KlikA2C: Membuka Akses Modal, Menggerakkan UMKM
Sabtu, 19 Oktober 2024 | 12:24 WIB
Dok, istimewa
"KlikA2C juga tidak hanya menyasar UMKM di perkotaan, tetapi menjangkau sektor-sektor di daerah terpencil yang sebelum- nya kesulitan mendapatkan pembiayaan."
Sejak kemunculannya, Financial Technology (Fintech) telah menjadi bintang baru di dunia keuangan Indonesia. Dengan akses cepat dan tanpa kerumitan birokrasi, fintech terutama yang berfokus pada model peer-to-peer lending (P2P lending), telah merangsek masuk ke sektor-sektor yang selama ini terabaikan oleh perbankan konvensional.
Tidak ada sektor yang lebih merasakan dampaknya selain Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), yang selama bertahun- tahun mengalami kesulitan dalam mendapatkan akses pembiayaan.
Statistik terbaru dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperlihatkan lonjakan yang luar biasa di dunia fintech lending. Hingga Agustus 2024, total outstanding pembiayaan melalui fintech P2P lending mencapai Rp72,03 triliun, melonjak hingga 35,62% secara tahunan.
Di balik angka ini, ada kisah ribuan UMKM yang mendapat napas baru, terutama berkat kehadiran platform-platform seperti PT Aman Cermat Cepat, beroperasi pada Juni 2017, dengan produknya, KlikA2C.
KlikA2C, bukan sekadar platform fintech biasa. Perusahaan ini berdiri di atas visi untuk menjadi jembatan bagi UMKM yang selama ini terpinggirkan oleh sistem perbankan tradisional.
Mukti Wibowo, Presiden Direktur PT Aman Cermat Cepat, tidak segan mengakui bahwa sebagian besar UMKM tidak bisa memenuhi syarat ketat perbankan.
"Bank memang menawarkan suku bunga rendah, tapi prosesnya lama, dan minimum pinjaman sering kali terlalu tinggi bagi UMKM kecil," ujarnya kepada TrustNews.
Fintech, seperti KlikA2C, menawarkan solusi yang berbeda. Prosesnya jauh lebih cepat, dengan syarat yang lebih ringan. Para lender, yang sering kali individu atau lembaga dengan dana lebih, bisa meminjamkan uang langsung kepada pelaku usaha.
Dalam waktu singkat, dana bisa cair ke tangan UMKM yang membutuhkannya. Di sinilah fintech menjadi katalisator revolusi ekonomi digital yang mengubah wajah bisnis kecil di Indonesia.
KlikA2C sendiri beroperasi dengan tingkat bunga yang lebih kompetitif dibandingkan lembaga keuangan non-bank lainnya, yang kadang mencapai hingga 60%.
"Kami paham betul bahwa bunga tinggi hanya akan memberatkan UMKM," tambah Mukti. Dengan menawarkan suku bunga yang terjangkau dan proses pencairan yang cepat, KlikA2C berhasil menarik perhatian ribuan pelaku usaha di pelosok Nusantara. Salah satu produk yang ditawarkan Car Dealer Financing, yang diciptakan khusus untuk mendukung dealer mobil bekas agar dapat terus beroperasi dan berkembang.
"Car Dealer Financing berbeda dengan pembiayaan mobil konvensional," ujar Mukti dengan menambahkan, "Kami tidak membiayai pembeli mobil, melainkan dealer mobil bekas yang butuh modal untuk membeli stok mobil dari berbagai sumber. BPKB-nya kami simpan sebagai jaminan".
PT Aman Cermat Cepat juga memiliki produk Invoice Financing yang menargetkan UMKM dengan tagihan yang belum dibayar oleh klien mereka.
"Ini memberi mereka ruang untuk bernafas, supaya tetap bisa beroperasi sambil menunggu pembayaran dari klien," kata Mukti.
Platform seperti KlikA2C juga tidak hanya menyasar UMKM di perkotaan, tetapi menjangkau sektor-sektor di daerah terpencil yang sebelumnya kesulitan mendapatkan pembiayaan. "Keberadaan fintech seperti kami memberikan harapan baru bagi pelaku usaha yang selama ini tidak tersentuh kredit perbankan," lanjut Mukti.
Namun, Mukti tidak menutup mata terhadap tantangan di depan. Regulasi ketat dari OJK dan upaya menjaga integritas platform merupakan dua hal yang terus diperhatikan oleh KlikA2C. Dengan semakin banyaknya pelaku di industri ini, persaingan pun semakin sengit.
"Kami harus selalu siap berinovasi, menjaga kepercayaan lender, sekaligus memastikan borrower dapat berkembang dengan sehat," katanya.
Dengan model bisnis yang terus berkembang dan inovatif, Mukti Wibowo menunjukkan bagaimana teknologi finansial bisa mengubah wajah pembiayaan di Indonesia, terutama bagi mereka yang berada di sektor UMKM.
"Ini bukan hanya soal profit, tapi juga tentang membangun ekosistem yang mendukung pertumbuhan ekonomi rakyat," pungkasnya. (TN)
BACA JUGA