TERIMA PENGHARGAAN DARI EL-SHINTA
Jumat, 11 Maret 2022 | 08:42 WIB
Foto: istimewa
Prof. Dr. Jimly Ashiddiqie, mengingatkan kepada bangsa ini dalam menghadapi segala permasalahan politik, sosial, budaya, agama, dan sebagainya selagi suasana Isra Miraj mari sama-sama mengambil hikmah periatiwa Isra Miraj dengan naik ketas lalu lihat semua persektif dalam menerima dan menghadapi informasi saat ini. Hal ini disampaikan saat menerima penghargaan dari Radio El-Shinta sebagau nara sumber yang kooperatif dan kontributif. 10/03/2022.
"dalam menghadapi segala macam persoalan bangsa ini, saat ini masih suasana Isra Mirja marilah kita naik ke atas, guna meningkatkan segalanya. dengan naik keatas, melihat secara menyeluruh, dengar semua pandangan. Ini yg dimaksud dgn musyawarah mufakat, dengan
mendengar sudut pandang orang lain, insya Allah ada manfaatnya sebagai sebuah masukan yang sifatnya membangun." ujar Jimly.
Pada penyerahan penghargaan ini juga dilakukan wawancara yang disiarkan secara langsung oleh Radio El-Shinta, mulai dari persoalan dalam negeri dan luar negeri.
Isu yang terjadi dalam negeri yang sedang ramai seperti langkanya minyak goreng, wacana diundurnya pemilu, maraknya buzzer, sampai pada perpindahan Ibukota Negara.
"wacana diundurnya pemilu ini secara normatif tidak mungkin, karena sudah diatur jadwal dan tahapannya. menurut saya itu mungkin partainya saja yang belum siap untuk memajukan calonnya." tegas jimly.
Soal wacana pemilu diundur, Jimly memberikan saran kepada partai-partai agar fokus pada kader yang akan di usung.
"Partai-partai fokus saja dengan kader-kader unggulannya. Jangan terpengaruh dengan hasil survey, promosi saja terus, agar elektabilitas calonnya meningkat." saran Jimly.
Menyoal wacana presiden tiga periode, Jimly melihat hal ini bukan suatu hal yang baru di Indonesia, dan juga diluar negeri. namun harus sesuai konstitusi.
"hal ini memang bukan hanya terjadi di Indonesia, diluar negeri ada yang berhasil, namun ada juga yang tidak. misal di Afrika, atau Perdana Menteri terlama di Kamboja, atau saat Xin jin Ping dengan menghapus pasal pembatasan. sementara di Indonesia pernah dulu mengangkat presiden seumur hidup." Ujar Mantan Ketua MK ini.
Mengenai maraknya buzzer, saat ini memang tengah berkembang tehnologi kiss informasi.
"teknologi diskrustif itu melanda semua, maka isi yang terjadi bukan era tehnolgi informasi, tapi teknolgi miss informasi.
Misal satu peristiwa bisa ditanggapi berbeda dalam setiap grup Whatsapp, bahkan memunculkan kesimpulan yg berbeda-beda pula. satu kejadian bisa memunculkan sepuluh kesimpulan.
Sehingga bukan menebar silaturahim dengan kasih sayang, tapi menebar kebencian. Kini demokrasi isinya bukan damai tapi permusuhan."Tegas Jimly.
Jimly mengingatkan agar jangan semua peristiwa di "goreng" untuk melampiaskan nafsu politik.
"Saya rasa sekarang ini jangan semua "di goreng" untuk memuaskan nafsu politik. Perbedaan pasti terjadi, dengan adanya perbedaan data, perbedaan kepentingan, serta perbedaan sudut pandang." Imbuh Jimly.
BACA JUGA