Perumda Pasar Jaya: Dimana Tradisi Bertemu QR Code

TN, trustnews.id
Kamis, 19 Juni 2025 | 13:24 WIB


Perumda Pasar Jaya: Dimana Tradisi Bertemu QR Code
Dok, Perumda Jaya
TRUSTNEWS.ID - Di tengah gempuran e-commerce yang mengubah pola belanja masyarakat, Perumda Pasar Jaya, pengelola 153 pasar tradisional di DKI Jakarta, berjuang mempertahankan eksistensi pasar rakyat sebagai tulang punggung ekonomi lokal di era serbadigital.

Namun, tantangan yang dihadapi tidak ringan. Persaingan dengan platform belanja daring, pergeseran preferensi konsumen, serta kebutuhan akan digitalisasi menguji ketangguhan strategi Pasar Jaya. Untuk menandingi kenyamanan ritel modern dan e-commerce, mereka gencar melakukan revitalisasi fisik pasar.

Sejak 2023, sebanyak 67 pasar telah dipercantik dengan pengecatan eksterior, sementara 12 pasar menjalani revitalisasi menyeluruh. Selain itu, dilakukan 227 kegiatan perawatan sipil serta mekanikal-elektrikal guna menjaga fungsi dan kenyamanan pasar.

Toilet di lima pasar telah ditingkatkan kualitasnya, dan di Pasar Induk Kramat Jati, pengelolaan sampah mandiri serta penataan pedagang kaki lima menjadi langkah konkret menciptakan lingkungan bersih dan tertib.

Optimalisasi lahan di 19 pasar menjadi sarana olahraga pun menambah nilai komunal, menjadikan pasar sebagai ruang sosial, bukan sekadar tempat transaksi.

“Langkah ini bertujuan mengubah persepsi bahwa pasar tradisional itu kotor dan semrawut. Kami ingin menarik kembali konsumen yang beralih ke platform online karena mengejar kenyamanan dan kebersihan,” ujar Agus Himawan, Direktur Utama Perumda Pasar Jaya, kepada TrustNews.

Dalam menghadapi dominasi e-commerce, Pasar Jaya juga mengadopsi teknologi digital untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing. Sistem pembayaran elektronik untuk biaya pengelolaan pasar telah diterapkan bekerja sama dengan perbankan, sementara transaksi berbasis QRIS mulai memudahkan pedagang dan pembeli.

“Manajemen berbasis digital juga mulai kami gunakan untuk menyederhanakan operasional,” tambah Agus.

Namun, diakuinya, adopsi teknologi masih menemui hambatan, terutama rendahnya literasi digital di kalangan pedagang serta keterbatasan infrastruktur di beberapa lokasi pasar.

“Resistensi dari pedagang yang belum terbiasa dan keterbatasan sumber daya menjadi tantangan tersendiri,” ungkapnya.

Tantangan lain adalah menjaga kebersihan, keamanan, dan kenyamanan pasar agar mampu bersaing dengan pengalaman belanja yang ditawarkan platform daring. Namun, di sisi lain, Pasar Jaya memiliki keunggulan strategis yang tidak dimiliki e-commerce: perannya dalam menjaga stabilitas harga kebutuhan pokok.

Melalui pemantauan harga secara rutin dan kerja sama dengan pemasok, Pasar Jaya memastikan ketersediaan stok, terutama menjelang hari-hari besar.

“Kami juga rutin menggelar Bazar Pangan Murah untuk menekan spekulasi harga, serta memberikan akses kepada masyarakat terhadap bahan pokok dengan harga terjangkau,” jelas Agus.

Koordinasi yang erat dengan pemerintah daerah dan instansi terkait memastikan distribusi bahan pokok berjalan lancar, sehingga mengurangi risiko kelangkaan yang dapat memicu inflasi.

“Peran ini menegaskan pentingnya pasar tradisional sebagai penyangga ekonomi lokal di tengah fluktuasi pasar global,” tegasnya.

Tidak berhenti pada pemeliharaan, Pasar Jaya juga melakukan inovasi untuk menjawab tantangan masa depan. Program pengelolaan sampah mandiri di Pasar Induk Kramat Jati menjadi langkah menuju keberlanjutan lingkungan dan peningkatan citra pasar sebagai ruang modern dan ramah lingkungan.

Selain itu, pengembangan fasilitas olahraga di atas lahan pasar menunjukkan upaya memperluas fungsi pasar sebagai pusat komunitas.

Meski digitalisasi masih dalam tahap awal, Agus meyakini hal ini merupakan kunci untuk menarik konsumen baru yang telah terbiasa dengan kemudahan e-commerce, sambil tetap mempertahankan nilai-nilai khas interaksi sosial di pasar tradisional.

“Kami juga terus meningkatkan mutu sumber daya manusia, baik internal maupun eksternal, termasuk memberikan pelatihan kepada para pedagang agar mampu beradaptasi di era digital,” ujarnya.

“Pasar Jaya ingin membuktikan bahwa pasar tradisional masih relevan—bukan hanya sebagai tempat transaksi, tetapi juga sebagai ruang budaya dan komunitas yang tak tergantikan,” pungkasnya.

(TN)