Dosen PTKI Diharap Giat Advokasi Masyarakat
Selasa, 01 September 2020 | 17:18 WIB
Tadarus Litapdimas ke 18
Pesan ini disampaikan Arskal pada kegiatan webinar online Tadarus Litapdimas ke-18 dengan tema ‘Pengabdian Masyarakat Madzhab ABCD (Asset Based Community Development) Best Practice’ yang dimoderatori oleh Kasi Pengabdian Kepada Masyarakat, Dr. Abd Basir, M.Pd.I, pada Selasa, 1 September 2020.
Sesuai tema tadarus yang diangkat, Arskal mengatakan metode Asset Based Communities Development, atau dikenal metode ABCD, dalam pengembangan masyarakat sudah seharusnya diketahui oleh para dosen, khususnya di lingkungan PTKI. Ia berharap dalam tadarus ini, para peserta mampu mengetahui bagaimana metode ini dimanfaatkan dengan baik sehingga mampu menunjang kebutuhan pengabdian dosen dalam hal pengembangan masyarakat.
Metode ABCD merupakan model pendekatan dalam pengembangan masyarakat, di mana pendekatan ini menekankan pada inventarisasi asset yang terdapat dalam masyarakat dan mendukung kegiatan pemberdayaan masyarakat. Metode ini juga dipakai ketiga narasumber, yaitu Dr. H. Asep Kurniawan, M.Ag dari IAIN Syekh Nurjati Cirebon, yang melakukan pengabdian dengan pendekatan ABCD bagi Masyarakat Desa nelayan untuk Mengurangi Polusi. Kedua, Dr. Suryani, M.Si dari IAIN Lhokseumawe, Aceh, yang meneliti tentang Integrasi Zakat, Keuangan Mikro Syariah, dan Pemberdayaan Masyarakat sebagai Upaya Pemberantasan Kemiskinan: Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), dan Dr. Sumadi, M.Ag dari IAI Darussalam, Ciamis Jawa Barat, melakukan kegiatan Pemberdayaan Keluarga (Literasi dan Ekonomi) Dalam Upaya Pencegahan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) Di Kabupaten Ciamis Dengan Pendekatan “ABCD”.
Dalam webinar ini, Dr. Asep menemukan adanya komunitas budidaya kerang hijau di Desa Karangrejo. Sebagian besar masyarakat berprofesi sebagai nelayan dan pembudidaya kerang hijau. Keterampilan inilah yang dimiliki oleh kebanyakan masyarakat setempat. Sementara itu, Dr. Suryani menitikberatkan penelitiannya pada pendistribusian zakat oleh lembaga zakat seperti BAZNAS. Melalui metode ABCD ini, ia menemukan fakta bahwa distribusi zakat di tingkat Kabupaten masih belum optimal dan belum merata ke seluruh kecamatan.
“Untuk itulah diperlukan sebuah optimalisasi sosial sehingga berbagai kendala terkait pendistribusian zakat bisa tepat sasaran dan benar-benar menyentuh sisi sosial empowerment. Selain melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat melalui zakat, salah satu pendekatan yang bisa dilakukan adalah dengan mendorong industri keuangan mikro untuk fokus pada pemberdayaan ekonomi masyarakat,” terang Suryani.
Pendekatan Berbasis aset juga dinilai bisa memasukkan cara pandang baru yang lebih holistik dan kreatif dalam melihat realitas, dan menekankan suatu masyarakat pasti mempunyai sesuatu yang dapat diberdayakan, yaitu aset fisik, ekonomi, lingkungan, manusia, sosial. Sebagaimana yang dilakukan Dr. Sumadi dalam kegiatan pengabdiannya, dia melakukan pendataan asset dan kekuatan di Kab. Ciamis sebagai modal Kontra KDRT bidang budaya, agama, fisik, ekonomi, lingkungan, Sumberdaya manusia, dan sosial, lalu berkoordinasi dengan tokoh-tokoh berpengaruh seperti DKM, NGO, Pesantren, MUI, P2TPA, Polisi, Komunitas ustadz, Organisasi Perempuan dan Pemuda, serta Satbimas Polres Ciamis.
Tak hanya itu, Sumadi juga melaksanakan tiga program unggulan yaitu penguatan Literasi Kesejajaran dan Kesetaraan Gender, lalu Pemberdayaan Ekonomi Keluarga, dan program Happy Family Gathering.
“ABCD ini betul-betul berbasis aset yang kita miliki bersama masyarakat, dan di sini ada kepercayaan diri dari masyarakat untuk menampilkan asset-asset yang mereka miliki,” kata Sumadi.
Selanjutnya, Prof. Dr. Lily Surraya Eka Putri, M.Env.Stud dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai pembahas, selain memberikan apresiasi, ia pun berharap Litapdimas bisa mengedepankan upaya kolaborasi dengan bidang keilmuan lainnya untuk menghasilkan karya-karya penelitian ataupun pengabdian yang outputnya lebih holistik dan komprehensif.
Terakhir, Kasubdit Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Dr. Suwendi, M.Ag, berpesan agar semua dosen terus semangat menorehkan tiga karya terbaiknya, yakni karya tulis, karya lembaga, dan karya dampingan.
“Sebelum kita meninggalkan alam dunia yang fana ini, maka sebaiknya tinggalkanlah karya dampingan, artinya kita terus mendampingi masyarakat, kita mengadvokasi, dan mengayomi masyarakat. Masyarakat manapun, masyarakat marginal, masyarakat terpapar dan masyarakat yang lain-lain. Dan para narasumber sudah membuktikannya sebagaimana ditampilkan dalam tadarus litapdimas ini,” pungkas Suwendi.
BACA JUGA