Dinas Koperasi UKM Jawa Tengah BERJIBAKU DEMI EKSISTENSI UKM
Jumat, 04 Februari 2022 | 09:44 WIB
Dra. Ema Rachmawati, M.HUM Kepala Dinas Koperasi UKM Jawa Tengah
Berdasarkan hasil pendataan sejak akhir 2020, tercatat ada 35 ribu koperasi dan pelaku UKM di Jawa Tengah yang terdampak. Terbesar bagi para pelaku di sektor makanan dan minuman (kuliner). Untuk sektor ini, di wilayah Jawa Tengah paling banyak yang terdampak, menduduki posisi 60% dibanding usaha di sektor lainnya. Menyusul usaha di bidang fashion, kerajinan (craft), perdagangan dan lain sebagainya.
“Selain kita mengadakan pendataan secara menyeluruh, kami juga mendata di seluruh Kabupaten di Jawa Tengah. Terlapor ada 600 ribu lebih UKM yang terdampak. Pelaku usaha mikro mencapai 3,9 juta. Sedangkan yang di sektor pertanian hampir 2 juta pelaku. Begitu juga dengan Koperasi, sejak tahun 2020, meskipun tidak signifikan, tapi jumlah yang terdampak cukup banyak,” ungkap Kepala Dinas Koperasi UKM Jawa Tengah, Dra. Ema Rachmawati, M.HUM kepada Trustnews.
Melihat kondisi demikian, Ema Rachmawati dan jajarannya berusaha membalikkan keadaan menjadi lebih baik. Momentumnya di tahun 2020, bertepatan dengan naiknya sejumlah harga-harga kebutuhan pokok seperti gula dan minyak goreng.
Ema dan jajarannya berinisiatif menggerakkan UKM. Langkahnya dengan memberikan bantuan khusus bagi pelaku UKM di bidang makanan atau kuliner, dengan memberikan bantuan bahan baku. “Langkah ini kami lakukan supaya minimal ada pergerakan dari pelaku UKM yang bergerak di bidang makanan,” lanjut Ema.
Target sasaran UKM yang memperoleh bantuan sekitar 5300 dari pelaku. Jumlah ini setelah dieliminasi, yang sebelumnya mencapai sekitar 10.000 pelaku UKM yang sempat terdata.
Untuk bidang 475 UKM ini, Dinas Koperasi UKM Jawa Tengah membantu dengan membeli masker buatan mereka, yang jumlahnya mencapai lebih dari 2 juta pieces masker.
Yang agak susah didorong pelaku usaha UKM Craft. Pasar mereka masih cukup banyak namun kesulitan memperoleh bahan baku utama mereka dari provinsi lain karena terkendala dengan transportasi. Di masa pandemi kapal yang biasa mengangkut tidak beroperasi maksimal. “Ada pembeli dari luar negeri tapi kapal sama kontainernya nggak ada. Sehingga untuk mengatasi masalah ini kita coba melanjutkan program tahunan bertajuk UKM Virtual Expo. Di masa pandemi ini dilaksanakan secara online,” tegas Ema Rachmawati meyakinkan.
Di luar dugaan, apresiasi untuk UKM di Virtual Expo ternyata masih sangat banyak, terutama dari di luar negeri. Jumlah viewers-nya mencapai 5 ribuan lebih. Pembelinya pun cukup banyak. Bahkan pelaku UKM di bidang Craft dari Salatiga sempat menarik minat pembeli dari Dubai. Hubungannya pun berlanjut hingga sekarang. Melalui berbagai upaya yang dilakukan Dinas Koperasi dan UKM kegiatan ekspor naik hingga 300 persen.
Dari dua kali event Virtual Expo ini diselenggarakan, kami mampu meraup omset sekitar Rp 5 miliar. Itu pun masih terganjal dengan masalah masih banyaknya pelaku UKM yang tidak terbiasa dengan digitalisasi. Jadi agak sedikit kewalahan. Ditambah lagi banyak juga pelaku UKM yang tidak bisa berbahasa Inggris.
Untuk mencegah hal tersebut tidak terulang lagi, para pelaku UKM ini diberikan pendamping dari Dinas Koperasi dan UKM Jawa Tengah. Para pendamping ini dibekali dengan berbagai pelatihan, termasuk e-commerce dan bahasa Inggris, sehingga proses bisnis terutama dari luar negeri tetap bisa terjalin dengan baik dan mudah. Satu orang pendamping targetnya 10 pelaku UKM yang onboarding ke marketplace. Termasuk juga dengan Go Food juga dilakukan onboarding bagi 2400 pelaku UKM makanan ke Go Food dan selama dua minggu itu perputaran uangnya mencapai hampir Rp2,5 miliar.
“Memang kami benar-benar berjibaku supaya teman-teman UKM bisa memasarkan produknya. Karena masalah terbesar di data kami adalah pemasaran. Kedua baru pembiayaan,” ungkapnya.
Ke depan, Ema berharap pemerintah bisa memberikan dukungan bagi kemudahan konsumen para pelaku UKM, khususnya di wilayah Jawa Tengah karena kalau pasar tetap ada UKM akan tetap berproduksi aktif.
Selain itu, harapannya pemerintah memperbesar komitmennya dalam berbelanja di UKM sekitar 40. Kalau target ini tetap tercapai maka eksistensi pelaku UKM dapat dipertahankan. (TN)
BACA JUGA