Waktunya Petani Sawit Produksi CPO

Hasan, trustnews.id
Selasa, 12 September 2023 | 01:41 WIB


Waktunya Petani Sawit Produksi CPO
TRUSTNEWS.ID,. - Bermula dari 4 biji kelapa sawit yang ditanam di Kebun Raya Bogor pada 1848, siapa nyana tanaman asli dari Afrika ini menjelma menjadi komoditas strategis. Tidak saja bagi kehidupan masyarakat Indonesia, tapi juga memegang peranan vital bagi dunia. Sebab produksi CPO Indonesia telah berkontribusi hingga 51% dari pasokan minyak sawit yang dikonsumsi masyarakat dunia.

Bahkan dalam perkembangannya, kelapa sawit sebagai salah satu sumber energi terbarukan (renewable energy) dengan berbagai jenis bahan bakar seperti biodiesel, bioetanol, dan biogas.

Sejauh ini, Indonesia masih merupakan produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Hal ini sejalan dengan data Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) yang mencatatkan Indonesia menempati urutan permana dengan jumlah produksi mencapai 45,5 juta metrik ton pada 2022.

Dalam urusan pendapatan negara, ekspor kelapa sawit dan turunannya mencapai sekitar USD 40 miliar atau sekitar Rp 600 triliun pada tahun 2022. Tidaklah mengherankan, jika dari tahun ke tahun sawit tercatat penyumbang terbesar devisa negara.

Namun di lain sisi, produksi Crude Palm Oil (CPO) Indonesia terus mengalami penurunan dalam kurun waktu empat tahun terakhir. Data mengungkap, produksi CPO pada tahun 2022 sebesar 46,729 juta ton.Jumlah tersebut lebih rendah dari produksi tahun 2021 sebesar 46,88 juta ton.

Produksi ini turun 0,31% dari capaian 2020 yang sebesar 47,03 juta ton yang juga mengalami penurunan sebesar 0,3% dari 47,18 juta ton pada 2019.

Padahal, pada tiga tahun sebelumnya produksi CPO selalu mengalami peningkatan. Pada 2017 produksinya mencapai 38,16 juta ton. Kemudian naik menjadi 43,1 juta ton pada 2018 dan kembali naik pada 2019.

Darmono Taniwiryono, Ketua Umum Masyarakat Perkelapasawitan Indonesia (MAKSI), dengan singkat dan padat memberikan jawaban terkait turunnya produksi CPO,

"Keseimbangan baru". Keseimbangan baru yang dimaksudnya adalah telah terjadi pergeseran kepemilikan lahan sawit dari semula milik negara. Namun seiring perjalanan waktu, luas lahan perkebunan sawit rakyat terus meluas. Sementara lahan perkebunan milik negara tidak berkembang.

"Sawit kini diusahakan oleh negara, swasta dan rakyat. Namun dalam perjalanan tersebut terjadi pertumbuhan yang tidak seimbang di antara ketiganya dalam kepemilikan luas lahan. Negara yang semula mendominasi kini kehilangan kekuatannya,” ujar Darmono Taniwiryono kepada TrustNews.

"Kedaulatan pangan ada di tiap petani sawit. Petani kita ada 41% dari total luasan 16,3 juta hektar. Pertanyaannya bagaimana para petani ini ditingkatkan kapasitasnya, karena mereka mulai berniat untuk memproduksi CPO sendiri," tambahnya.

Kenyataannya, teknologi produksi CPO hanya dimiliki oleh perkebunan-perkebunan besar dan teknologi produksi hilir utama (biodiesel dan minyak goreng) 100% hanya dimiliki oleh perusahaan swasta