Sanitasi Benteng Awal Kesehatan Manusia

Hasan , trustnews.id
Sabtu, 15 Oktober 2022 | 09:13 WIB


Sanitasi Benteng Awal Kesehatan Manusia
Dok, Trustnews/Istimewa
TRUSTNEWS.ID - Tak ada tawar-menawar soal program Sanitasi Sekolah (Sanisek) bagi Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar. Tak ada ampun bagi kepala sekolah yang dinilai abai terhadap persoalan Sanisek, langsung dicopot. Bukan gertak sambal, Zaki bahkan sudah menyiapkan 60 Kepsek bersertifikat.

"Ada 60 orang stok kepala sekolah bersertifikat. Kalau ada kepala sekolah tidak memperhatikan sanitasi akan ada yang siap mengganti," tegas Ahmed Zaki Iskandar.

Bagi Bupati Tangerang, sanitasi merupakan benteng awal dalam kesehatan tubuh dan juga kesehatan lingkungan. Karena sanitasi yang buruk menyebabkan masyarakat, khususnya anak-anak rentan terhadap berbagai macam penyakit seperti diare, polio, pneumonia, penyakit kulit serta gangguan kesehatan lainnya.

Dijelaskannya, program Sanisek menjadikan WC sebagai fokus peningkatan sanitasi di sekolah, yakni dengan menjadikan lokasinya di gerbang sekolah dan bersih. Penempatan ini bertujuan agar semua pihak dapat menjaga murid dari kejadian yang tidak diinginkan.

Ini mengingat, kondisi WC sekolah sangat memprihatinkan, maka dari itu pada 2013 pihaknya menjalankan program Sanitasi Berbasis Sekolah (Sanisek). "WC itu kan tempat paling horor, selalu di belakang, di pojok, gelap, bau kotor, bahkan di beberapa sekolah tidak bisa dipakai sama sekali," ungkapnya.

Melihat pengalaman itu, pembangunan sanitasi di sekolah menjadi suatu kewajiban di Pemkab Tangerang. Apalagi, ketersediaan sarana dan prasarana sekolah juga menyangkut hak asasi manusia. "Jadi anak-anak datang ke sekolah tidak datang dengan perasaaan tertekan. Akademis juga dicoba sederhanakan agar mereka senang untuk hadir," ungkap Bupati Zaki.

Tak hanya sekolah, Zaki juga menjelaskan, program Sanisek juga berbasis pondok pesantren Salafi di seluruh Kabupaten Tangerang secara bertahap. Tujuannya agar santri-santri yang ada di pondok pesantren bisa memperhatikan kesehatan tubuh dan kesehatan lingkungan.

"Anak-anak tidak lagi mandi sembarangan dan buang air sembarangan. Karena ada kalimat Annadhofatu minal iman memiliki arti kebersihan sebagian dari iman. Pentingnya kebersihan ini harus kita berikan dari generasi ke generasi berikutnya," ujarnya.

Sebagaimana diketahui, lima tahun terakhir, Pemkab Tangerang menjalin kerja sama dengan Lembaga Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) melalui program Indonesia Urban Water Sanitation and Hygiene Penyehatan Lingkungan untuk Semua (IUWASH PLUS) dalam mendukung Pencanangan Target Bebas Buang Air Besar Sembarangan (BABS) di Tahun 2025 Menuju Kabupaten Tangerang Gemilang.

Zaki mengungkapkan kolaborasi erat dengan mitra dan pendekatan unik yang dilakukan USAID IUWASH PLUS dalam 5 tahun terakhir telah menghasilkan banyak inovasi dan perubahan dalam penyediaan akses air minum dan sanitasi berkelanjutan, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan kelompok rentan.

“Dua regulasi baru telah terbentuk untuk mendukung pembangunan sektor WASH. Sejumlah Rp 27.1 Miliar terkumpul dari berbagai pendanaan termasuk dari swasta untuk untuk mendukung perbaikan sektor WASH. 18 pengusaha di bidang WASH telah didukung untuk penguatan kapasitas dalam menjalankan bisnisnya. Sejumlah perubahan tersebut tidak hanya terjadi di wilayah kerja USAID IUWASH PLUS tapi juga di luar daerah dampingan di Kabupaten Tangerang," paparnya.

Disampaikan bahwa hingga saat ini telah ada hampir 1.000 sekolah dari setiap jenjang mulai dari SD hingga SMA/SMK telah menjalankan program tersebut. Adapun, anggaran program yang disediakan sebesar Rp 20 miliar per tahun.

"Desainnya kebetulan kita dibantu oleh USAID-IUWASH, desainnya adalah lambang benteng karena sanitasi adalah benteng pertama untuk kesehatan," tandasnya.

Diakuinya, mengubah kebiasaan masyarakat tidak semudah membalikkan telapak tangan. Tidak saja mengajak masyarakat untuk menjalani pola hidup sehat, tapi juga soal pemeliharaan sarana prasarana yang sudah terbangun oleh pemerintah daerah.

"Kita menyadari bahwa mengubah mindset masyarakat membutuhkan waktu dan harus terus-menerus diingatkan. Tidak boleh bilang gagal dan menyerah, karena kita bisa melihat dan merasakan adanya perubahan pola hidup masyarakat meski secara bertahap," pungkasnya.

(tn/san)