PT Nurinda Siap Luncurkan Jointing Terminating Tegangan Menengah

Hasan, trustnews.id
Selasa, 10 Januari 2023 | 11:42 WIB


PT Nurinda Siap Luncurkan Jointing Terminating Tegangan Menengah
Foto; Direktur Utama PT Nurinda Suwardi Setiawan. Dok, Trustnews/Istimewa
TRUSTNEWS.ID - PT Nurinda merupakan perusahaan manufaktur yang memproduksi panel dan peralatan listrik. Memposisikan dirinya sebagai produsen inovatif kompeten, sehingga banyak memenuhi desain khusus bagi para pelanggannya yang mengembangkan fitur dalam sistem panel listrik, konfigurasi atau struktur panel.

Perancangan tersebut meliputi pendistribusian, pengendalian, pemantauan, dan pengukuran sistem distribusi tenaga listrik secara canggih dan moderen. Atas kompetensi dan inovasi yang dimilikinya tersebut, PT Nurinda dikenal sebagai distributor resmi perusahaan-perusahaan papan atas baik local maupun global, seperti halnya PT PLN (Persero), PT Schneider Indonesia dan distributor PT 3M Indonesia.

“Kami telah menguji tipe dan mensertifikasi banyak produk kami ke Laboratorium Sertifikasi Kelistrikan Indonesia (LMK – PT PLN Pusertif). Kami juga telah lulus standar ISO 9001-2015 untuk sistem manajemen. Untuk proses manufaktur, kami telah lulus Standar Sistem Pengendalian Mutu (SPM) dari Komite Sertifikasi Indonesia. Kami juga dinilai secara finansial oleh PT D&B (Dun & Bradstreet), serta masuk dalam Daftar Perusahaan Terpilih (DPT) PLN,” ungkap Direktur Utama PT Nurinda Suwardi Setiawan.

PT Nurinda pertama didirikan pada tahun 1994. Waktu itu, pelanggan utamanya berkisar dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) hingga berbagai sektor swasta. Produknya banyak digunakan untuk sistem distribusi tegangan rendah, tetapi beberapa juga dapat digunakan untuk tegangan menengah. Contoh produknya LVMDP (Panel Distribusi Utama Tegangan Rendah), Bank kapasitor, Panel AMR (Pembacaan Meter Otomatis), Panel Kontrol MV, Gardu Induk Portabel/ Bergerak, dan masih banyak lagi.

Menurut Suwardi, memasuki tahun 2023, penggunaan lokal konten lebih besar di masa mendatang. Meskipun demikian, pihaknya sudah mendapat ‘lampu hijau’ dari PT PLN untuk mengimpor jointing terminating tegangan menengah yang produknya masih menggunakan label produsen Amerika dan Prancis. Tapi ditegaskannya, skema ini bukan tanpa dasar. Di balik itu, PT Nurinda menjaminkan kepada PT PLN bahwa pihaknya siap menjadi produsen lokal untuk membuat produk yang benar-benar sama barang dan kualitasnya dengan buatan Amerika dan Prancis. Bahkan upaya ini sudah dilakukan pada akhir Desember 2022 dan telah lahir produk launching-nya. “Meskipun bayangan resesi masih menghantui produksi terhadap jointing terminating ini tetap berjalan. Sepertinya industri yang kami kembangkan tidak berpengaruh besar akibat resesi ekonomi global yang menjadi perhatian banyak pihak,” tambahnya.

Komitmen Nurinda dalam mengembangkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) juga cukup tinggi, kisaran yang terserap rata-rata 30-50%. Makanya, hampir setiap tahun komitmen Nurinda dalam memenuhi konten produk lokal tersebut mendapat perhatian dari pemerintah.

“Atas penghargaan ini, kami termotivasi untuk terus meningkatkan kualitas produk yang kami keluarkan. Kalau kita dihargai pasti akan akan eksposure untuk meningkatkan kualitas produk dengan penyerapan kandungan lokal. Awalnya yang saya geluti hanya 0% penggunaan, sekarang hampir 40% dan bahkan lebih,” tambahnya.

Namun demikian, penyerapan TKDN saat ini dibanyak industri rata-rata maksimal di angka 40% karena tidak sedikit material produknya yang mau tidak mau diimpor dari luar negeri, karena di tanah air tidak ada produsennya sendiri, seperti halnya silikon steel. Kecuali kalau semua industrinya logam steel, karena jaminannya bisa datang dari PT Krakatau Steel, karena produk yang mereka buat ada juga yang berorientasi ekspor.

Dari sisi Panel Surya, Nurinda juga sudah bergerak untuk bisa memproduksi secara maksimal, namun demikian masih terbatas dan belum mendapat tempat dihati PLN, karena stok lama mereka masih begitu banyak, meskipun beda kemasan. Panel surya milik Nurinda terjerembab di industri hulu. Pembuatan chip dan sebagainya belum ada di Indonesia. Inilah penyebabnya mengapa belum ada investor yang mau berinvestasi di bidang ini karena harganya cukup mahal. Kalaupun dipaksakan untuk dibuka, konsumennya juga belum banyak. Ini menjadi dilema. Makanya di dunia jumlahnya tidak banyak, hanya ada 32 untuk panel surya tier 1. Padahal ada 13 yang terdaftar APAMSI. Tapi ini tidak mungkin tier 1, karena ada barang yang masih import. Dan ini tidak bisa menyaingi kualitasnya, karena dalam perjalanan tidak ada yang bisa menjamin ketika kita pesan, dan sampai kesini kualitasnya masih sama.

“Saya dengar sudah ada yang berani investasi di bidang panel surya, tapi tidak tahu siapa dan kapan. Dan investasinya triliunan ini, dan tidak mudah,” tambahnya.

(tn/san)


BACA JUGA