Kopetindo Dorong Penjualan Co-Firing, Produk EBT Lebih Mudah
Senin, 13 November 2023 | 23:54 WIB
Maklum, para anggota yang berjumlah 100 orang tersebut rata-rata mengantongi pengalaman dan keahlian di bidang energi terbarukan. Mereka terdiri dari praktisi, akademisi dan profesional di bidang ini. Variasi keahlian teknologi yang dimilikinya sangat lengkap, seperti : biomassa, biogas, biofuel, solar PV, energi hidro, energi angin, panas bumi dan konservasi energi.
Harapannya, melalui segudang kompetensi yang dimiliki para anggotanya yang juga tergabung dalam Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) itu, Kopetindo bisa ‘berlabuh’ dalam menciptakan kesadaran tentang energi terbarukan secara umum dan menerapkan teknologi energi terbarukan di Indonesia, baik di pedesaan maupun di perkotaan.
Namun ditekankan oleh Ketua Kopetindo, Ir. Widi Poncono, koperasi ini bukan layaknya koperasi kebanyakan. Kopetindo bukan koperasi simpan pinjam, tapi koperasi produksi. “Maksud Koperasi Produksi disini adalah melakukan kegiatan usaha di bidang produksi energi terbarukan, termasuk penjualannya. Jadi semacam marketing untuk produk-produk EBT seperti Solar PV, Lampu LED,” terang Widi kepada Trustnews.
Kopetindo juga memasarkan produk biomassa, seperti arang aktif. Tapi sementara ini sedang berhenti karena kesulitan melakukan ekspor, yang disebabkan oleh masalah biaya yang tinggi dan persyaratan dokumennya yang juga sangat sulit. “Tapi yang besar pasarannya saat ini adalah untuk
Co-Firing yang kami produksi di Pulau Bangka, Bangka Belitung,” sergah Widi meyakinkan. Co-firing adalah substitusi batu bara pada rasio tertentu dengan bahan biomassa seperti "pellet" kayu, sampah, cangkang sawit dan "sawdust" (serbuk gergaji). Di pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Co-firing digunakan sebagai upaya menekan penggunaan batu bara.
"Co-firing" ini dilakukan tak sekedar mengurangi emisi, tetapi juga memberdayakan masyarakat dan membangun ekonomi kerakyatan. Disini, Kopetindo melibatkan masyarakat untuk membuat bahan baku "co-firing", mulai dari penanaman tanaman biomassa hingga pengelolaan sampah rumah tangga wilayahnya untuk dijadikan pellet.
Kehadiran dan pengembangan produk Co-firing, tidak semata-mata menunjang kegiatan bisnis Kopetindo, tapi juga memiliki arti harfiah membangun sistem usaha yang bisa mendukung pemerintah di bidang energi terbarukan. Dan salah satu upaya bisnis dalam mendukung pemerintah yang dikategorikan sukses dituangkan Kopetindo, adalah bisnis Co-firing untuk bio massa ini. “Pabrik kami yang di Bangka ini merupakan salah satu yang terbaik untuk model Co-firing, khususnya di PT PLN (Persero). Karena kita betul-betul sustain, bisa supply continue setiap bulan dan sesuai target,” terangnya bangga.
Di sisi lain, yang tidak kalah membanggakan, Kopetindo dalam mengembangkan bisnis tersebut sama sekali tidak mengeluarkan biaya. Justru posisi Koperasi yang berdiri sejak 14 Februari 2018 itu adalah sebagai penghubung (channeling). Peran Kopetindo dibiayai oleh institusi keuangan atau investor.Inilah gambaran usaha yang coba kita bangun,” terangnya.
Sukses dalam pengembangan bisnis Co-firing, Kopetindo juga tengah fokus untuk melakukan ekspansi bisnis ini, terutama dari sisi kuantitas dan volume. Bahkan PLN selaku konsumen terbesar sudah melayangkan permintaan agar targetnya bisa mencapai 100 persen, terutama untuk peralihan dari batu bara ke biomassa.
“Selain di Bangka untuk memproduksi Co-firing ini kita akan akan expand juga ke Belitung, termasuk sejumlah daerah lain yang bisa kita jangkau. Selain itu untuk PV kita juga terus pasarkan untuk perumahan-perumahan, baik untuk segmen retailnya, maupun untuk ke industri. Kita sudah berhasil pasang PV dengan nilai sebesar 2,2 MW di 2 atau 3 industri. Semoga semuanya berjalan sesuai dengan yang kami harapkan bersama,” ujar Widi meyakinkan.
BACA JUGA