KAI dan Peta Baru Transportasi Indonesia

TN, trustnews.id
Selasa, 19 Agustus 2025 | 10:16 WIB


KAI dan Peta Baru Transportasi Indonesia
Dok, Istimewa
TRUSTNEWS.ID - Di tengah peta mobilitas Indonesia yang kian kompleks, PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI bergerak cepat membangun posisi sebagai penyedia layanan transportasi massal berbasis rel yang tak hanya relevan, tapi juga strategis dalam mendukung pembangunan nasional.

Dengan pendekatan multisegment, multimoda, dan multitugas, BUMN ini tidak lagi sekadar operator angkutan. Ia tengah membangun ekosistem transportasi modern, menggabungkan layanan penumpang, logistik, dan pemanfaatan properti sebagai tiga pilar pertumbuhan berkelanjutan.

“Kita bukan lagi sekadar moda pengangkut, tapi bagian dari tulang punggung sistem transportasi nasional yang terintegrasi,” tegas Raden Agus Dwinanto Budiadji, EVP Corporate Secretary KAI kepada TrustNews.

Dia membuka data, selama 2024, KAI mencatatkan 453 juta penumpang. Khusus masa angkutan Lebaran 2025, jumlahnya mencapai 4,5 juta penumpang atau naik 9 persen dibandingkan moda lain. Ini menandakan pergeseran preferensi masyarakat ke kereta sebagai moda andalan, terlebih dengan inisiatif diversifikasi segmen yang digarap KAI.

Layanan kini menjangkau berbagai kelas sosial. Mulai dari kereta ekonomi bersubsidi, layanan komersial seperti Argo Bromo Anggrek, hingga suite class yang menawarkan pengalaman premium. “Multisegment memastikan semua kelompok masyarakat bisa terlayani, dengan pilihan harga dan kenyamanan yang tepat,” ujarnya.

Sektor commuter menjadi titik tumpu. Di Jabodetabek, rata-rata 1 juta orang per hari memadati layanan KAI Commuter. Jika digabung dengan Bandung Raya, Yogyakarta–Solo, dan Surabaya, angkanya tembus 1,5 juta per hari. LRT Jabodebek bahkan sempat menembus 131 ribu penumpang harian pada peak season. “Commuter adalah pasar potensial yang terus tumbuh,” ujarnya.

Namun, bukan hanya manusia yang berpindah lewat rel. KAI juga bergerak agresif di sektor logistik. Angkutan barang seperti batubara dan BBM menjadi tulang punggung pendapatan, terutama sejak pandemi.

Kini, perusahaan mulai menggarap distribusi logistik jarak jauh untuk menyesuaikan dengan regulasi ODOL (Over Dimension Over Loading), yang mendorong perpindahan beban dari jalan ke rel. “Kami menyiapkan terminal logistik baru. Strateginya shifting logistik antar pulau dan antarwilayah ke moda kereta,” jelasnya.

Transformasi bisnis KAI, lanjut Agus, juga menyentuh sektor properti. Pendapatan dari pengelolaan aset non-angkutan kini menyumbang sekitar 9 persen dari total pendapatan non-transportasi atau setara 13 persen dari total pendapatan penumpang.

Portofolio bisnis mencakup pengelolaan lahan stasiun, kerja sama komersial, hingga pengembangan kawasan transit oriented development (TOD). “Ini menjadi sumber pendapatan berulang jangka panjang,” ungkapnya.

Kinerja perusahaan pun menunjukkan konsistensi perbaikan. On-time performance mencapai 99,6 persen. Indeks keselamatan menunjukkan penurunan signifikan kecelakaan dalam satu dekade terakhir. Skor ESG KAI menembus angka 41 dan menjadi fokus pengembangan ke depan, termasuk melalui inisiatif pengurangan plastik dan efisiensi energi.

Di sisi infrastruktur, tantangan masih besar. Banyak jalur rel dan jembatan tua butuh modernisasi. Salah satu isu krusial adalah perlintasan sebidang yang memperlambat laju kereta dan menjadi titik rawan kecelakaan. “Kalau kita ingin menaikkan kecepatan kereta, perlintasan sebidang harus diminimalkan. Kereta cepat tidak punya satu pun lintasan seperti itu. Semua elevated,” ujar Agus.

KAI kini aktif bekerja sama dengan Kementerian Perhubungan, Kemendagri, KNKT, dan pemda untuk menutup perlintasan liar serta meningkatkan kesadaran publik soal keselamatan. “Literasi publik soal tanggung jawab dan prioritas rel masih jadi tantangan,” katanya.

Dari sisi finansial, KAI bangkit setelah terpukul pandemi. Angkutan batubara menyelamatkan arus kas selama krisis, sementara segmen penumpang dan properti mulai kembali tumbuh signifikan. “Kami butuh dukungan ekosistem: regulasi, pemda, dan masyarakat. Visi kami adalah menggerakkan transportasi berkelanjutan, meningkatkan kualitas hidup masyarakat,” pungkasnya. (TN)