Penyelarasan Bisnis Pelindo Pasca Integrasi
Minggu, 11 September 2022 | 11:29 WIB
Foto; Pelabuhan/Trustnews
Pasca penggabungan Pelindo selaku holding memiliki tantangan tersendiri. Pelindo harus menyusun roadmap tersendiri, terutama cakupan lang`kah peta perjalanan bisnisnya, baik tahap awal maupun jangka pendek periode 2021-2022.
Di fase ini Pelindo melakukan konsolidasi bisnis, dari yang awalnya 4 Perusahaan dengan rencana bisnis yang berbeda, kemudian dilakukan alignment sedemikian rupa pada seluruh level korporasi yang meliputi Pelindo (Holding), Regional Cabang Pelabuhan, Subholding, serta Cucu Perusahaan.
“Adapun strategi untuk mencapai target jangka pendek ini berfokus pada penyelarasan bisnis pasca integrasi melalui standarisasi dan integrasi operasional dan komersial untuk peningkatan kualitas pelayanan, melakukan investasi terintegrasi untuk pengembangan bisnis, reorganisasi perusahaan dan pengembangan budaya terintegrasi. Hal ini menjadi pondasi dan langkah awal yang cukup krusial bagi Pelindo kedepannya,” ungkap Direktur Utama PT Pelindo Arif Suhartono.
Langkah ini krusial karena pengimplementasian program merger Pelindo ditargetkan dapat menciptakan nilai tambah yang bermanfaat bagi ekonomi nasional. Salah satunya yaitu program standardisasi dan sistemisasi pelabuhan. Hasilnya, selama hampir sepuluh bulan pasca merger, ada peningkatan kinerja dan produktivitas di sejumlah pelabuhan. Peningkatan produktivitas bongkar muat diukur dengan parameter boks per kapal per jam (BSH) dan pengurangan port stay atau waktu sandar kapal di pelabuhan yang diukur dengan jumlah hari.
Tantangan yang menjadi prioritas pasca merger yakni standarisasi seperti operasional Pelabuhan; pemerataan infrastruktur dan suprastruktur Pelabuhan; serta perkuatan kapabilitas dan kualitas SDM di seluruh wilayah kerja.
Di Terminal Peti Kemas (TPK) Belawan, jumlah bongkar muat naik lebih dari dua kali lipat dari 20 boks per kapal per jam menjadi 45 boks per kapal per jam. Kecepatan bongkar muat itu membuat waktu sandar kapal dapat berkurang menjadi setengahnya, dari dua hari menjadi hanya satu hari.
Peningkatan kinerja yang sama terjadi di TPK Makassar dan Terminal Makassar New Port, di mana waktu sandar dapat berkurang dari 2 menjadi 1 hari. Peningkatan kinerja terbaik ada di Terminal Peti Kemas Pelabuhan Ambon. Peningkatan jumlah bongkar muat naik hampir tiga kali lipat, dari 12 boks per kapal per jam menjadi 35 boks. Dampaknya, jumlah waktu sandar dapat terpangkas dari tiga hari menjadi satu hari.
Makin pendeknya waktu sandar dan waktu bongkar muat membuat biaya operasional makin efisien, dan diharapkan trafik kapal dapat meningkat. Bagi pelanggan, baik shipping line maupun cargo owner, dapat memetik manfaat berupa efisiensi biaya dan business opportunity yang lebih besar.
Standarisasi bisnis dan pelayanan kedepannya diharapkan dapat memberikan kontribusi pada penurunan biaya logistik secara bertahap. Pada akhirnya, efisiensi biaya logistik ini dapat membantu meningkatkan perekonomian nasional. Langkah ini penting dilakukan. Apalagi, Pelindo sebagai holding memiliki peran sebagai strategic architect and concession owner yang bertugas menyusun kebijakan strategis korporasi serta memonitor seluruh portofolio bisnis keseluruhan grup.
Pelindo memiliki perpanjangan tangan pada 4 regional yang mencakup seluruh wilayah Indonesia, yaitu Regional 1, 2, 3, dan 4 yang bertugas mengatur kegiatan bisnis pada cabang, anak perusahaan, serta cucu perusahaan yang beroperasi di wilayah regionalnya.
Kemudian portofolio Pelindo dikelompokkan ke dalam klaster-klaster bisnis (sub holding) berdasarkan kedekatan bisnisnya. Hal ini bertujuan agar eksekusi dan pengembangan bisnis dapat lebih fokus sesuai dengan lini bisnisnya. Empat klaster yang dibentuk setelah penggabungan BUMN Pelabuhan, yaitu (1) peti kemas, (2) non peti kemas, (3) logistik & hinterland development, dan (4) marine, equipment, & port services. Rinciannya, PT Pelindo Terminal Petikemas untuk klaster bisnis peti kemas, yang berpusat di Surabaya.
Kemudian, PT Pelindo Multi Terminal untuk klaster bisnis non-petikemas, yang berpusat di Medan. Ada juga PT Pelindo Solusi Logistik untuk klaster logistik dan pengembangan Hinterland, yang berpusat di Jakarta serta PT Pelindo Jasa Maritim untuk klaster Marine, Equipment and Port Services, yang berpusat di Makassar.
“Tantangan yang menjadi prioritas pasca merger yakni standarisasi seperti operasional Pelabuhan; pemerataan infrastruktur dan suprastruktur Pelabuhan; serta perkuatan kapabilitas dan kualitas SDM di seluruh wilayah kerja. Melalui merger, diharapkan tantangan tersebut dapat ditangani secara lebih cepat dan tepat,” tandasnya.
(tn/san)
BACA JUGA