Connectivity, Amenities and Attraction
Jumat, 10 Maret 2023 | 14:01 WIB
Dok, Istimewa - Iswandi Said, Wakil Ketua Umum Bidang Hotel Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI).
Ini melihat data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah tamu yang menginap di hotel non-bintang dan hotel berbintang pada Desember 2022. Tercatat, tingkat penghunian kamar (TPK) hotel non-bintang di Indonesia sebesar 26,45% pada Desember 2022. Angkanya naik 2,41% poin dibandingkan pada bulan sebelumnya yang sebesar 24,04%.
Nilainya juga meningkat 1,88% poin dibandingkan pada setahun sebelumnya. Pada Desember 2021, TPK hotel nonbintang di dalam negeri tercatat sebesar 24,57%.
Begitu juga hotel berbintang, TPK hotel berbintang di Indonesia sebesar 56,9% pada Desember 2022. Nilai tersebut meningkat 2,49% poin secara bulanan dan 5,33% poin secara tahunan.
Sebagaimana diketahui, Secara bulanan (month-on-month/mom) Desember 2021 TPK hotel berbintang di Indonesia mencatatkan rekor mencapai 51,57%. Ini pertama kalinya TPK hotel berbintang menembus angka di atas 50% sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia pada Maret 2020.
"Perlahan kondisinya sudah mulai normal seperti sebelum pandemi. Dan, bermunculan bisnis-bisnis yang inovatif karena kita sudah terlatih dengan kondisi pandemi kemarin banyak aturan-aturan baru bagaimana kita hidup sehat," ujar Iswandi Said, Wakil Ketua Umum Bidang Hotel Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), menjawab TrustNews.
Inovasi dalam berwisata yang dimaksud Iswandi antara lain, pertama Connectivity (accessibility). Semenjak pandemi telah terjadi perubahan paradigma masyarakat terhadap pola hidup sehat. Tidak saja dalam hidup keseharian, tapi juga saat bepergian menggunakan moda transportasi umum.
"Penggunaan masker, mencuci tangan atau penggunaan hand sanitizer secara tidak sadar sudah tertanam dalam alam bawah sadar untuk menjaga diri terjangkit penyakit. Pola hidup sehat ini juga berlaku bagi para pelaku yang bergerak di bidang jasa dengan menyediakan fasilitas pendukung seperti masker dan hand sanitizer," ujarnya.
"Amenities ini bukan lagi sekedar aksesoris, tapi sudah menjadi keutamaan bagi mereka yang bergerak di bidang jasa. Dunia penerbangan mensyaratkan penggunaan masker bagi para penumpangnya. Pengelola hotel selalu menomorsatukan kebersihan kamarnya. Pengelola restoran atau cafe dalam penyajiannya sangat peduli dalam hal higienitas. Masyarakat tidak komplain justru merasa senang," tambahnya.
Ketiga, Attraction (aktivitas selama liburan). Para pengelola pariwisata melakukan inovasi agar para tamu yang datang bisa tinggal lebih lama dengan memberikan daya tarik tertentu. Dengan catatan, daya tarik yang diberikan harus memperhatikan faktor keamanan dan kenyamanan.
"Attraction yang diberikan bisa sejalan dengan gaya hidup sehat yang sedang in di masyarakat, seperti bersepeda berkeliling desa atau persawahan atau pertunjukan. Hanya saja yang perlu diperhatikan jgn daya tarik yang diberikan justru menjadi tempat berkumpulnya orang yang luar biasa jumlahnya sehingga khawatir terjadi penularan," ujarnya.
"Jadi connectivity, amenities dan attraction menjadi inovasi-inovasi di bidang pariwisata mulai dari transportasi, hotel dan atraksinya. Semuanya harus mempunyai kepedulian terhadap keselamatan," pungkasnya.
BACA JUGA