BPR KKS Bekasi Bidik Pertumbuhan 15 Persen

Redaksi, trustnews.id
Rabu, 23 April 2025 | 14:13 WIB


BPR KKS Bekasi Bidik Pertumbuhan 15 Persen
Foto dok. Bank Kranji Krida Sejahtera
TRUSTNEWS.ID - PT BPR KKS Bekasi optimistis mencatatkan pertumbuhan kredit di atas 10% pada 2025 meskipun menghadapi tekanan dari pelemahan daya beli masyarakat dan persaingan ketat dengan fintech. Hanya saja, sektor produktif tetap menjadi fokus utama bank dalam penyaluran kredit tahun ini.

Agung Buntaran, Direktur Utama BPR KKS Bekasi, tak memungkiri tantangan yang dihadapi semakin kompleks, terutama dengan kehadiran layanan keuangan digital seperti pinjaman online (pinjol), program Kredit Usaha Rakyat (KUR), dan sistem pembayaran berbasis digital yang semakin menarik bagi UMKM.

“Kami bersaing dengan banyak pihak, mulai dari KUR, pinjol, paylater, hingga praktik kredit tradisional di pasar," ujar Agung Buntaran kepada TrustNews. "Namun, pendekatan personal dan berbasis komunitas tetap menjadi keung- gulan kami dalam mempertahankan nasabah,” tegasnya.

Menurut Agung, salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kredit adalah lemahnya daya beli masyarakat. Data internal BPR KKS menunjukkan bahwa di tujuh pasar yang menjadi target mereka, permintaan kredit dari pedagang masih lesu akibat turunnya omzet.

“Banyak pedagang mengeluhkan omzet yang sepi, sehingga permintaan kredit pun melambat. Ini menjadi tantangan bagi kami karena pertumbuhan kredit sangat bergantung pada kondisi ekonomi sektor UMKM,” tambahnya.

Di sisi lain, Agung menilai bahwa industri BPR secara keseluruhan masih memiliki potensi pertumbuhan lebih tinggi diban- dingkan bank umum. Tahun lalu, industri BPR mencatatkan pertumbuhan sekitar 9%, sementara BPR KKS menargetkan pertumbuhan kredit hingga 15% pada 2025.

Menghadapi tantangan industri, BPR KKS Bekasi terus beradaptasi dengan digitalisasi layanan. Agung menyebut bahwa sejak 2016, pihaknya telah mengadopsi berbagai sistem digital, termasuk loan originating system, e-collection dan human resources management system, guna meningkatkan efisiensi operasional.

“Bisnis model saat ini menuntut proses yang cepat, akurat, dan sederhana. Kami harus beradaptasi dengan perubahan ini agar tetap kompetitif,” tegasnya.

Selain itu, BPR KKS juga mengembangkan sistem web-based power banking, yang memungkinkan layanan perbankan dapat diakses melalui perangkat seluler. Dengan sistem ini, bank tidak perlu membuka cabang baru yang memerlukan biaya tinggi, tetapi cukup merekrut tenaga pemasaran di daerah tertentu untuk mengoperasikan aplikasi perbankan.

“Salah satu tantangan dalam digitalisasi adalah BPR belum bisa ikut dalam sistem pembayaran secara langsung sesuai ketentuan Bank Indonesia. Tetapi kita tidak berhenti berusaha agar layanan sistem pembayaran dapat dilakukan. Kerjasama dengan Bank Umum menjadi salah satu jalan keluar,” jelas Agung.

Meskipun optimistis terhadap pertumbuhan kredit, BPR KKS Bekasi masih menghadapi tantangan dalam menjaga kualitas aset. Tingkat kredit bermasalah (*non-per-forming loan* atau NPL) saat ini masih di atas 5%, padahal standar kesehatan industri berada di bawah angka tersebut.

“Dampak pandemi masih terasa, dan kami terus berupaya menekan NPL. Salah satu caranya adalah dengan mempertah- ankan nasabah lama yang sudah loyal, karena biaya mempertahankan nasabah lebih rendah dibandingkan mencari yang
baru,” kata Agung.

Selain itu, BPR KKS juga secara rutin mengadakan edukasi keuangan bagi pelaku usaha kecil untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan. Dengan berbagai tantangan yang ada, BPR KKS Bekasi tetap optimistis mengh- adapi 2025 dengan strategi berbasis digi- talisasi dan pendekatan komunitas untuk mempertahankan daya saing di industri keuangan mikro.

“Kami ingin UMKM bisa berkembang, dari mikro naik ke kecil, kecil naik ke menengah, hingga akhirnya menjadi usaha besar. Namun, tingkat keberhasilannya masih rendah. Hanya 20% usaha mikro yang mampu naik kelas ke usaha kecil, dan hanya 10% yang bisa berkembang menjadi menengah,” pungkasnya.

Banyak pedagang mengeluhkan omzet yang sepi, sehingga permintaan kredit pun melambat. Ini menjadi tantangan bagi BPR KKS karena pertumbuhan kredit sangat bergantung pada kondisi ekonomi sektor UMKM.


BACA JUGA