Indonesia Zinc Aluminium Steel Industries (IZASI) Membentuk Masa Depan Industri Aluminium Steel Di Indonesia
Rabu, 13 November 2024 | 00:12 WIB
Tidaklah heran, jika permintaan BJLAS terus meningkat dari berbagai sektor, seperti konstruksi, otomotif, dan manufaktur, menjadikan material ini semakin diminati.
Stephanus Koeswandi, Ketua Umum Indonesia Zinc Aluminium Steel Industries (IZASI), mengatakan dalam beberapa tahun terakhir, sektor konstruksi dan infrastruktur di Indonesia mengalami perkembangan pesat.
"Pembangunan jalan tol, bandara, dan jembatan, serta kawasan industri yang masif, menciptakan kebutuhan besar akan bahan bangunan yang kuat dan tahan lama. BJLAS menjadi solusi tepat untuk menghadapi tantangan tersebut, karena mampu menahan kondisi cuaca ekstrem dan membutuhkan perawatan minimal," ujar Stephanus Koeswandi kepada TrustNews.
Tidak hanya itu, di sektor otomotif, BJLAS juga mulai mendapat tempat istimewa. Penggunaan material yang lebih ringan seperti aluminium steel terbukti mampu mengurangi bobot kendaraan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi bahan bakar dan mengurangi emisi karbon.
"Ini sangat relevan, terutama dalam upaya global menuju kendaraan yang lebih hemat energi dan ramah lingkungan," ungkapnya.
BJLAS, lanjutnya, dikenal sebagai bahan yang lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan material konvensional, semakin menarik perhatian di era yang menuntut keberlanjutan.
"Dukungan kebijakan pemerintah Indonesia untuk mengurangi emisi karbon dan mempercepat penggunaan material ramah lingkungan menjadi angin segar bagi industri ini," ujarnya.
"BJLAS, dengan sifatnya yang bisa didaur ulang dan efisiensi energi yang dihasilkan dari penggunaannya, menjadi salah satu material kunci dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan," urainya.
Menurutnya, masa depan industri aluminium steel akan ditentukan oleh kemampuannya untuk selaras dengan pilar Environmental, Social, and Governance (ESG). "IZASI telah menjadikan ESG sebagai landasan operasi mereka, memastikan bahwa setiap perusahaan di bawah naungannya mematuhi metode produksi berkelanjutan," ujarnya.
"Pendekatan berbasis ESG ini tidak hanya memastikan daya saing industri, tetapi juga memperkuat kepercayaan investor dan konsumen yang semakin peduli terhadap keberlanjutan," tambahnya.
IZASI, ditegaskannya, mengadopsi pendekatan progresif dengan menerapkan desain industri yang ramah lingkungan.
"Kami memikirkan ulang bagaimana merencanakan dan membangun kawasan industri," ungkapnya.
"Ini termasuk mengintegrasikan penggunaan lahan yang efisien, melestarikan ruang hijau, dan mengurangi dampak operasional terhadap ekosistem di sekitarnya," paparnya.
Hal ini bukan sekadar wacana, menurutnya, IZASI secara aktif mendorong kawasan industri yang tidak hanya berfungsi dengan efisien tetapi juga menjadi pelopor dalam pelestarian lingkungan, menetapkan tolok ukur bagi industri berat lainnya.
"Keberlanjutan bukan hanya tentang energi yang digunakan; ini juga tentang bagaimana menangani limbah. Perusahaan anggota IZASI telah membuat kemajuan besar dalam mengembangkan sistem pengelolaan limbah yang efisien, termasuk mendaur ulang limbah aluminium dan baja," urainya.
Pendekatan ini tidak hanya mengurangi dampak lingkungan, tetapi juga memangkas biaya dan meningkatkan profitabilitas. "Ini situasi yang saling menguntungkan. Anggota kami membuktikan bahwa Anda bisa ramah lingkungan dan tetap menguntungkan," tambahnya.
Menurutnya, IZASI tidak hanya berfokus pada kepatuhan regulasi. Asosiasi ini telah menerapkan standar lingkungan yang ketat di seluruh perusahaan anggotanya, dengan monitoring dan audit rutin untuk memastikan peningkatan berkelanjutan. Beberapa anggota bahkan telah mengadopsi standar lingkungan global yang paling ketat, dan terus meningkatkan standar tersebut.
“Kami tidak hanya membangun industri yang berkelanjutan,” kata Ketua IZASI. "Kami sedang menciptakan warisan bagi generasi mendatang. Dan itu adalah sesuatu yang bisa kita banggakan bersama," pungkasnya.
BACA JUGA