Pendekatan Baru Waskita Realty Lebih Adaptif

TN, trustnews.id
Kamis, 14 April 2022 | 15:17 WIB


Pendekatan Baru Waskita Realty Lebih Adaptif
Eri Prananto, Presiden Direktur, PT Waskita Karya Realty (Waskita Realty)
Beragam cara dilakukan agar perusahaan bisa adaptif di tengah ketidakpastian yang ditimbulkan pandemi.

Pandemi kian menambah beban berat sektor apartemen alias hunian vertikal terkait menurunnya tingkat permintaan masyarakat. Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga, begitu kondisi yang dirasakan para pengembang apartemen.

Ini disebabkan sebelum Covid-19 melanda, masalah menurunnya permintaan sudah dirasakan sebagai dampak dari jumlah pasokan mengalami ledakan. Namun pada saat yang bersamaan terjadi penurunan pada permintaan pasar.

Eri Prananto, Presiden Direktur, PT Waskita Karya Realty (Waskita Realty), mengakui kondisi bisnis saat ini, dalam kurun waktu dua tahun pandemi, dinilai cukup sulit bagi dunia properti. Faktor kebijakan pembatasan gerak menyebabkan menurunnya daya beli masyarakat.

"Dalam kondisi yang tidak pasti sebagai dampak pandemi dalam kehidupan masyarakat, kita melakukan beberapa upaya di internal perusahaan. Seperti efisiensi, pencarian kredit untuk modal kerja dan upaya kreatif lain dilakukan agar perusahaan bisa adaptif dalam situasi saat ini," ujar Eri Prananto kepada TrustNews.

Hasilnya, sepanjang tahun pertama pandemi, 2020, Waskita Realty mampu membukukan laba sebesar Tp48 miliar dengan pendapatan usaha Rp 477,41 miliar dan peningkatan kinerja keuangan pada total aset sebesar 5%.

Selain itu, selama 2020 Waskita Realty berhasil melakukan penetrasi pasar melalui pengembangan proyek, seperti Vasaka The Reiz Condo, Yukata Suites, Vasaka Nines, Vasaka Solterra, 88 Avenue, Waskita Rajawali Tower, Vasaka Bali, Teraskita Hotel, Service Apartment The Reiz Suite, serta kepemilikan cadangan lahan di Kabupaten Bekasi seluas 350ha.

"Kinerja perusahaan relatif aman tetapi dalam kondisi yang kurang sehat, karena kondisi memang tidak memungkinkan, tapi kita survive. Kita bisa lakukan upaya agar tetap bertumbuh dan mencari peluang untuk potensi bisnis ke depan," ujarnya.

"Pembiayaan proyek kita memang mengoptimalkan modal sendiri, tapi juga menggunakan modal konvensional dengan bank, kerjasama dengan mitra. Termasuk modal tanah juga ada dikelola dengan kerja.sama. Kita cari juga modal untuk tetap survive," tambahnya.

Pada saat yang bersamaan, lanjutnya, Waskita Realty konsisten menerapkan prinsip Governance, Risk Management dan Compliance (GRC). Sehingga perseroan pun bisa lebih adaptif dalam menjalankan bisnisnya itu di tengah ketidakpastian sentimen negatif tersebut.

"Jadi GRC ini sebagai enabler atau fasilitator yang sangat powerfull dalam menghadapi bisnis yang hari ini kami hadapi. Dan perubahan bisnis ini sebagai sikap adaptif kami dalam menyiasati kondisi yang ada dengan model bisnis yang baru dan pendekatan yang juga baru. Dan kami bahkan berani untuk memasuki portofolio bisnis yang baru pula," ungkapnya.

"Kita satukan dalam satu visi bahwa kita harus tumbuh, harus memasuki model bisnis baru dengan strategi yang baru. Nah, ini bukan hanya mengeluh dan tidak ada jalan keluar, tapi kita bersama-sama mencari keputusan yang strategis,” tambahnya.

Dengan begitu, beberapa strategi yang bakal ditempuh WSKR di tengah pandemi ini antara lain adalah, optimalisasi pendapatan, optimalisasi efektivitas dan efisiensi biaya, optimalisasi pengembangan bisnis yang menguntungkan, serta optimalisasi strategis dengan mitra usaha.

“Kami ingin menangkap bisnis properti ini yang semula hanya di hotel, apartemen dan lainnya, tapi kita lakukan perubahan revolusioner yakni dengan masuk ke land houses, public housing, dan masuk juga public service, seperti pasar, gudang, RS, dan lainnya. Itu hal baru di kami. Tentu ada resikonya yang akan dihadapi, namun kami tetap adaptif dengan kondisi yang ada,” paparnya.

Dia pun sedikit memberikan gambaran, saat perusahaan memutuskan masuk ke bisnis hotel dengan brand hotel Teraskita. Sebagai upaya pengembangan pendapatan recurring yang diharapkan dapat memperluas portofolio investasi dan meningkatkan profitabilitas perusahaan.

"Saat ini Teraskita ada di empat kota yakni Medan, Jakarta, Bandung dan Makassar. Secara konsumen tentu open market, tapi bisnis hotel BUMN ini memberikan ruang bagi stakeholder untuk bisa memanfaatkan dan menggunakan," ujarnya.

"Hanya saja dalam situasi seperti saat ini kembali bisnis ini cukup besar juga kena dampaknya. Jadi secara umum positif, tapi okupansi tetap mengikuti situasi ekonomi dan pandemi," pungkasnya. (TN)