Furniture Rotan Akan Terus Bertahan

TN, trustnews.id
Kamis, 18 April 2019 | 06:59 WIB


Furniture Rotan Akan Terus Bertahan
Petros Philippiedes, Chairman Prunabon Group of Companies
Di tengah kelangkaan bahan baku rotan, bisnis furnitur tetap menggeliatManusia tidak bisa lepas dari furnitur.

“Masalah klasik,” begitulah Chairman Prunabon Group of Companies, Petros Philippiedes memberikan jawaban atas persoalan yang membelit para pengusaha dan pengrajin terkait bahan baku rotan.
“Indonesia merupakan negara penghasil rotan terbesar di dunia dan Cirebon sebagai pusat industri rotan nasional, kenyataannya Cirebon justru kekurangan rotan. Kalau Cirebon saja kesulitan, lantas bagaimana dengan daerah lainnya,” ujar Petros. 
Sehingga dia memaklumi, bila para pengusaha mebel dan pengrajin mencurahkan isi hatinya kepada Presiden Joko Widodo terkait kelangkaan bahan baku rotan dalam Pameran Indonesia Internasional Furniture Expo (IFEX) 2019 di JIExpo, Kemayoran, Maret lalu. 
“Pemerintah harus menemukan jalan bahwa bahan baku di industri harus selalu tersedia karena masih banyak terjadi ekpor ilegal juga. Kemudian dalam rangka pembelian mesin-mesin industri harus dikontrol kemudian dimudahkan perijinan juga, I think so this is more important pajak juga dikurangi dan buka pelabuhan itu the best,” ujarnya.
Terkait masalah pelabuhan, Petros melihat keberadaan pelabuhan di Cirebon menjadi sangat penting karena akan memangkas watu dan biaya. Selama ini untuk mengirimkan barangnya, pengusaha di Cirebon harus melalui Pelabuhan Tanjung Priuk di Jakarta.
“Untuk mengirimkan barangnya pengusaha Cirebon harus melalui Pelabuhan Tanjung Priuk, untuk sampai ke sana membutuhkan waktu dan kalaupun sampai di sana masih harus menunggu  kapalnya datang, semua itu ada biayanya. Kalau di Cirebon dibangun pelabuhan ekspor impor tentunya memangkas semua itu dan biayanya pun akan turun,” paparnya.
Petros, pria asal Negara Cyprus yang sudah menetap 20 tahun di Indonesia ini mengatakan kerajinan buatan tangan (handmade) merupakan industri yang memiliki pangsa pasar yang cukup besar. Walaupun dalam perkembangannya, industri kerajinan sudah dimudahkan dengan berbagai peralatan, misalnya cutter mesin dan stimer untuk melenturkan rotan. Namun banyak pengerajin yang tetap mempertahankan peralatan tradisional dengan cara dibakar untuk melenturkannya.
“Pertanyaannya kenapa para pembeli masih tertarik, karena mereka menghargai kerjaan buatan tangan. Ada nilai tambahnya bila dibandingkan produk mesin, Interesting how to touch natural than other industrial furniture because have work more,” ujarnya. 
Sebab itulah, lanjutnya, seperti juga bisnis pada umumnya, bisnis rotan furniture pun harus selalu mengacu pada kualitas produk dan kemampuan pelayanan (servis) kepada pelanggan. Servis disini terkait dengan kecepatan, kenyamanan dan penanganan keluhan pelanggan. 
“Rotan furnitur kualitas adalah nomor satu. Kemudian servis kepada pembeli dan promos, tapi yang paling penting kualitas dan servis. Tanpa menjaga kualitas kita tidak bisa bertahan. It's nice business, opportunity nya besar. And why furniture? Person from the birth until passed away need furniture,” paparnya. (TN)