Utak-Atik Pembiayaan Infrastruktur

Hasan, trustnews.id
Minggu, 15 Januari 2023 | 09:13 WIB


Utak-Atik Pembiayaan Infrastruktur
Dok, Istimewa
TRUSTNEWS.ID - Kemampuan APBN 2020-2024 membiayai infrastruktur terbatas. Diperlukan pengembangan dan eksplorasi yang lebih luas lagi terkait dengan skemapembiayaan infrastruktur yang inovatif.

Kementerian Pekerjaan Umum dan PerumahanRakyat (PUPR) terus memperluas cakupan kerjasama dalam pembiayaan pembangunan infrastruktur melalui partisipasi sector swasta atau skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU).

Inovasi pembiayaan infrastruktur yang berketahanandan berkelanjutan didorong mengingat kemampuanAPBN 2020-2024 diproyeksikan hanya mampumemenuhi 30 persen atau sekitar Rp623 triliun dari total kebutuhan anggaran untuk penyediaan infrastruktursebesar Rp2.058 triliun.

Kebutuhan anggaran ini mencakup sektor SumberDaya Air sebesar Rp577 triliun, sektor Jalan dan Jembatan Rp573 triliun, sektor permukiman Rp128 triliun,

dan sektor perumahan sebesar Rp780 triliun.

Herry Trisaputra Zuna, Direktur Jenderal (Dirjen) Pembiayaan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan, mengatakan sebagai langkah untuk menutupigap pendanaan (funding gap) nonAPBN sebesar 70 persen atau sebesar Rp1.435 triliun diperlukanpengembangan dan eksplorasi yang lebih luas lagi terkaitdengan skema pembiayaan infrastruktur yang inovatif.

“Pada setiap sektor memang memiliki keunikansendiri, sehingga bagaimana mengoptimalkan inovasi pembiayaan pada prosesnyadengan tidak menyalahi aturan, dan tentunya ketika adainvestasi, bagaimana investasinya bisa kembali dengankeuntungan yang wajar. Jadi kita tidak bisa tergantungpada dana APBN,” ujar Dirjen Herry Trisaputra Zunakepada Trustnews.

Pada sektor Sumber Daya Air, Herry mencontohkanproyek KPBU unsolicited yang sedang dalam tahaptransaksi yaitu pemeliharaan bendungan dan penyediaaninfrastruktur Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro(PLTM) Bendungan Bintang Bano di Nusa TenggaraBarat (NTB) sebesar 6,3 MW. Pembiayaan pemeliharaanbendungan dan pembangunan PLTM akan memanfaatkanasset bendungan itu sendiri dengan skema pengembalianinvestasi menggunakan user charge (tarif) dan penjualanlistrik.

“Di Bintang Bano memang kecil, tetapi kalau kitabisa memanfaatkan listriknya sebagai energi terbarukan, potensi energi baru terbarukan dari infrastruktur SDAbisa mencapai 46,3 Megawatt,” ujarnya.

Selain sektor SDA, inovasi pembiayaan sirkulerjuga dapat dilakukan pada pembangunan infrastrukturjalan dan jembatan melalui skema estafet financing.Misalnya pembangunan jalan tol dengan skemapembiayaan availability payment (AP) dapat dilakukanpelepasan aset konsesi, sehingga uang yang dihasilkanoleh badan usaha pemilik hak konsesi dapat dipakaiuntuk berinvestasi pada infrastruktur lain.

“Kalau konsep estafet intinya lari di depan ada yang menyambut. Kalau dulu, badan usaha bangun jalan toldipakai sampai masa konsesi habis, sehingga uang yang dipakai mengendap satu kali,” ucapnya.

Skema pembiayaan lain juga dapat dilakukan pada infrastruktur air minum dengan mengintegrasikan huludengan hilir (Source To Tap). Bagian hulu denganmendekatkan pada sumber air dan bagian hilir dapatsampai pada Sambungan Rumah (SR).

“Inovasinya adalah bagaimana mengintegrasikan bagian hulu menjadi satu kesatuan dengan hilir. Jadi konsepnya setiapprogram air minum ditata dalam satu kesatuan, tidakberjalan sendiri-sendiri sehingga biaya tidak semuaterserap di hilir, misalnya SPAM Karian di Banten,” jelasnya

Terakhir, skema pembiayaan KPBU bidangperumahan dalam rangka memenuhi backlog rumah. Tercatat pada tahun 2021 jumlah backlog kepemilikanrumah sebesar 12,7 juta terdiri dari 79% atau 10 jutaberada di perkotaan dan sebesar 21% atau 2,7 juta di perdesaan.

Target pembangunan rumah susun(rusun) denganskema KPBU sebanyak 15.000 unit pada 2020-2024 dengan potensi pencapaian 9.065 unit.

"Terakhir, berhubungan dengan perumahan atauSDG-11 itu isunya adalah bagaimana semua rumahmenjadi layak huni? Kalau kita bicara total rumah tidaklayak ini ada sekitar 23 juta, yang rumah tidak layak huniitu diukur dari empat variabel, berhubungan dengankualitas rumahnya istilahnya ALADIN," ujarnya.

"Selain RTLH, termasuk juga penanganan backlog dengan pertumbuhan kurang lebih 680.000 setiaptahunnya. Kita menargetkan program perumahan dalamRencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 adalah meningkatkan aksesmasyarakat secara bertahap terhadap perumahan dan permukiman layak, aman dan terjangkau untukmewujudkan kota yang inklusif dan layak huni dengantarget akses hingga 70 persen pada 2024," pungkasnya. 

(tn/san)