Kebangkitan Dewa Laut Yang Perkasa
Senin, 13 Mei 2024 | 16:57 WIB
Dok, Istimewa
Selayaknya "panglima pasukan', Adi Nugroho selaku Direktur Utama PT Varuna Tirta Prakasya (VTP Persero), menolak vonis mematikan tersebut. "Kami akan terus berkiprah dalam usaha perlogistikan nasional," tegasnya.
VTP yang lahir selang dua tahun Kemerdekaan Indonesia ini, sempat mencecap masa keemasan sepanjang tahun 70-an hingga 90-an, khususnya dalam kegiatan logistik ekspor dan impor barang serta pergudangan. Selepas itu, masa keemasan memudar dan tertatih-tatih dalam menjalankan roda perusahaan di tengah era perubahan. Ditandai peningkatan layanan pelanggan melalui penggunaan teknologi informasi dan aplikasi e-commerce (Industri 4.0).
Hal tersebut berdampak pada perubahan strategi perusahaan dalam menjalankan bisnis mereka Perubahan teknologi yang bergerak cepat ini memberikan tantangan yang belum pernah terjadi pada periode sebelumnya.
Di sisi lain juga menciptakan peluang bagi perusahaan untuk mulai mengadopsi teknologi baru seperti Internet of Things, Cyber-Physical Systems, Kecerdasan Buatan, Robotika, Keamanan Cyber, Analisis Data, Blockchain, dan Cloud Computing System.
Secara jujur diakui Adi, VTP menghadapi sejumlah tantangan mulai dari peningkatan sumber daya manusia (SDM), alat produksi yang tua, adanya putusan pengadilan terkait pelunasan utang pada pihak ketiga, kekurangan bayar pajak di tahun 2018 yang muncul di tahun 2023 hingga masalah environment yang terjadi 5-10 tahun lalu
"Ini pekerjaan rumah yang harus kami selesaikan dan hal-hal tidak terduga yang kalau kami tidak antisipasi akan mempersulit keuangan kami. Tapi yang penting adalah kesiapan modal kerja," ujarnya. "Kalau kami tidak punya modal dan dapat kerjaan banyak maka akan sulit untuk kami lakukan," tambah Adi yang ingin mengembalikan VTP pada khitahnya sesuai dengan namanya 'Dewa Laut Yang Perkasa'.
Permasalahan modal menjadi kendala, dikarenakan VTP merupakan perusahaan logistik free finance. Tipe perusahaan ini, perusahaan logistik membiayai terlebih dahulu setelah itu seluruh biaya ditagihkan.
"Saat ini kita menargetkan tumbuh maksimal di angka 25-30% dari tahun lalu. Hal ini kita percaya bisa diraih karena kita sudah punya partner dalam negeri dan luar negeri. Kita juga ada usaha yang insyaallah bisa kita andalkan.
"Kalau tahun lalu kita ada Rp1,5 miliar, kita melakukan efisiensi dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang memiliki margin keuntungan besar. Jadi kalau marginnya masih kurang, maka kami skip dan dialokasikan kepada pekerjaan yang marginnya lebih bagus," ujarnya. "Hal ini karena modal yang kami miliki tidak banyak," tambahnya.
"Jadi saya sekarang banyak berkiprah di laut, di angkutan air, kita sudah operate tongkang dan kita coba masuk ke kapal yang lebih besar. Mudah-mudahan tahun ini kita sudah bisa melayani dengan kapal yang lebih besar agar revenue perusahaan dan lebih sustainable," VTP awalnya merupakan gabungan empat perusahaan warisan Belanda yang bergerak di bidang per-Veem-an yaitu N.V.Het Batavia Veem, N.V.Indische Veem, N.V.Java Veem dan Verenigde Prouwenveren, yang selanjutnya diberi nama Fa. Veem Combinatie Tandjoeng Priok. Peristiwa penggabungan tersebut terjadi pada tanggal 7 Mei 1947.
Pada periode antara 1954-1977, Fa. Veem Combinatie Tandjoeng Priok telah beberapa kali berubah nama dan bentuk badan hukum yang disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah serta Keputusan Presiden, terakhir perusahaan ini bernama P.N. VTP.
"Kita ingin VTP bisa diperhitungkan terkait logistik terkhusus dalam hal angkutan laut. Setahun belakangan ini VTP sudah cukup dikenal dan sudah lumayan banyak digunakan oleh customer," pungkasnya.
BACA JUGA