Gerbong INKA Melintas Dunia
Senin, 16 Desember 2019 | 06:59 WIB
Ada cara unik PT INKA menembus pasar dunia. Cina pun pusing dibuatnya.
PT Industri Kereta Api (Persero) atau INKA terus memperluas daya jelajahnya. Pabrikan kereta asal Madiun, Jawa Timur ini, tak hanya menjejaki Filipina, Bangladesh dan Sri Lanka. Sejumlah negara di benua Afrika pun kepincut untuk menikmati kemewahan gerbongnya.
Saking laris manisnya, manajemen pun sampai menerapkan sistem kerja non-stop 24 jam. Sistem kerja dibagi menjadi dua sif siang dan malam untuk mengejar target pembuatan kereta pesanan. Hebatnya, dalam satu hari, pabrikan mampu menghasilkan satu sampai satu setengah kereta.
Bayangkan saja, dari Sri Lanka mendapat pesanan kereta rel diesel elektrik (KRDE) senilai 70 juta dolar AS. Belum pesanan Bangladesh sebanyak 250 kereta. Bila ditotal jumlah pesanan termasuk dari Filipina, angkanya mencapai 438 kereta dan dalam dua tahun harus sudah selesai.
“Kalau kita bagi rata-rata itu sehari satu sampai satu setengah kereta. Darimana menghitungnya, anggap INKA tidak mengerjakan 250 pesanan dari Bangladesh, INKA hanya menyelesaikan 438 kereta yang tersisa tinggal 100 kereta. Artinya, satu kereta per hari,” ujar Direktur Utama PT INKA Budi Noviantoro kepada TrustNews.
Khusus Bangladesh, lanjutnya, tahun 2019, sebanyak 250 kereta api buatan INKA di Madiun, Jawa Timur, mulai dikirim ke Bangladesh secara bertahap dengan nilai kontrak sebesar 100,8 juta dolar atau setara Rp1,4 triliun. Rinciannya, sebanyak 50 kereta tipe Broad Gauge (BG) dan 200 kereta tipe Meter Gauge (MG).
Perbedaan dua tipe gerbong terlihat pada tempat duduk penumpang. Tipe BG memiliki tempat duduk sebanyak 90 kursi, 80 AC dan 90 non-AC. Sedangkan, tempat duduk tipe MG hanya berjumlah 55 kursi untuk yang ber-AC dan 60 kursi untuk yang non-AC.
“Awal Januari lalu, INKA memulai pengiriman pertama sebanyak 15 kereta melalui pelabuhan Tanjung Perak Surabaya,” ujarnya.
Sebelumnya, INKA pernah mengekspor 50 gerbong kereta ke Bangladesh dengan nilai kontrak sebesar USD 13,8 juta. Kemudian, di tahun 2016 INKA mengekspor lagi 150 gerbong kereta dengan nilai USD 72,39 juta.
INKA tahun ini juga mengirim produk buatannya ke Filipina dengan kontrak penjualan senilai USD 52,8 juta ke Filipina telah disepakati pada 2018 lalu.
Adapun produk INKA yang dipesan Filipina ialah 6 trainset Kereta Rel Diesel (KRD), 3 lokomotif dan 15 gerbong kereta penumpang. Rencananya kereta api itu akan dikirim ke Filipina secara bertahap mulai Juni 2019 ini hingga akhir tahun.
Cerita tentang keberhasilan INKA dalam mengekspor kereta ke sejumlah negara tidaklah semudah negosiasi dan lobi. Ada banyak hal yang harus diperhatikan, selain tentunya mengungguli produk sejenis yang juga ditawarkan oleh kompetitor.
“Kompetitor terberat yang dihadapi INKA di pasar internasional adalah Cina. Harganya relative lebih murah dan ini menjadi momok bagi bagi semua pabrikan kereta di dunia,” ujarnya.
Budi pun mengambil ilustrasi ketertarikan pemerintah Kamerun terhadap produk INKA. Hanya saja, pemerintah Kamerun mengaku tidak punya dana, namun dibarter dengan pengelolaan hutan seluas 500 ribu hektar.
“INKA tidak punya keahlian dalam pengelolaan hutan, jadi INKA mengajak Perhutani bagaimana mengelolanya apakah kayunya diambil lalu dijual, kemudian dijadikan perkebunan, pihak Perhutani yang lebih paham. Ini pola pendekatan bisnis, sebab disana udah dikuasai Cina jadi Cina udah masuk 20 tahun lalu. Nggak mudah tapi kita coba dan responnya posistif,” paparnya.
Pola yang sama juga berlaku di Madagaskar dan Afrika Selatan. Karena kedua negara ini kaya akan tambang, maka yang masuk terlebih dahulu BUMN pertambangan. Baru INKA menyusul dengan menawarkan kereta tentunya setelah melalui survey berapa cadangan deposit bauksit, krom dan biji besi.
“Dubes Indonesia untuk Afrika Selatan mengajak INKA bekerjasama, saya tanya berapa kalori batubaranya, Dubes bilang kalorinya 5.000-6.000. Begitu dicek baru putuskan oke, begitu pola yang dipakai, termasuk dengan Bangladesh hingga INKA bisa menang lelang tiga kali berurut-turut. Cina pun pusing lihat cara INKA,” pungkasnya. (TN)
BACA JUGA