Skenario Baru PT Dirgantara Indonesia
Jumat, 09 September 2022 | 08:10 WIB
Dok, Dirgantara/Istimewa
Awan cumulonimbus bernama Covid-19 itu memaksa PT Dirgantara Indonesia (Persero) terbang rendah guna menghindari turbulensi. Atau, kemungkinan buruk lain yang ditimbulkannya yakni gangguan listrik yang dapat mempengaruhi sistem komunikasi dan navigasi pesawat hingga jatuh.
Begitulah kondisi pandemi dan PT DI yang memukul rantai distribusi. Pandemi yang menuntut mayoritas karyawan bekerja di rumah juga turut menurunkan kinerja perusahaan sehingga perusahaan mengalami penurunan kapasitas kerja 40%.
"Kalau kita bicara PT DI sebagai industri tentu tidak bisa dilepaskan dari global supply chain, dampak global Covid-19 ini melanda PT DI. Kita bicara restriksi perjalanan dan WFH saja bisa mengganggu sehingga technical assistant kita terganggu," ujar Gita Amperiawan, Direktur Utama PT DI, menjawab Trustnews.
"Ketika pandemi melandai, lanjutnya, PTDI mengambil langkah dengan menata ulang strategi korporasi. Bagi kami PT DI permasalahan perubahan skala prioritas pemerintah itu berdampak pada kita. Nah pasca Covid-19, kita juga harus recovery dengan meningkatkan kinerja agar kepercayaan masyarakat kembali terbangun," paparnya.
Menata ulang strategi yang dimaksud Gita, pertama, menyelesaikan semua kontrak kerja tepat waktu. Ini untuk menghindari keterlambatan yang akan berdampak panjang bagi perusahaan, termasuk dari aspek keuangan perusahaan.
"Semua kontrak di tahun 2021 harus selesai tepat waktu. Ini terpenuhi dengan mengirimkan 4 fixed wing dan 4 helikopter. Untuk tahun ini kita harus membuat perencanaan fixed wing dan rotary wing yang tertinggal. Selain itu kita juga berpikir bagaimana delivery ke luar negeri, baru kemarin kita delivery ke Thailand," ujarnya.
Sebagaimana diketahui pada 1 Agustus lalu, PT DI mengirimkan pesawat terbang NC212i untuk Department of Royal Rainmaking and Agricultural Aviation (DRRAA) Thailand.
Penandatanganan kontrak pengadaan 1 (satu) unit pesawat terbang NC212i ini dilaksanakan pada tanggal 18 Juni 2020 antara PT DI dengan A.I.C.E. Enterprises (Thai) Co., Ltd. dengan end user adalah Department of Royal Rainmaking and Agricultural Aviation (DRRAA) Thailand. Selain pesawat ini, masih ada satu pesawat NC212i lagi dari kontrak lainnya yang akan dikirimkan pada Desember tahun ini ke Thailand.
Kedua, PT DI di tahun 2022, ini bisa mendapatkan penjualan yang menjamin perusahaan tidak mengalami kerugian di akhir tahun. "Pendapatan penjualan menjamin kelangsungan bisnis sehingga tidak boleh minus."
Terkait dengan itu, PT DI memulai kerja sama dengan Unity Accipiter Corporation senilai US$150 juta atau setara dengan Rp2,2 triliun di bidang perawatan pesawat C-130. Kerja sama dilakukan setelah menandatangani General Operation Agreement (GOA) eksklusif terkait perawatan, perbaikan, dan overhaul (Maintenance Repair Overhaul/MRO) C-130.
Selain itu, PT DI akan menyediakan antara lain fasilitas, infrastruktur, dan insinyur perawatan pesawat. Sementara itu, UAC akan menyediakan bantuan teknis, pelatihan, dan perlengkapan khusus untuk memungkinkan seluruh cakupan MRO C-130 dapat terlaksana di dalam fasilitas PT DI. UAC juga akan menyediakan akses untuk suku cadang yang dibutuhkan.
Ketiga, mitigasi permasalahan. Ini terkait dengan masih terganggunya global supply chain yang imbasnya dirasakan PT DI. Seperti terlambatnya pengiriman akibat supplier yang tidak memenuhi target delivery dan quality. "Solusinya kita cari vendor baru dan menjelaskan kepada customer serta membangun networking yang baru," ujarnya.
"Tantangan kita adalah bagaimanapun situasi dan kondisinya, kita tidak boleh merugi. Di sisi lain, tantangan baru adalah membangun kembali psikis karyawan agar segera kembali pulih dengan etos kerja yang bagus," pungkasnya. (TN)
BACA JUGA