Mengintip Jejaring Bisnis KAI Wisata
Jumat, 12 Juli 2024 | 03:47 WIB
Dok, Istimewa
Tiga unit kereta tersebut masing-masing diberi nama Nusantara, Bali, dan Toraja. Lima tahun kemudian, 2014, KAI Wisata mulai mengoperasikan sembilan unit kereta wisata baru hasil modifikasi Balai Yasa Manggarai yang diberi nama Sumatra, Jawa, Imperial (3 unit), dan Priority (4 unit).
Sejak itu, KAI Wisata terus melaju dari tahun ke tahun. Tengok saja, tahun 2017, perusahaan ini mulai mengoperasikan Lounge Anggrek di Stasiun Yogyakarta.
Pada tahun 2018, Kereta Api Indonesia menunjuk perusahaan ini untuk mengelola Lawang Sewu dan Museum Kereta Api Ambarawa.
Pada tahun 2022, perusahaan ini mulai mengoperasikan satu unit kereta wisata baru hasil modifikasi yang diberi nama Panoramic.
Tak sekedar membawa gerbong kereta, KAI Wisata mulai melirik bisnis penginapan dengan mengoperasikan Rail Transit Suite. Sebuah hotel kapsul di Stasiun Gambir, Jakarta, pada 2015. Selepas itu, hampir semua sektor usaha dirambah KAI Wisata.
Mulai dari pengaturan perjalanan wisata, penyelenggaraan acara (MICE), pengurusan paspor, keagenan tiket kereta api, penyewaan kendaraan, lounge, shower & locker, pariwara luar griya light rail transit (LRT) dan mass rapid transit (MRT), penyediaan pelayanan adidaya (frontliner dan contacts center) hingga E-porrer.
Hendy Helmy, CEO KAI Wisata, mengatakan, berkembangnya kebutuhan masyarakat akan kebutuhan kereta api khususnya pariwisata, membuat manajemen perusahaan mengambil langkah diversifikasi usaha. "Selama 15 tahun beroperasi diawali dengan memberikan pelayanan kereta api. Memungkinkan kita untuk melihat berkembangnya kebutuhan masyarakat, maka kita tumbuh menjadi bisnis lainnya," ujar Hendy Helmy menjawab TrustNews.
"Kita terus berupaya membangun reputasi pada kualitas layanan dan pengetahuan yang mendalam tentang tujuan wisata yang tak tertandingi dalam industri pariwisata Indonesia saat ini," tambahnya.
Hendy tak memungkiri, KAI Wisata sangat berpengaruh dengan mutu dan kualitas pelayanan, tidak saja menyangkut pelayanan antar muka. Tapi juga menyangkut modernisasi pelayanan melalui e-government (KAI Access) dan e-Porter.
"Perkembangan teknologi yang sangat pesat membuat konsumen menuntut layanan yang praktis dan cepat, termasuk bagaimana petugas memberikan pelayanan kepada konsumen. Kualitas pelayanan menjadi faktor penentu apakah konsumen akan kembali menggunakan jasa kita atau tidak," paparnya.
Dirinya meyakini, seluruh karyawan KAI Wisata pada hakikatnya memiliki jiwa melayani dalam menjalankan tugasnya. "Setiap lini bisnis kami harus selalu menyajikan kegiatan yang tidak membuat customer bosan dan tidak mau balik lagi menggunakan produk kami. Kami selalu memberikan pengetahuan kepada pegawai agar dapat melayani pelanggan dengan baik, dan pegawai ini juga kami training sehingga kompetensi pelayan kita semakin baik," pungkasnya.
BACA JUGA