Startegi Dirut Pelindo IV Operator terbesar & Bangkitnya Ekonomi Indonesia Timur
Senin, 20 Mei 2019 | 05:52 WIB
Farid Padang, Dirut Pelindo IV
Sejak dilantik September 2018, beragam terobosan dilakukan untuk mewujudkannya. Mulai dari peningkatan dan pengembangan kompetensi serta kualitas sumber daya manusia (SDM) di bidang pelabuhan, penerapan direct call dan direct export secara langsung dari Indonesia Timur tanpa melalui Surabaya dan Jakarta, meningkatkan daya saing perusahaan hingga digitalisasi dalam bentuk integrated system.
“Ilmu pengetahuan berkembang, kebutuhan masyarakat pengguna pelabuhan juga berkembang, begitu juga hal-hal yang terkait dengan dunia pelabuhan, hal ini menuntut kita untuk terus meningkatkan kemampuan dalam memberikan pelayanan prima di segala aspek,” ujar Farid Padang kepada TrustNews.
Peningkatan SDM menjadi penting, lanjutnya, dalam upaya Pelindo 4 mewujudkan begitu besarnya potensi yang dimiliki KTI, dengan cara menggandeng para kepala daerah untuk pengembangan pariwisata yang terintegrasi dengan pelabuhan
“Pelabuhan tidak lagi sekedar bongkar muat barang maupun penumpang, tapi juga pelayaran wisata. Wisatwan kapal pesiar terus meningkat, ini yang kita bidik bekerjasama dengan para kepala daerah dan Global Port Holding mendatangkan kapal khusus untuk Indonesia Timur,” paparnya.
Sebagaimana diketahui, untuk cruise kelas midle memiliki daya angkut sekitar 1.000-3.000 wisatawan, sedangkan cruise kelas expedition vessels memiliki daya angkut 1.000 wisawatan. Pada tahun 2018 saja, pergerakan wisatan dari jalur laut mencapai 353.425 orang dengan jumlah cruise yang merapat hingga 490 call. Pada tahun 2019, direncanakan kedatangan kapal pesiar minimal 539 call atau naik 19,6 persen. Untuk cruise besar (membawa lebih dari 3.000 penumpang), wilayah favorit yang sering didatangi yakni Indonesia sebanyak 74 persen.
“Kita kerjasama dengan pemerintah Sulawesi Selatan sebagai home port bagi kapal pesiar dan seluruh pelabuhan di Indonesia Timur mulai melakukan integrasi pariwisata untuk meningkatkan wisatawan,”paparnya.
Membidik wisatawan kapal pesiar, baginya, sebuah terobosan sebagaimana yang dilakukan Pelindo dengan program direct call dan direct export yakni jalur ekspor langsung ke luar negeri dari semua pelabuhan yang dikelolanya. Dengan program ini, barang tidak lagi melalui Jakarta dan Surabaya.
Tak hanya direct call dan direct export, waktu peneribitan letter of credit (L/C) pun dipercepat dari 40 hari menjadi hanya dua hari. Terobosan ini diyakini Pelindo 4 mampu menekan biaya dan waktu pengiriman hingga 50 persen.
Dia pun mengambil contoh pengiriman langsung dari Pelabuhan Makassar ke China hanya 9 hari perjalanan dari sebelumnya memakan waktu 24 hari dengan efisiensi biaya sekitar US$200 setiap pengiriman barang. Sedangkan untuk ke Eropa dan Amerika, efisiensi waktunya kini hanya menjadi 11 hari dengan penyusutan biaya kurang lebih US$500.
Direct export dan direct call dari Pelabuhan Makassar rerata menuju Benua Eropa dan Amerika (Amerika Serikat, Spanyol, Perancis, Hamburg dan Rotterdam), serta ke beberapa negara di Asia Timur, yakni China, Jepang dan Korea. Saat ini Pelindo 4 tengah dilakukan penjajakan dengan Australia untuk membuka rute jalur direct call Maluku dan Papua langsung ke Australia.
“Kualitas ekspor pun akan terjaga, karena waktu pengiriman ekspor jauh lebih cepat. Hal penting lainnya LC langsung bisa diterbitkan, sehingga menguntungkan para eksportir karena mereka bisa langsung mencairkan dananya di bank. Sebelumnya proses ini memerlukan waktu hingga 40 hari,” ujar Farid.
Dengan luasnya wilayah cakupan Kerja Pelindo 4 yang berada di 11 provinsi dan 27 cabang serta menguasainya 49,7% wilayah Timur Indonesia, belum termasuk anak-anak perusahaannya, Farid optimis Pelindo 4 akan berada dibarisan paling depan di antara Pelindo-Pelindo lainnya.
“kita punya banyak kerjasama, kita juga membuat 6 bisnis excelent dengan membuat 6 bisnis cucu usaha dari pada dua anak usaha. Pelindo 4 akan lebih besar,” pungkasnya.(TN)
BACA JUGA