PNM Perempuan Nusantara, Percikan Api Asta Cita

TN, trustnews.id
Kamis, 19 Juni 2025 | 10:37 WIB


PNM Perempuan Nusantara, Percikan Api Asta Cita
Dok, PNM
TRUSTNEWS.ID - Pada tahun pertama pemerintahan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, sorotan publik tertuju pada program-program strategis berskala besar: hilirisasi nikel, pertahanan pangan, dan industrialisasi pertanian.

Namun di balik narasi makro tersebut, ada denyut tenang dari gerakan mikro jutaan perempuan prasejahtera yang bangkit membangun ekonomi keluarga dari nol, didampingi oleh sebuah lembaga yang selama ini bekerja di luar radar perhatian nasional: Permodalan Nasional Madani, atau PNM.

Lembaga ini tidak membangun bendungan atau smelter. Ia membangun kepercayaan. Ia tidak mencetak pertumbuhan produk domestik bruto secara langsung, tetapi menanam fondasi sosial-ekonomi di tempat yang paling rapuh: kampung-kampung padat penduduk, desa miskin, dan lorong-lorong sempit tempat asa sering kali layu sebelum mekar.

“Kalau Indonesia ingin melangkah ke 2045 sebagai negara maju, maka pembangunan tidak boleh hanya dilakukan dari atas ke bawah. Harus juga dari bawah ke atas,” ujar Arief Mulyadi, Direktur Utama PNM, merujuk pada misi besar Asta Cita yang kini menjadi panduan politik pembangunan nasional.

PNM, sebagai bagian dari ekosistem BUMN, telah menjadi simpul penting dalam menjalankan salah satu misi utama Asta Cita: menciptakan lapangan kerja yang produktif dan merata.

Dengan program unggulannya, Mekaar (Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera), PNM menjangkau lebih dari 15 juta nasabah aktif—sebagian besar adalah perempuan kepala rumah tangga, yang selama ini tersisih dari akses formal keuangan.

Namun yang diberikan PNM bukan sekadar kredit tanpa agunan. Setiap minggu, para nasabah dikunjungi oleh account officer pendamping lapangan yang tak hanya menagih cicilan, tapi juga mendengarkan tantangan usaha, memberi masukan keuangan, hingga menjadi tempat curhat para ibu yang jarang diperhitungkan oleh statistik pembangunan.

"Kami tidak hanya menyalurkan uang, kami menanam kepercayaan. Dan di lingkungan miskin, kepercayaan adalah mata uang yang lebih berharga dari rupiah,” ujar Arief kepada TrustNews.

Model ini berbeda dengan skema keuangan mikro konvensional. PNM menempatkan struktur sosial sebagai kekuatan utama. Setiap kelompok nasabah berisi 5 hingga 30 orang—didorong saling mengawasi, saling mendukung, dan membangun kedisiplinan kolektif. Imbalannya nyata: tingkat kredit macet (NPL) PNM per Mei 2025 tetap di bawah 0,5%, jauh lebih baik dibandingkan rerata sektor perbankan nasional.

"Kami percaya bahwa ketika perempuan diberdayakan secara kolektif, ketahanan sosial dan ekonomi di komunitas mereka ikut menguat,” ujarnya.

Selain pemberdayaan ekonomi, lanjutnya, PNM juga menyelaraskan diri dengan prioritas nasional seperti ketahanan pangan. Melalui program Lorong Mekaar, PNM mendorong nasabah memanfaatkan lahan sempit di permukiman padat untuk urban farming, menanam sayuran dan tanaman obat keluarga. Program Rumah Pangan PNM bahkan berevolusi menjadi simpul distribusi bahan pokok murah berbasis komunitas.

“Krisis pangan bukan hanya soal stok beras nasional, tetapi juga akses keluarga terhadap makanan bergizi di lingkungan mereka,” jelasnya.

Namun tantangan tetap ada. Inflasi pangan, pelemahan konsumsi rumah tangga, dan ketidakpastian ekonomi global mulai menekan daya beli segmen bawah, yang berdampak langsung pada omset pelaku ultra mikro. Menghadapi ini, PNM tidak hanya mengandalkan ekspansi, tetapi juga mengaktifkan restrukturisasi cicilan dan memperkuat edukasi keuangan.

“Kami tidak menjanjikan pertumbuhan tanpa gangguan, tetapi kami memastikan nasabah tetap bertahan dan bangkit, bahkan dalam situasi sulit,” tegas Arief.

Sejarah mendukung pendekatan ini. Saat krisis moneter 1998 menghantam, UMKM tetap hidup, bahkan menjadi penyelamat struktur ekonomi nasional. Begitu pula saat pandemi Covid-19 mengguncang dunia usaha, segmen ultra mikro yang dibina PNM justru mencatat kenaikan permintaan.

“UMKM itu gesit. Mereka tidak terpaku pada struktur. Justru ketika struktur goyah, mereka yang lebih cepat beradaptasi,” pungkasnya. (TN)