Peka Menangkap Peluang Bisnis
Sabtu, 16 April 2022 | 12:38 WIB
foto: Istimewa
ntuk melahirkan kejelian dalam menangkap peluang tersebut, ada syarat utama yang harus dikedepankan, yaitu menghapuskan ego sektoral secara total. Langkah ini penting guna bisa melahirkan National Logistic Ecosystem (NLE) sebagai platform besar bersama dalam upaya mengefisiensikan logistik nasional. Ego sektoral bukan hanya tumbuh di lingkungan khusus tetapi juga da pada diri pelaku usaha, oleh karenanya para pelaku ini juga harus berkolaborasi de-ngan kuat agar bisa menangkap peluang-peluang baru tersebut.
Kepekaan terhadap peluang bisnis inilah yang ingin ditumbuh suburkan Suprapto, Ketua Umum DPP ALFI Jawa Tengah (Jateng) dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kepada para pelaku usaha logistik, khususnya di wilayah Jateng dan DIY.
ALFI merupakan organisasi pelaku usaha di bidang forwarding, Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL) dan Ekspedisi Muatan Kapal Udara (EMKU) di seluruh wilayah Provinsi Jateng dan DIY.
“Justru di masa pandemi saat ini peluang bisnis, khususnya di wilayah Jawa Tengah semakin besar. Contoh konkritnya bisa dilihat dari gambaran di Pelabuhan Tanjung Mas, Semarang. Pertumbuhan bisnis manufaktur di pelabuhan ini sekarang tumbuh hingga 11 persen,” ungkap Suprapto kepada Trustnews.
Bicara logistik, lanjut Suprapto, umumnya bukan semata hanya bicara soal pelabuhan. Banyaknya penduduk di Jawa Tengah dan DIY membuka peluang besar pertumbuhan baru, terutama bagi distribusi pergudangan.
Maka dari itu, mau tidak mau pengembangan sumber daya manusia (SDM) dalam menyikapi kondisi perkembangan tersebut harus bisa disejajarkan. Sertifikasi harus gencar dilakukan, terutama bagi SDM yang berkecimpung langsung di bagian administrasi, gudang hingga sopir. Jika indsutri manufaktur, termasuk konsumsi naik, otomatis berdampak positif bagi para pelaku bisnis di bidang logistik.
Guna mengantisipasi itu SDM-nya harus benar-benar siap. Untuk mendukung kesiapan SDM, ALFI pusat pun memberikan support bagi peningkatan kompetensi tersebut. Di semua bimbingan atau pelatihan kompetensi, semua SDM ALFI DPP Jateng dan DIY, selalu diikutsertakan.
Sayangnya, meskipun persiapan sudah dibentuk, ALFI Jateng & DIY belum mampu maksimal menghadapi persaingan yang berkembang dewasa ini, kuat dan kompleks. Rata-rata para pesaing bisnis ini masuk dengan sistem IT yang canggih. Terkoneksi langsung dengan calon buyer dan supplier.
“Kalau kita saingi dengan memasang IT yang harganya miliaran, yang mikir juga, karena butuh investasi yang sangat besar,” curhat Suprapto.
Padahal sebenarnya, jika diperhatikan seksama industri manufaktur yang masuk di Jawa Tengah, mayoritas membawa perusahaan-perusahan logistik juga. Seandainya perusahan-perusahaan logistik ini bisa dikolaborasikan atau disinergikan dengan baik pasti hasilnya akan jauh lebih baik dan maksimal. Padahal ketika perusahaan-perusahaan logistik asing ini masuk ke Indonesia, tentu mereka akan mencari rekanan juga.
“Jadi sekarang teman-teman optimis bahwa kolaborasi ini bisa berjalan dengan baik. Tidak bersaing tapi harus kolaborasi. Apalagi, kalau kita lihat pertumbuhan bis[1]nis di Pelabuhan Tanjung Mas sangat jelas tergambar. Kami optimis situasi ini bakal memberikan ekses yang sangat positif. Penduduk meningkat, e-commerce juga akan meningkat,” katanya.
Hanya saja, lanjut Suprapto, saat ini untuk bisa masuk ke bisnis logistik non pelabuhan perlu effort yang agak banyak. Pesaingnya sangat banyak. Tapi ALFI Jateng & DIY tidak pernah kehabisan akal untuk bisa masuk ke sektor bisnis ini. Dalam menghadapi persaingan, perlakuan terhadap kompetitor harus diposisikan sebagai rekan, bukan lawan.
“Makanya kalau kita bicara logistik tidak hanya di pelabuhan. Kita mendorong teman-teman di ALFI jangan hanya mikir urusan bea cukai pelabuhan. Itu penting juga karena gerbangnya disitu. Tapi kita melihat juga bisnis yang lain di sektor logistik transportasi itu makin hari makin naik,” jelas Suprapto. (TN)
BACA JUGA