Fraksi Partai Golkar MPR, Pemilu Damai, Berintegritas dan Mensejahterakan
Selasa, 16 April 2019 | 09:35 WIB
Para narasumber seminar dan peluncuran buku sedang berfoto bersama penulis, Agun Gunandjar Sudarsa
Daya kritis Agun Gunandjar Sudarsa tak juga mahal dalam mencermati dinamika politik yang terjadi di tanah air. Berbeda dengan politisi lain yang aji mumpung mencari panggung dengan mudah menebar hoax, caci maki dan kebencian hanya untuk meraih kemenangan, Agun justru kritis pada hilangnya gagasan-gagasan besar tentang Indonesia masa depan.
Hal itu jelas terungkap dalam Seminar dan Peluncuran Buku bertajuk “Pemilu Damai, Berintegritas, dan Menyejahterakan” karya Ketua FRAKSI Partai Golkar (FPG) Agun Gunandjar Sudarsa yang digelar FPG MPR, di Ruang GBHN, gedung Nusantara V, Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (1/4).
Agun juga mengungkapkan alasan mengapa gagasan-gagasan cerdas para calon pemimpin ini diperlukan. Menurutnya hal ini karena sejak Pemilu era reformasi gagasan-gagasan tentang langkah menyejahterakan rakyat seakan tidak pernah muncul.
"Seperti terlihat pada fenomena mutakhir Pemilu presiden 2019, mereka bukan sibuk menyampaikan gagasan-gagasan brilian tentang janji kesejahteraan rakyat, namun malah sibuk saling bully dan mencaci maki di media massa dan media sosial," ujar Agun yang tercatat sebagai Caleg Dapil Jabar X (Kuningan, Ciamis, Banjar dan Pangandaran) nomor urut 1.
Sehingga yang terjadi bukan kontestasi gagasan tentang kesejahteraan rakyat yang amanah konstitusi tapi kontestasi saling menjatuhkan yang memicu perpecahan. Pemilu hanya bisa menyejahterakan rakyat, jika Pemilu berhasil menciptakan rezim pemerintahan yang efektif.
Kemudian, Agun juga menjelaskan, bahwa pemerintahan efektif untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah pemerintahan dengan prinsip structure follow function dan money follow function.
Setiap para pemimpin pilihan langsung rakyat pada Pemilu wajib berpihak dan setia kepada rakyat dari Sabang sampai Merauke, karena Indonesia meliputi setiap suku, agama, ras, golongan dan aliran yang ada di dalamnya.
Menurut laki-laki kelahiran Bandung 13 November 1958 ini, sejatinya melihat bangsa Indonesia ini harus dengan kebesaran hati, jiwa dan pikiran, tidak bisa dengan hati, jiwa dan pikiran yang sempit karena Indonesia adalah amanah dan takdir Tuhan Yang Maha Esa dan Yang Maha Besar.
Pada bagian akhir dalam bukunya, Agun berharap, perekonomian nasional yang tercipta pasca Pemilu nanti tidak hanya menjaga kesinambungan bisnis usaha para konglomerat dan para pengusaha. Tapi juga berusaha mensinergikannya dengan potensi para pengusaha di tingkat provinsi dan kabupaten, termasuk juga menumbuhkan dan mengembangkan geliat perekonomian rakyat yang ada di desa. Inilah yang dimaksud Agun Gunandjar Sudarsa (AGS) sebagai Pemilu yang menyejahterakan rakyat.
Selain itu, Agun juga menilai seharusnya Pemilu memberikan gagasan apa yang akan diberikan kepada generasi muda ketika sudah memasuki tantangan revolusi industri 4.0. Termasuk, bagaimana mengatasi fenomena lapangan kerja agar membuat orang tidak lagi ingin menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN), tetapi harus melihat peluang baru menciptakan kerja.
"Selain itu, bagaimana melihat pergeseran bandul ekonomi yang sudah bergeser dari kota ke desa, dan perlunya gambaran serta tawaran yang menyejahterakan sehingga rakyat memiliki kemampuan," ujarnya.
Selain itu menurutnya gagasan untuk mengatasi masuknya arus budaya dari luar, sehingga tidak menghancurkan budaya lokal juga sangat penting. Dia menilai berbagai gagasan tersebut masih luput dalam Pemilu karena seharusnya di dalamnya harus ada gagasan yang cemerlang untuk Indonesia ke depan.
"Fraksi Partai Golkar MPR mengajak elemen masyarakat membuka, dan menatap Indonesia dengan masa depan jauh lebih baik dan berkah," katanya.
Dalam seminar dan peluncuran buku pada kesempatan ini hadir sebagai narasumber yakni: pengajar ilmu politik Pascasarjana Universitas Nasional (Unas), Dr. Alfan Alfian, Direktur Eksekutif Perludem (Titi Angraini, M.H.), pengajar ilmu politik Fisip UI yang juga mantan Komisioner KPU Pusat (Dr. Valina Singka Subekti).
Sementara itu Letjen (Purn) H. Lodewijk F. Paulus, Sekjend DPP Golkar mewakili Partai Golkar dalam sambutannya mengapresiasi atas apa yang dilakukan oleh FPG di MPR. Menurut dia, FPG kreatif meningkatkan sumbangsih kepada masyarakat dalam menghadapi Pemilu. “Kami ingin Pemilu yang damai, berintegritas, dan menyejahterakan,” paparnya.
Bagi Lodewijk, Pemilu harus dilaksanakan sesuai dengan nilai-nilai Pancasila untuk mewujudkan kedaulatan rakyat. “Ini harus menjadi pemahaman bersama,” tuturnya.
Menurutnya, Pemilu damai sebagai modal dasar bagi keberadaan pemerintahan yang terbentuk pasca Pemilu. Karena itu, hajatan lima tahun sekali ini perlu diselenggarakan secara transparan dan akuntabel.
Purnawirawan TNI berpangkat letnan jenderal itu mengatakan ada tiga faktor yang membuat Pemilu menjadi damai. Yakni, tingkat kecerdasan masyarakat yang memahami kondisi bangsa, kesiapan partai politik dalam mempersiapkan kader yang dapat dipercaya (credible), dan kesiapan penyelenggara Pemilu yang Luber Jurdil.(TN)
BACA JUGA