Menjaga Daulat Garam Nasional

TN, trustnews.id
Jumat, 11 Oktober 2019 | 06:49 WIB


Menjaga Daulat Garam Nasional
Budi Sasongko Direktur Utama PT Garam (Persero)

Revitalisasi dan modernisasi sarana dan prasarana menjadi langkah penting PT Garam (Persero) dalam mengejar ketertinggalan.


Revitalisasi lahan menjadi kunci bagi PT Garam (Persero) dalam upaya menggenjot produksinya. Selama tiga tahun berjalan, sejak 2016, lahan yang sudah direvitalisasi dan dioptimalkan mencapai 1.300 hektar. 
“Selama 3 tahun berturut-turut, 2016-2018, bahkan sampai tahun ini, sudah kita revitalisasi kurang lebih 1300 hektar. Optimalisasi mungkin hampir 700 hektar,” ujar Direktur Utama PT Garam, Budi Sasongko kepada TrustNews.
Revitalisasi lahan di Manyar, Jawa Timur, misalnya, lahan seluas 260 hektar ini telah beroperasi sejak 1964 hingga 1994. Saat masih berproduksi, kapasitas terpasangnya mencapai 25.000 ton. 
Pegaraman Manyar merupakan pegaraman ke-5 milik PT Garam yang berada di Kecamatan Manyar, Gresik. Bila prosesnya berjalan lancar, direncanakan awal musim produksi 2020 dilakukan trial proses produksi konvensional, serta dilakukan pembangunan pabrik garam GEKI.
“Untuk sampai pada angka 26.000 ton per tahun, kita perkirakan butuh waktu 3 tahun. Itu secara bertahap September 2019 diproyeksikan tercapai 20% kapasitas atau 5.200 ton, tahun kedua mencapai 60% atau 15.600 ton dan tahun ketiga tercapai optimal 26.000 ton," paparnya.  
Dari program revitalisasi yang dilakukan, lanjutnya, sejumlah catatan positif dihasilkan. Dari target RKP 2018 sebesar 280 ribu ton garam, sudah mampu menghasilkan 320 ribu ton. Untuk tahun 2019 ini, targetnya dinaikkan lagi menjadi 420 ribu sampai 450 ribu ton.
Tidak hanya quantity saja, kita juga memperhatikan quality, hasilnya tidak kalah dengan garam impor,” ujarnya. 
Sebagaimana diketahui, selama ini PT Garam hanya menjual bahan baku garam. Akibatnya perusahaan kehilangan banyak  kesempatan. Untuk itu PT Garam melakukan perubahan SDM, organisasi, visi misi. Branding dan logo perusahaan pun berubah. Hasilnya, pada 2018 produksi garam PT Garam bisa  mencapai 370 ton. Angka tersebut terbesar sepanjang sejarah berdrinya PT Garam berdiri.
Yang juga penting, lanjut Budi, PT Garam sudah bisa meningkatkan belanja modal dalam upaya mendorong investasi sekaligus kreasi-kreasi pendapatan dan kreasi produksi. Selain itu, keuntungan dalam dua tahun terakhir sudah di atas 120 persen dari  tahun sebelumnya.
Indonesia memiliki lahan garam lebih kurang 30 ribu hektar. Kalau dari jumlah tersebut per hektar mampu menghasilkan garam 100 ton, maka dalam satu tahun produksi garam nasional mencapai 3 juta ton. Namun dari 30 ribu hektar lahan yang ada, sebanyak 25 ribu hektar merupakan lahan milik petani garam. Maka bila industri garam akan semakin baik, ekonomi masyarakat di daerah penghasil garam juga  akan berkembang. Kedua, petani pun  mengalami perkembangan setiap kali panen.
Tidak hanya merevitalisasi lahan dan modernisasi sarana dan prasarana produksi garam. Di bawah kepemimpinannya, sektor sumber daya manusia (SDM) menjadi perhatiannya.  Harap maklum, karirnya 30 tahun mengabdi di PT Garam, menjadikan Budi paham bagian-bagian mana yang harus dilakukan perbaikan. 
Budi mendorong karyawannya untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan di bidang industri dan teknologi. Dan, menempatkan karyawan PT Garam sesuai dengan kemampuan dan keahlian masing-masing. Tujuannya agar bisa menerapkan prinsip the right man on the right place dan meningkatkan kompetensi kinerja antar karyawan.
“Kita sudah merekrut SDM yang sifatnya mengarah ke jurusannya, ada SMK, S1, juga  dari S1 teknik. Anak-anak muda kita rekrut mulai tahun 2017 hingga 2018. SDM harus kita benahi, kalau dulu itu fisik kita itu hanya petani sekarang sudah industri learning,” tegasnya.
Di bawah kepemimpinannya, Budi menginginkan PT Garam menjadi pengawal pencapain target swasembada serta kedaulatan garam nasional. 
“Kami ingin buktikan PT Garam menjadi pengawal swasembada dan kedaulatan garam nasional,” pungkasnya. (TN)