf (Modified Cassava Flour) merupakan sebutan familiar untuk tepung ubi kayu yang telah termodifikasi melalui fermentasi melibatkan starter mikroba tertentu yang bermanfaat untuk pangan. Dalam proses fermentasi tersebut mikroba memproduksi enzim dan asam-asam organik yang mengubah struktur pati yang pada ubi kayu bisa menghasilkan tepung dengan aroma dan tekstur yang sangat baik dan bisa digunakan untuk bahan baku aneka makanan yang selama ini menggunakan terigu, seperti mie, biskuit, brownies, roti tawar, dan lain sebagainya.
"Kita punya banyak sumber seperti ketela pohon yang kalau diolah jadi tepung atau mocaf. Nah ini diharapkan bisa mensubsidi atau mengurangi impor berbasis karbohidrat," terangnya.
"Kita selalu berupaya dalam mengantisipasi permasalahan pangan dunia ke depan caranya mendorong pengembangan hilirisasi dan ekspor pangan lokal. Upaya ini dilakukan untuk mengurangi kandungan impor sekaligus meningkatkan ketahanan pangan dan perekonomian nasional," pungkasnya. (tn/san)
BACA JUGA