Hutama Karya Infrastruktur Pacu Tol Trans-Sumatra
Sabtu, 18 Oktober 2025 | 02:34 WIB

Doc Istimewa
Aji Prasetyanti, Direktur Utama HKI, menegaskan bahwa perusahaan tidak hanya berfokus pada penyelesaian fisik proyek, tetapi juga memastikan keberlanjutan dan inklusivitas dalam setiap tahap pembangunan.
"Sekarang kami masih menyelesaikan beberapa ruas, terutama yang ke arah Jambi, sekitar 120 kilometer. Selain itu ada pekerjaan di Palembang sepanjang 17 kilometer, serta Lingkar Pekanbaru 30 kilometer. Itu yang menjadi target segera kami selesaikan," ujar Aji Prasetyanti kepada Trust News.
Di luar Sumatra, lanjutnya, HKI juga aktif menggarap proyek di Pulau Jawa. Ruas Probolinggo–Banyuwangi yang digarap bersama Jasa Marga telah rampung 100 persen per Agustus lalu dan segera diuji kelayakan fungsi sebelum dibuka. HKI juga berpartisipasi dalam pembangunan Jalan Tol Jakarta–Cikampek (Japek) Selatan melalui skema kerja sama operasi.
Tak berhenti di situ, HKI terlibat sebagai kontraktor dalam proyek besar Sitinjau Lauik di Sumatra Barat, yang digadang-gadang akan mengatasi medan ekstrem di kawasan Padang. Ia menekankan, keberadaan jalan tol bukan sekadar proyek beton dan aspal. Tol diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi regional melalui kemudahan mobilitas barang dan orang.
"Ketika ada tol, kita harapkan muncul klaster-klaster baru seperti kawasan industri, perumahan, dan permukiman yang bisa memanfaatkan akses tersebut," ujarnya.
Di saat bersamaan, HKI juga berupaya merangkul potensi lokal selama proses pembangunan. Vendor dan mitra lokal di berbagai daerah dilibatkan, mulai dari penyediaan jasa hingga pasokan material.
"Di Bangkinang, misalnya, sumber batu alamnya sangat bagus dan sesuai spesifikasi. Begitu pula di Padang. Ini menjadi bentuk kontribusi bagi ekonomi daerah," ungkapnya.
Dalam menjalankan proyek, menurutnya, HKI menempatkan aspek keberlanjutan sebagai pilar utama. Perusahaan tidak hanya mengandalkan proyek JTTS, tetapi juga membuka peluang pasar di luar Sumatra, termasuk melalui skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU).
"HKI tidak bisa hanya bergantung pada pembayaran konvensional. Kami juga berinvestasi melalui proyek KPBU. Artinya, kami bekerja dua tahun, tetapi pembayarannya bisa berlangsung sepuluh tahun. Sinergi dengan pemerintah tetap panjang," jelasnya.
Inklusivitas juga menjadi perhatian. HKI membuka kesempatan kerja tanpa membedakan latar belakang. Rekrutmen tenaga kerja spesialis dilakukan secara terbuka dengan standar kompetensi yang jelas. Gender pun tidak menjadi hambatan.
"Di kantor HKI maupun proyek, banyak perempuan terlibat. Jadi, tidak ada diskriminasi," ungkapnya.
Untuk menjaga kualitas dan keselamatan, ditegaskan, HKI menerapkan sistem pengawasan berlapis. Perusahaan memiliki direktur khusus yang membawahi aspek Quality, Health, Safety, Security, and Environment (QHSSE), lengkap dengan departemen khusus serta kebijakan pelaporan digital.
"Kami membagi dua pendekatan, kompetensi dan kepedulian. Dari sisi kompetensi, ada pemetaan kemampuan personal, termasuk sertifikasi bagi level manajerial," ujarnya.
"Dari sisi kepedulian, kami menerapkan sistem reward and punishment. Kalau ada pelanggaran, kami tegas, termasuk kepada vendor," tambahnya.
Tak hanya itu, lebih jauh dijelaskannya, HKI juga menerapkan mekanisme Stop Work Authority (SWA). Bila ditemukan kondisi berbahaya, pekerjaan harus segera dihentikan.
“Unsafe condition, unsafe action, langsung stop,” tegasnya.
Meski optimistis, Aji tidak menampik adanya tantangan besar. Penurunan anggaran infrastruktur membuat persaingan antarperusahaan konstruksi semakin ketat.
"Kalau anggarannya turun, kompetisi makin tinggi. Karena itu, kami harus lebih kreatif menawarkan pola kerja sama end-to-end, dari desain, pembiayaan, hingga konstruksi," ujarnya.
Menurutnya, keterbatasan pendanaan pemerintah bisa membuka peluang baru.
"HKI mulai melirik potensi kerja sama dengan swasta nasional maupun BUMN lain untuk menjaga portofolio tetap di sektor infrastruktur," ujarnya.
Ke depan, HKI diharapkan mampu menjaga keseimbangan antara keberlanjutan bisnis, tanggung jawab sosial, serta komitmen terhadap keselamatan kerja.
Pembangunan JTTS yang membentang ribuan kilometer hanyalah satu bagian dari perjalanan panjang.
"Keberlanjutan bagi HKI bukan hanya soal proyek selesai, tapi bagaimana kami bisa terus bertahan, berkontribusi, dan memberi manfaat bagi masyarakat luas," pungkasnya. (TN)
BACA JUGA

Transformasi 2.0 PLN Jakarta
Sabtu, 18 Oktober 2025 | 03:07 WIB
DJKN Jateng Inovasi Pengelolaan Aset Negara
Rabu, 23 April 2025 | 18:20 WIB
Transjakarta: Pilar Transformasi Mobilitas Jakarta
Jumat, 14 Februari 2025 | 03:48 WIB