Ini Cara PEPI Hadapi Disrupsi Pertanian
Senin, 15 Juli 2024 | 13:41 WIB
Pada saat yang bersamaan, sebagai perguruan tinggi vokasi di bidang enjiniring pertanian, PEPI menghadapi tantangan untuk memenuhi kebutuhan SDM pertanian berkualitas yang terus meningkat.
Muharfiza, Direktur Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia (PEPI), mengatakan perubahan iklim membawa juga dampak negative terhadap sektor pertanian, seperti kekeringan, banjir, dan hama penyakit tanaman. PEPI perlu menyiapkan lulusan yang mampu beradaptasi dengan perubahan iklim dan mengembangkan teknologi pertanian yang tahan terhadap perubahan iklim.
"Secara garis besar ada dua tantangan yang dihadapi PEPI, yakni kurangnya minat generasi muda terhadap sektor pertanian hal ini perlu dilakukan berbagai upaya untuk menarik dan meningkatkan minat generasi muda terhadap sektor pertanian," ujar Muharfiza kepada TrustNews.
"Kemudian lokasi PEPI dikelilingi oleh beberapa universitas berstandar internasional. Kondisi ini menjadi persaingan yang ketat untuk PEPI sehingga perlu meningkatkan kualitas lulusannya agar mampu bersaing di pasar global," ungkapnya.
Namun ditegaskannya, PEPI berkomitmen kuat menghasilkan SDM unggul yang tidak hanya memiliki keahlian teknis di bidang pertanian, tetapi juga memiliki kemampuan riset yang mumpuni.
"Hal ini sejalan dengan visi PEPI menjadi Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia unggul bertaraf internasional dalam menghasilkan sumber daya manusia pertanian yang profesional, mandiri, dan berdaya saing di bidang enjiniring dan teknologi pertanian," tegasnya.
Sebagaimana diketahui, PEPI memiliki program studi Tata Air Pertanian (TAP) yang banyak fokus mempelajari dan mempraktekkan mata kuliah sistem budidaya pangan dengan lahan sempit, seperti greenhouse, vertical farming maupun hydroponic system untuk hortikultura dengan memanfaatkan teknologi terkini dan smartphone maupun penggunaan Internet of Thing (IoT) yang menyebabkan petani milenial akan sangat tertarik.
Dijelaskannya, PEPI merancang kurikulum yang mengintegrasikan pembelajaran 30% teori dan 70% praktik dengan berbasis riset. Mahasiswa didorong untuk terlibat dalam proyek-proyek riset dosen sejak semester awal, sejalan dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat sehingga mereka dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah, dan melakukan analisis data.
Kedua, kerjasama dengan universitas lain. PEPI menjalin kerjasama dengan berbagai universitas, baik di dalam maupun luar negeri. Kerjasama ini memungkinkan mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman riset yang lebih luas dan belajar dari para pakar di bidangnya.
Ketiga, program penelitian dosen. PEPI secara berkelanjutan mengadakan program penelitian dosen untuk meningkatkan kompetensi mereka dalam bidang riset. Hal ini penting untuk memastikan bahwa dosen dapat memberikan bimbingan dan arahan yang tepat kepada mahasiswa dalam melakukan riset.
Keempat, budaya riset yang kuat. PEPI berusaha untuk menciptakan budaya riset yang kuat di lingkungan perguruan tinggi. Hal ini dilakukan dengan mengadakan berbagai kegiatan ilmiah, seperti seminar (Millenial Agriculture Forum/MAF), dan menghadiri seminar hasil penelitian mahasiswa semester akhir. Mahasiswa juga didorong untuk mempublikasikan hasil riset mereka dalam jurnal ilmiah atau media lainnya. (TN)
BACA JUGA