Program Manis TAMPAN
Rabu, 23 April 2025 | 07:48 WIB

Doc, Istimewa
Di bawah kepemimpinan Direktur Utama Mohammad Abdul Ghani, PTPN mengoptimalkan aset pertaniannya yang luas dan menjalin kemitraan strategis untuk meluncurkan sejumlah inisiatif. Fokusnya adalah meningkatkan produksi komoditas utama seperti gula, minyak sawit, beras, dan susu—sektor-sektor kunci untuk mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor di tengah tantangan keamanan pangan global yang semakin berat.
Di industri gula, Mohammad Abdul Ghani mengarahkan PTPN melalui anak usahanya, PT Sinergi Gula Nusantara (SGN), untuk meluncurkan Program Manis. Inisiatif unggulan ini menargetkan swasembada gula nasional dengan membangun ekosistem kolaboratif yang melibatkan petani, pemerintah, bank milik negara (Himbara: BRI, Mandiri, dan BNI), serta PT Pupuk Indonesia.
"Melalui Program Manis, kami merekrut agripreneur muda di sektor tebu dan mendirikan Saung Manis sebagai pusat pelatihan petani serta akses pembiayaan di wilayah seperti Mojokerto, Kediri, dan Bone," ungkap Abdul Ghani dalam wawancara dengan TrustNews.
"Kami ingin memodernisasi pertanian tebu dan meningkatkan produktivitas panen," tambahnya.
Di sektor minyak sawit, Abdul Ghani memimpin konsolidasi operasi PTPN III melalui PalmCo (PTPN IV). Ada dua tujuan utama: meningkatkan produksi minyak sawit mentah (CPO) untuk pasar ekspor dan melipatgandakan produksi minyak goreng domestik dari 460.000 ton pada 2021 menjadi 1,8 juta ton pada 2027.
PalmCo, sebagai sub-holding pengelola perkebunan sawit grup, menargetkan penguasaan lebih dari 600.000 hektare lahan pada 2026. Jika tercapai, PalmCo berpotensi menjadi produsen minyak sawit terbesar di dunia berdasarkan luas lahan, memperkuat dominasi Indonesia di pasar global senilai 60 miliar dolar AS. Upaya ini juga mendukung keamanan pangan nasional, khususnya memastikan ketersediaan minyak goreng terjangkau bagi 270 juta penduduk Indonesia.
"Kami berkomitmen memperkuat pasokan dalam negeri sambil menjaga daya saing di pasar internasional," tegas Abdul Ghani.
Namun, diakuinya bahwa keberhasilan PalmCo bergantung pada kemampuan menyeimbangkan tekanan lingkungan, kebutuhan ekspor, dan pasokan domestik—tantangan rumit yang dihadapi pemerintah untuk memenuhi ekspektasi pasar sekaligus rakyat. Tak berhenti di situ, PTPN memperluas diversifikasi pertaniannya ke sektor beras melalui Program TAMPAN.
Program ini memanfaatkan lahan peremajaan sawit milik petani rakyat untuk menanam padi gogo. Dalam lima tahun ke depan, ditarget- kan 206.000 hektare lahan dapat menghasilkan 500.000 ton gabah per tahun. Inisiatif ini menawarkan manfaat ganda, yakni memperkuat cadangan beras nasional dan memberikan pendapatan tambahan bagi petani sawit.
Didukung Kementerian BUMN, Kementerian Pertanian, dan Kementerian Koordinator Bidang Pangan, TAMPAN menjadi bukti sinergi antara kebijakan negara dan dampak nyata di tingkat petani.
"Ini adalah wujud nyata bagaimana kami mengoptimalkan aset untuk ketahanan pangan," ujar Abdul Ghani.
"Meski kontribusinya masih kecil dibandingkan konsumsi beras tahunan Indonesia yang mencapai 30 juta ton, program ini menunjukkan peran PTPN dalam memanfaatkan lahan terbengkalai," tambahnya.
Di luar komoditas pokok, Abdul Ghani mendorong PTPN merambah peternakan sapi perah dengan memanfaatkan aset lahan untuk membangun operasi peternakan modern bersama Direktorat Jenderal Peternakan Kementerian Pertanian. Tujuannya jelas: memangkas impor susu senilai 1,5 miliar dolar AS sekaligus memenuhi kebutuhan protein hewani uang terus meningkat melalui rantai pasok lokal.
"PTPN berupaya meningkatkan keamanan gizi dan menekan aliran devisa keluar. Ini sejalan dengan semangat nasionalisme ekonomi Presiden Prabowo," tutupnya. (TN)
BACA JUGA

Karet Tulang Punggung Bisnis PTPN I
Rabu, 23 April 2025 | 07:18 WIB
BPR di Tengah Tantangan Regulasi dan Perubahan Ekonomi
Kamis, 20 Maret 2025 | 00:46 WIB
Gerakan Pangan Murah. Pj Gani Pastikan Harga Stabil di Kota Bekasi
Jumat, 08 November 2024 | 10:21 WIB