Wujudkan Peran Penting Bioenergi di Tanah Air
Selasa, 23 Agustus 2022 | 08:37 WIB
Ilustrasi Bioenergi/Foto, soalkimia.com
Kebijakan Energi Nasional telah menetapkan target pemanfaatan energi baru terbarukan pada tahun 2025 sebesar 23% dan capaian kontribusi pada tahun 2021 telah mencapai 12,16%. Berbagai upaya Pemerintah terus dilakukan guna memastikan target tersebut tercapai, salah satunya adalah dengan pengembangan bioenergi.
“Bioenergi sebagai salah satu sumber energi baru terbarukan memiliki peran penting karena berpotensi menggantikan energi fosil di hampir semua sektor, baik sektor kelistrikan maupun non kelistrikan, serta baik sektor industri maupun rumah tangga,” ujar Edi Wibowo, Direktur Bioenergi, Direktorat Jenderal (Ditjen) Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) kepada Trustnews belum lama ini.
Ditambahkannya, program pengembangan bio energi sangat variatif, mulai dari Biofuel, PLT Biomassa, PLT Biogas, PLT Sampah Kota, PLT BBN, Biogas Rumah Tangga, Biogas Komunal, Bio-CNG, dan Cofiring Biomassa pada PLTU. Keberagaman program pengembangan bioenergi diharapkan membuka peluang seluas-luasnya bagi semua pihak untuk dapat turut mendorong pengembangan bioenergi di Indonesia yang tentunya masih menemui berbagai kendala dan hambatan.
Namun demikian, pemerintah sangat serius dalam menunjukkan konsistensinya, terutama dalam mewujudkan pemanfaatan biofuel yang berkelanjutan di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan keberhasilan peningkatan pemanfaatan biodiesel dari tahun 2016 hingga 2021, terutama sejak dilaksanakannya program mandatori B20 pada tahun 2016 dan B30 pada tahun 2020.
Dalam periode tersebut, biodiesel telah memperbaiki neraca perdagangan migas khususnya gas oil yang impornya turun secara signifikan. Sementara me- ningkatnya harga CPO (crude palm oil) telah memperbaiki tingkat kesejahteraan petani.
Keberhasilan pemanfaatan biodiesel tidak terlepas dari program mandatory Bahan Bakar Nabati (BBN) yang dilatarbelakangi besarnya potensi CPO di Indonesia, tahun 2021 berhasil diproduksi sebesar 52,3 juta ton dan tentunya komitmen Pemerintah untuk meningkatkan ke- tahanan dan kemandirian energi nasional dengan target bauran EBT tahun 2025 sebesar 23%.
Adapun Realisasi B30 tahun 2021 yaitu sebesar 9,3 juta KL, dan penghematannya mencapai Rp 66,54 triliun. Penggunaan minyak sawit tahun 2021 sebesar 65%untuk ekspor, sementara untuk biodiesel hanya sekitar 14%. Populasi kendaraan bermesin diesel berkisar 24% dari total kendaraan bermotor, yang menjadi target program mandatori biodiesel.
Diakui Edi tantangan terberat dalam pengembangan bioenergi ini adalah menyangkut kepastian dan komitmen pengembangan feedstock sustainability atau keberlanjutan bahan baku bioenergi ini. Terutama apakah ke depan program ini dapat dimanfaatkan dengan baik atau tidak. Begitu pula halnya menyangkut masalah harga yang juga harus menjadi perhatian khusus.
“Beberapa hal ini merupakan tantangan yang cukup berat. Misalnya, terkadang harga minyak jauh lebih murah ketimbang harga biodiesel. Tapi sebaliknya di bulan Juli tahun ini, harga biodiesel lebih murah ketimbang harga minyak. Tapi rata-rata biasanya harga biodiesel jauh lebih mahal ketimbang harga minyak. Ini yang masih menjadi pertimbangan besar kami karena ujungnya menyangkut masalah aspek sosial dan ekonomi. Makanya mau tidak mau masalah ini harus menjadi perhatian serius kita semua,” tambahnya.
(tn/san)
BACA JUGA