Dorong Transformasi Layanan Pendidikan, PTKIN-Kanwil Dituntut Berkolaborasi

Aryanti, trustnews.id
Selasa, 08 Maret 2022 | 13:51 WIB


Dorong Transformasi Layanan Pendidikan,  PTKIN-Kanwil Dituntut Berkolaborasi
Foto: Istimewa
Surabaya - Kolaborasi antara Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) dengan Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama perlu menjadi prioritas guna membangun pendidikan Islam yang integratif dan kompetitif, terutama komunikasi yang masif antara Rektor/ Ketua PTKIN dan Kepala Kanwil Kemenag dalam menjaring siswa-siswi berprestasi dari Lembaga Pendidikan dibawah Kementerian Agama.

 

Gagasan tersebut mencuat dalam pembukaan Rapat Kerja (Raker) Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) dengan tema "Sinergisitas PTKIN dan Kantor Wilayah Kementerian Agama dalam Membangun Pendidikan Islam Integratif dan Kompetitif. Mengambil tempat di Ballroom Hotel Doubel Three Surabaya, Senin (8/3/2022) Raker dihadiri 57 peserta yang terdiri dari para Rektor PTKIN dan 23 Kakanwil Kemenag.

 

Membuka acara, Sekretaris Jenderal Kementerian Agama RI, Prof. Dr. Nizar Ali. M.Ag menuturkan, prestasi siswa-siswi di lingkungan Kementerian Agama tak jarang unggul bahkan melampaui prestasi siswa-siswi sekolah umum. Namun, potensi tersebut belum terserap secara maksimal oleh PTKIN yang tersebar di seluruh Indonesia.

 

"Kalau kita lihat 1000 top ranking sekolah berdasarkan ujian tulis berbasis komputer, MAN (Madrasah Aliyah Negeri) Insan Cendekia itu nomor satu, artinya MAN kita itu jauh luar biasa, tetapi talenta ini tidak ditangkap oleh Para Rektor yang memiliki variasi prodi, nah ini karena tidak ada komunikasi antara Rektor dengan Kakanwil sehingga nanti Kakanwil bisa memberikan afirmasi kepada kepala Madrasah," tutur Prof Nizar.

 

Menurut Prof Nizar, tema Raker Diktis ini sangat momental dan relevan dalam menterjemahkan arahan Gus Menteri untuk mempercepat layanan umat di bidang pendidikan. Dengan sinergisitas, PTKIN akan memiliki talenta-talenta unggul dari Madrasah-madrasah di bawah Kanwil Kementerian Agama. Dimana kedua belah pihak, baik Rektor maupun Kakanwil harus proaktif guna mewujudkan hal tersebut.

 

"Kepala Kanwil pun perlu memberikan afirmasi kepada anak didik supaya ada pandangan, bahwa saat mereka telah sampai pada capaian-capaian atau prestasi-prestasi tersebut, maka mereka bisa melanjutkan ke PTKIN dengan kualifikasi dosen yang sama dengan Perguran Tinggi Umum," terangnya.

 

Dalam sambutannya, Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Prof. Dr. M. Ali Ramdhani menuturkan, sinergitas anatara Kanwil dengan PTKIN tidak lepas dari program strategis atau program unggulan yang disampaikan oleh Menteri Agama, dan raker ini diharapkan meningkatkan capaian program-program unggulan yang dicanangkan oleh Menteri Agama.

 

“Dalam rapat kerja ini tentunya sinergisitas akan memunculkan keunggulan-keunggulan dari Kanwil dan keunggulan dari PTKIN yang nantinya dapat menangkap potensi-potensi dari siswa-siswi kita, mahasiswa-mahasiswa kita dan santri-santri kita,” tutur Prof Ali Ramdhani.

 

Lebih dari itu, sambung Prof Ali Ramdhani, kolaborasi antara Kanwil dan PTKIN tak lain adalah upaya memberikan layanan terbaik kepada masyarakat, dimana hal tersebut sesuai dengan tagline yang kini diusung oleh  Kementerian Agama RI, yakni transformasi layanan umat.

 

“Yang tak kalah penting dari kolaborasi ini adalah partisipatif, dimana ego-ego sektoral harus dilebur karena inti dari semua ini adalah cita-cita kita bersama, yakni memberikan layanan terbaik untuk umat, sesuai tagline yang kita usung saat ini tarnsformasi layanan umat,” tandasnya.

 

Sementara itu, Direktur Pendidikan Tinggi Kegamaan Islam (Diktis), Prof. H. Amin Suyitno mengatakan minat lulusan Madrasah Aliyah terhadap perguruan tinggi keagamaan Islam masih minim. Menurutnya itu tidak sebanding dengan banyaknya madrasah aliyah dan jumlah alumninya.

 

"44 Persen justru dari SMA, jadi hanya terpaut 2 pesen. Itu artinya minat alumni madrasah aliyah tidak terlalu siginifikan dibanding dari jumlah madrasah aliyah dan para alumni siswanya. Dan ini lagi-lagi harus jadi perhatian kita bersama. Sejumlah madrasah aliyah negeri, apalagi MAN IC telah  dibiayai relatif besar oleh Kementerian Agama, tetapi ironinya animo alumni madrasah unggulan, belum sepenuhnya  kuliah ke PTKIN," imbuh Suyitno.

 

Tentu, lanjut Suyitno ada berbagai faktor kenapa minat alumni madrasah aliyah belum maksimal terhadap PTKIN. Salah satunya menurut Guru besar UIN Raden Patah Palembang itu karena PTKIN tidak memberikan *golden ticket*, atau bisa jadi kanwilnya tidak proaktif memberikan diseminasi.

 

"Tentu kita berkepentingan alumni madrasah aliyah yang exelent itu  menjadi calon mahasiswa PTKIN supaya kemudian nanti prestasi PTKIN terus  berkesinambungan, tegas Suyitno.