Iedul Fitri dan Kesehatan Jiwa

TN, trustnews.id
Jumat, 21 Juni 2019 | 09:03 WIB


Iedul Fitri dan Kesehatan Jiwa
SAMSULUDIN, MA.Si Deputi Rehabilitasi Madani Mental Health Care Jakarta Timur
Satu bulan penuh di Ramadhan tahun ini kita dilatih mengasah kepekaan jiwa dalam memaknai diri dan tujuan kehidupan. Saatnya kita berbahagia menikamti “Iedul Fitri” yang memiliki arti “kembali pada kesucian” dan bulan “Syawal” memiliki arti “peningkatan”. 
Dengan demikian Iedul Fitri di bulan Syawal ini memberikan pesan pada kita untuk kembali pada kesucian jiwa dan me-ningkatkan kualitas diri sebagai hasil training selama Ramadhan. Kembali menjadi hamba tuhan, menjadi pemimpin dan masyarakat dalam berbangsa dan bernegara dengan lebih baik dari tahun sebelumnya.
Sejak Idul Fitri resmi jadi hari raya umat Islam, tepatnya pada tahun keDua Hjriyah. Umat Islam disunahkan untuk merayakannya sebagai ungkapan syukur atas kemenangan jihad akbar melawan nafsu duniawi selama Ramadhan. Syeikh Abdul Qadir al-Jailany dalam al-Ghunyah-nya berpendapat,merayakan Idul Fitri tidak harus dengan baju baru, tapi jadikanlah Idul fitri ajang tasyakur, refleksi diri untuk kembali mendekatkan diri pada Allah SWT. 
Di Indonesia tradisi Iedul Fitri tidak hanya sebagai peristiwa spiritual (Ver-tikal), tapi juga sebagai peristiwa sakral yang dapat dilihat dari berbagai aspek kehidupan (horizontal). Dari mulai tradisi mudik kekampung halaman, halal bihalal, reuni hingga saling berbagi rezeki. 
Tradisi seperti ini sungguh baik dilestarikan, asalkan tidak melenceng dari makna Iedul Fitri itu sendiri. Alih-alih kembali pada kefitrahan sebagai hamba Tuhan, momen Iedul Fitri dijadiakan ajang untuk menampilkan topeng-topeng kemunafikan. Jadilah seperti bayi dengan tangis dan tawanya adalah kejujuran yang tercermin dalam jiwa sesungguhnya bukan kepura-puraan. 
Dari sudut pandang kesehatan jiwa tradisi Halal-bihalal, bersilaturahim, saling maaf memaafkan adalah sebuah peristiwa yang sangat baik bagi kesehatan jiwa seseorang. Dengan maaf-memaafkan seseorang akan terhindar dari perasaan bersalah berlebihan (Guilty Feeling) sehingga dapat terhindar dari gangguan stress, cemas, depresi, tidak fokus, hambatan hubungan sosial yang akan merugikan masa depan seseorang. 
Demikian juga dengan silaturahim selain dapat mendatangkan ketenangan dan kebahagiaan juga dapat mendatangkan rezeki. ***