Strategi PAM Jaya Hadapi Perubahan Iklim Dan Ketersediaan Air Tanah
Minggu, 22 September 2024 | 11:35 WIB
Dok, Istimewa
PAM Jaya tak hanya berjibaku menghadapi perubahan cuaca yang semakin ekstrem. Pada saat yang bersamaan, perusahaan penyedia layanan air bersih ini juga dipaksa bergulat dengan kian menipisnya ketersediaan air tanah sebagai sumber air bersih utama. Mendapat serangan dari dua arah, PAM Jaya tak tinggal diam. Kuda-kuda pun di pasangan. Langkah pertama, meningkatkan infrastruktur resapan air. Dengan pembuatan sumur resapan dan lubang biopori di berbagai penjuru kota.
Sumur resapan ini memungkinkan air hujan meresap lebih dalam ke tanah, mengisi kembali cadangan air tanah yang semakin menipis. Lubang-lubang biopori, di sisi lain, membantu mempercepat proses ini dengan cara yang sederhana namun efektif.
Tak cukup dengan sumur resapan, PAM Jaya menggagas pembangunan kolam retensi. Kolam-kolam ini berfungsi sebagai tempat penampungan air hujan yang sangat berguna, terutama selama musim kemarau.
Arief Nasrudin, Dirut PAM Jaya, mengatakan di saat banyak wilayah menghadapi krisis air akibat curah hujan yang tidak menentu, kolam retensi ini menjadi sumber daya yang tak ternilai. Air yang tertampung kemudian diolah kembali menjadi air bersih yang siap didistribusikan ke seluruh penjuru kota.
"Ini adalah langkah konkret yang menunjukkan bagaimana infrastruktur yang tepat dapat membuat perbedaan besar dalam ketahanan air perkotaan," ujar Arief Nasrudin kepada TrustNews.
Salah satu kebijakan utama yang diterapkan adalah pengembalian air hasil cucian filter ke proses awal pengolahan air. Dengan mengimplementasikan sistem backwash, PAM JAYA berhasil mengurangi plant loss atau kehilangan air di plant.
Selain itu, kebijakan ini membantu menaikkan kekeruhan air baku, terutama pada musim kemarau, yang seringkali menyebabkan kekeruhan air baku menjadi rendah dan memerlukan lebih banyak bahan kimia dalam proses pengolahan. Sejak tahun 2014, PAM JAYA juga melakukan daur ulang air hasil pemisahan lumpur yang berupa supernatant, dengan mengembalikannya ke proses pengolahan awal. Proses ini melibatkan penggunaan Sludge Drying Bed untuk mengeringkan lumpur.
Studi yang dilakukan pada tahun 2021 menunjukkan bahwa penggunaan kembali supernatant mengurangi kebutuhan koagulan atau bahan kimia dalam proses, meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya operasional.
Pada tahun 2020, PAM JAYA memperkenalkan Instalasi Pengolahan Air Komunal Mookervart untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi penghuni Rusun Pesakih Daan Mogot. Instalasi ini memanfaatkan air dari Kali Mookervart dan buangan domestik yang kualitasnya jauh di bawah standar air baku konvensional.
Hanya saja, mengolah air dari Kali Mookervart bukanlah perkara mudah. Airnya terkontaminasi oleh limbah domestic dan bahkan air laut, menjadikannya jauh dari standar air baku yang bisa diolah secara konvensional. Tapi, PAM JAYA tidak menyerah. Mereka menggunakan teknologi MBBR (Moving Bed Biofilm Reactor) untuk menangani amonia dari limbah domestik, serta teknologi UF (Ultra Filtration) dan BWRO (Brackish Water Reverse Osmosis) untuk mengurangi kandungan padatan terlarut yang tinggi.
Hasilnya? Sebuah keajaiban teknologi yang mampu menghasilkan air siap minum sebesar 10 liter per detik dari sumber yang sebelumnya tak terbayangkan. Selain itu, PAM JAYA juga menetapkan target ambisius untuk meningkatkan cakupan layanan air minum perpipaan hingga 100% di seluruh Jakarta pada 2030.
"Bukan hanya soal angka, langkah ini dirancang untuk mengurangi ketergantungan warga pada air tanah, yang telah lama menjadi penyebab utama penurunan muka tanah di Jakarta," ujarnya.
"Dengan beralih ke air perpipaan yang lebih berkualitas dan terjamin, diharapkan masyarakat juga akan mengubah perilaku mereka dalam menggunakan air dengan lebih bijak dan efisien," tambahnya.
Di balik mesin-mesin yang berdengung, ada tangan-tangan yang bekerja tanpa kenal lelah, memastikan bahwa air mengalir ke setiap sudut Jakarta. (TN)
BACA JUGA