Menolak Takluk: Bangkit Pasca Gulung Tikar
Jumat, 09 Agustus 2019 | 03:16 WIB
DR. H. Efri Jhonly, SH, MH, MM, MKn
Sempat gulung tikar dihantam krisis moneter, Efri Jhonly kini memiliki beragam jenis usaha dan terus beranak pinak.
Mungkin banyak yang tidak tahu bahwa Efri Jhonly pernah pontang-panting dalam merintis bisnis dan mencecap pahitnya kehidupan. Usaha yang dirintisnya sebagai pedagang di Pasar Tanah Abang, Jakarta pusat, yang mulai berkembang harus lenyap bersama datangnya krisis moneter di tahun 1998.
“Enam kios usaha di Pasar Tanah Abang terpaksa tutup. Gulung tikar,” ujarnya.
Tak kapok berbisnis, demi menghidupi keluarganya, Jhonly kembali memulai usaha. Namun tidak diperdagangan pakaian seperti sebelumnya. Jhonly membuka usaha laundry dengan berbagi ruang di rumahnya. Namun siapa nyana, dari bisnis laundry rumahan, kini usahanya beranak pinak. Mulai dari properti, showroom mobil, digital printing hingga balai lelang.
“Masih kecil-kecilan dalam deretan ruko ini juga,” ujar Jhonly menunjuk jejeran usahanya yang ditemui siang itu.
Kepiawaian pria berdarah Minang ini dalam bergaul dan kemampuannya menyelesaikan persoalan-persoalan yang terkait dengan hukum membuatnya dipercaya sebagai orang nomor dua di sebuah perusahaan asing yang bergerak di bidang gypsum, semen putih, holo, baja ringan dan semen gelombang.
“Dalam berusaha harus siap resiko rugi. Jangan untungnya aja, ruginya juga harus. Jangan juga berbisnis itu karena latah, ikut-ikutan hanya karena bisnis tersebut sedang booming,” ujarnya memberi kiat berbisnis.
Dari usaha kelas rukonya, Jhonly mampu membuka lapangan pekerjaan. Di bisnis garmen menyerap 500 orang pekerja. Di bisnis showroom mobil yang sudah punya empat cabang, tercatat mempekerjakan 20 orang. Belum lagi dari bisnis digital printing dan rumah makan yang baru dirintisnya. Adapun di perusahan Aplus mempekerjakan 4.000 orang.
Sedangkan di bidang properti, di bawah bendera Jhonly Propertindo, sejumlah proyek berskala besar terus bergerak, mulai dari pembangunan kawasan pergudangan industri di Bekasi dengan luas 350 hektar. Kemudian berancang-ancang membuka unit-unit perumahan strata cluster dekat kawasan Ancol dan apartemen dengan ketinggian 20 lantai seluas 6000 meter.
“Untuk kawasan pergudangan akan diberikan kemudahan bagi pengusaha yang ingin menyewa atau membeli gudangnya,” ujarnya setengah berpromosi.
Dalam pandangan Jhonly, perkembangan dan kecanggihan teknologi komunikasi seharusnya merangsang anak-anak muda untuk berlomba-lomba menjadi wiraswasta. Sebab dunia sudah menyatu, tidak ada lagi sekat dan tidak butuh dana besar untuk memulai usaha.
Dia pun mengambil contoh anaknya yang memulai usaha jualan buket bunga hanya bermodalkan smartphone dengan memajangnya di Instagram. Responnya cukup bagus, penghasilannya mencapai Rp 2 juta/hari.
“Kadang saya iri seandainya dulu teknologi seperti sekarang nggak bakalan pontang-panting. Bayangkan nggak perlu toko dan nggak perlu rekrut karyawan, cukup datang ke toko bunga lalu dirangkai, foto dan dipajang. Saya tanya berapa penghasilannya, di jawab Rp 2 juta per hari. Artinya peluang usaha itu ada asal anak-anak muda itu kreatif,” pungkasnya. (TN)
BACA JUGA