Transformasi Disruptif atau Hilang Ditelan Jaman
Sabtu, 04 Mei 2019 | 05:43 WIB
Direktur Utama PT Jasindo, Edie Rizliyanto
“Jasindo fokus diasuransi kerugian yang cukup besar nilai tertanggungnya. Jasindo selain meng-cover asuransi keuangan dan jaminan, kita juga memberikan jasa penanggulangan resiko seperti pesawat terbang, sumur minyak, pelabuhan, energi pembangkit listrik dan satelit termasuk properti yang besar-besar. Khusus asuransi penerbangan, Jasindo market leader di aviation insurance,” ujar Direktur Utama PT Jasindo, Edie Rizliyanto kepada TrustNews.
Sebagai informasi, merujuk paparan Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) pada September 2018, semester I/2018, AAUI mencatat perolehan premi lini bisnis asuransi penerbangan dan satelit sebesar Rp561,02 miliar atau melonjak 188,2% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang senilai Rp194,7 miliar. Jasindo berkontribusi sekitar 80% dari total premi asuransi penerbangan.
Edie Rizliyanto yang ditunjuk Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai nahkoda baru Jasindo pada 5 Oktober 2018 lalu ini, memancang target pertumbuhan sebesar 10,71%. Hal ini untuk menjaga pertumbuhan bisnis perusahaan.
“Jasindo mencanangkan pertumbuhan 10,71% dari tahun 2018 sebesar 7% sampai 8%, kalau tumbuh di bawah industri tentu market share kita akan tergerus,” ujarnya.
Untuk mencapai target tersebut, lanjut Edie, Jasindo telah menyiapkan lima langkah strategi demi mencapai target tersebut. Antara lain, meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM), penguatan layanan berbasis teknologi, memperluas pangsa pasar yang berkolaborasi dengan perusahaan fintech. Di samping itu, mengenalkan merek jual melalui pemasaran secara digital, penambahan produk korporasi dan retail, serta mempermudah proses pembayaran klaim.
“Model bisnis yang selama ini bersifat owning (kepemilikan) bergeser menjadi sharing (saling berbagi peran). Itu mau tidak mau, bukan menjadi keharusan tapi sesuatu yang harus diikuti kalau tidak akan habis ditelan zaman,” ujar Edie yang tercatat sebagai Direktur Utama PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara sebelum pindah ke Jasindo.
Agar tak habis ditelan zaman itulah, menurut Edie, Jasindo sudah sedari awal mempersiapkan diri dalam memasuki revolusi industri 4.0, sebab diyakini semua sektor akan mengalami dampaknya termasuk jasa keuangan.
"Semua sektor pasti terdampak (Industri 4.0), termasuk jasa keuangan. Oleh karena itu, kami berkomitmen untuk beradaptasi pada seluruh siklus kerja kami," ujarnya.
Apalagi di sektor asuransi yang sampai saat ini kesadaran masyarakat tentang pentingnya asuransi masih kurang, tentu membutuhkan pendekatan yang berbeda dengan menggunakan digital marketing soft selling. Yakni suatu strategi pemasaran yang menyampaikan pesan lebih bersifat emosional dan action.
“Soft Selling tidak memaksa orang untuk membeli asuransi, bisa saja hari ini kita menawarkan sambil merebut emosinya. Lalu melakukan pendekatan (action) melalui edukasi terhadap calon kliennya sehingga memahami manfaat berasuransi, teknik ini membuat calon klien tidak merasa terganggu dan dikejar-kejar,” paparnya.
Sedangkan secara internal, lanjutnya, transformasi pola kerja disruptif akan diintegrasikan pada seluruh divisi Perusahaan dengan orientasi akan menjadi sebuah kultur baru dalam rangka mewujudkan peningkatan efisiensi dan efektivitas kerja, sehingga nantinya akan memberikan nilai tambah bagi tertanggung.
Selain itu, bidikan terhadap generasi millennial, menurutnya, generasi ini lah yang akan memegang tongkat estafet dalam hal pengambilan keputusan di masa depan.
"Tak hanya talent development di internal perusahaan, kami pun meningkatkan branding campaign dengan pendekatan yang lebih kasual lewat berbagai akun media sosial perusahaan," pungkasnya.(TN)
BACA JUGA