Strategi Disnaker Kabupaten Pasuruan Siapkan SDM Unggul
Kamis, 11 Juli 2024 | 21:05 WIB
Selain itu, Disnaker juga memperluas jaringan dengan industri, APINDO, KADIN dan Lembaga Pelatihan baik swasta maupun pemerintah. Mohammad Nur Kholis, Kepala Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Pasuruan, mengatakan program pelatihan berbasis kompetensi dan berbasis masyarakat yang digulirkan merupakan bagian dari komitmen Pemerintah Daerah dalam menguatkan misi pemberdayaan masyarakat.
“Tujuan pelatihan meningkatkan kompetensi masyarakat pencari kerja dan mempersiapkan tenaga kerja agar memiliki pengetahuan dan keterampilan yang kompeten sesuai kebutuhan industri maupun usaha jasa lainnya secara mandiri,” ujar Mohammad Nur Kholis kepada TrustNews.
"Melalui program pelatihan tersebut, diharapkan muncul tenaga kerja atau wirausaha baru yang mampu menciptakan lapangan kerja. Hingga hasil akhirnya menurunkan angka pengangguran di Kabupaten Pasuruan," tambahnya.
Untuk memenuhi kebutuhan sumber daya manusia (SDM) industri, lanjutnya, Disnaker Kabupaten Pasuruan menerapkan beberapa strategi. Pertama, perencanaan dan pemetaan kebutuhan SDM yang efektif melalui Training Need Analysis (TNA) dengan tetap mempertimbangkan faktor-faktor seperti perkembangan teknologi, kebutuhan produksi, dan perkembangan industri.
Kedua, pengembangan keterampilan dan kompetensi melalui metode off the Job Training. Seperti menghubungkan evaluasi kinerja dan penghargaan dengan kompetensi, meningkatkan kompetensi yang meningkatkan kinerja individu dan organisasi, fokus pada inovasi, kreativitas, dan fleksibilitas yang diperlukan untuk meningkatkan daya saing. Ketiga, mengembangkan budaya kerja inklusif sejak pelaksanaan pelatihan. Ini dilakukan untuk mengatasi kesenjangan antara karyawan pabrik dan karyawan kantoran “sense of belonging” perusahaan seperti rumah sendiri. "Semua strategi ini harus disesuaikan dengan kebutuhan dan konteks spesifik perusahaan manufaktur. Dengan mengimplementasikan pendekatan ini, perusahaan dapat memenuhi kebutuhan SDM dan tetap kompetitif di era industri yang terus berkembang," paparnya.
Dalam pandangannya, cepatnya perkembangan teknologi memberikan kemudahan sekaligus juga tantangan sebagai upaya masyarakat melakukan transformasi dalam perkembangan tersebut. "Ada dua tantangan yang sedang berlangsung, yakni transformasi Pekerjaan (job transformation) dan transformasi masyarakat (society transformation)," ujarnya.
Dijelaskannya, transformasi pekerjaan dimana kemajuan teknologi memungkinkan orang bekerja dari mana saja dan kapan saja. Ini mengharuskan perubahan kejuruan pelatihan, soft skill yang berbeda sementara instruktur dengan kompetensi tersebut sangat terbatas. 'Beberapa tempat, seperti cafe, tidak hanya berfungsi sebagai tempat makan dan minum, tetapi juga sebagai tempat kerja.
Namun, untuk melakukan banyak pekerjaan dalam satu waktu, diperlukan pemikiran yang efisien dalam membagi tugas," urainya. Adapun transformasi masyarakat yakni perbedaan generasi akan mengakibatkan perbedaan cara pandang, peralatan komunikasi yang berbeda berakibat akan terjadi gap dalam memanfaatkan kesempatan kerja sehingga prioritas juga berbeda.
"Ketimpangan akses terhadap teknologi digital (komputer, smartphone, dan internet) mempengaruhi kinerja dan peluang kerja. Beberapa orang memiliki akses lebih baik daripada yang lain, dan ini dapat mempengaruhi kesempatan kerja dan produktivitas," pungkasnya.
BACA JUGA