Pembenahan Internal Jakarta Experience Board
Senin, 13 Mei 2024 | 16:20 WIB
Dok, Istimewa
Selain berganti identitas perusahaan, JXB tak hanya mengurusi perhotelan dan pariwisata. Melalui identitas baru ini, JXB berkomitmen untuk menjadi BUMD yang menyediakan pengalaman pariwisata terintegrasi di Jakarta berdasarkan pilar bisnis yang dikelola.
Yunn Bali Mohammad Yusuf, Direktur Utama JXB, mengatakan, transformasi yang dilakukan menimbulkan adanya perubahan dari lingkungan internal dalam upayanya membidik pertumbuhan bisnis di 2024.
Setidaknya ada lima poin pembenahan yang dilakukan. Pertama, percepatan proyek renovasi hotel kami yang sudah direbranding dari yang sebelumnya bernama Grand Cempaka Business Hotel menjadi The Tavia Heritage Hotel.
Kedua, restrukturisasi organisasi yang lebih efisien. Penyesuaian direktorat akibat berkurangnya jumlah Direksi dari 4 menjadi 2 orang dan penggunaan tenaga kerja kontrak yang lebih efisien serta pengurangan tenaga kerja harian.
Ketiga, pengelolaan pembiayaan yang fokus pada kegiatan-kegiatan yang berdampak langsung pada perolehan pendapatan. Keempat, optimalisasi unit pariwisata agar dapat lebih berkontribusi pada pertumbuhan bisnis.
Kelima, meningkatkan perbaikan terhadap aset hotel secara berkelanjutan sesuai kemampuan perusahaan, sekaligus meningkatkan hospitality seperti tingkat keramahan, kesopanan dan kebersihan dalam upaya meningkatkan jumlah hunian terhadap aset hotel perusahaan.
“Saat ini bisnis kita sedang tidak baikbaik saja, karena ada isu internal dengan beban tenaga kerja antara pekerja senior dengan junior,” ujar Yunn Bali Mohammad kepada TrustNews.
“Adanya beban tenaga kerja pada saat revenue kita belum terlalu bagus, kalau okupansi hotel paling 60-70 persen. Insyaallah kedepannya dengan target yang kami bicarakan tadi akan membaik dengan memanfaatkan sumber dana PMD,” paparnya.
Dijelaskannya, upaya meredam konflik senior-junior, manajemen mengambil beberapa langkah, mulai dari penegakan peraturan tata kelola dan Standar Operasional Prosedur (SOP), mengadakan program perubahan mindset, perampingan struktur organisasi hingga perubahan pola bisnis.
“SDM yang tua harusnya lebih bisa memahami realita sudah ada regenerasi. Jadi kalau mereka resisten akan menjadi masalah di internal kita, karena antara yang muda dan tua tentu ada perbedaan cara kerja dan bersikap. Akhirnya kita ikut kedalam untuk mendampingi proses transisi itu,” urainya.
Sedangkan untuk marketing, lanjutnya, manajemen memberikan support back office berupa pelatihan karyawan dan kenyamanan cara membangun relasi.
“Kami membudayakan berprasangka baik agar fokus ke tupoksinya masingmasing. Kita juga ada task force untuk mempercepat segala ide untuk dikaji dan dianalisis. Kami juga membuka semua informasi baik pendapatan hari ini, tabungan dan lain sebagainya kepada semua karyawan,” pungkasnya.
BACA JUGA