ROMBAK KULTUR BISNIS DEMI KESEJAHTERAAN PETANI DAN NELAYAN
Rabu, 17 November 2021 | 07:39 WIB
Istimewa
Peran-peran tengkulak yang beragam menyebabkan petani memiliki ketergantungan. Ketergantungan tersebut ditimbulkan oleh adanya hubungan sosial yang bersifat solidaritas dan bersimbiosis sehingga petani tidak dapat keluar dari ikatan tersebut. Di samping itu, tengkulak juga memainkan peran yang besar dengan membentuk jaringan dengan berbagai pihak mulai dari petani hingga pedagang.
Pertanian merupakan salah satu komoditi yang mengalami anomali ekonomi. Sayangnya, ada ketidakseimbangan keuntungan yang menyelimuti bisnis petani di Indonesia. Semua mendapat keuntungan besar kecuali petani. Seolah bisnis yang mereka kembangkan berbasis pada ketidakadilan pembagian keuntungan di sektor petani.
“Untuk menjawab persoalan yang mendasar di kalangan petani, kami mengedepankan inovasi dengan produk yang intinya membuat adanya keterikatan antara lembaga keuangan, jaminan kredit kemudian outstriker pendamping teknis serta para petani ini sendiri. Dari keterikatan ini ada suatu langkah kerjasama untuk membangi keuntungan yang merata dan kami yakini mampu mensejahterakan petani. Kami mencoba merombak kultur yang masih berjalan agar nasib baik selalu menyambangi petani,” ungkap Aji Setyawan Direktur Utama BPR BKK Kab. Pekalongan kepada Trustnews meyakinkan.
Untuk di wilayah Pekalongan, Aji Setyawan dan jajarannya, masih menargetkan Petani Porang untuk projek awal peggunaan produk inovasi yang baru pertama mereka kembangkan ini. Di sisi lain komoditi Porang juga memiliki tingkat risiko yang sangat rendah.
Penilaian ini muncul karena BPR Pekalongan terlebih dahulu sudah memetakan tingkat risiko yang akan timbul ketika mengembangkan inovasi di komoditi porang. Akan tetapi lanjut Aji Setyawan, ke depan pihaknya juga akan menyasar ke seluruh sektor pertanian yang ada di Pekalongan ini.
Prinsip kehati-hatian ini dikedepankan karena BPR Pekalongan memiliki tanggungjawab yang besar selaku pemberi modal talangan, terutama kepada pihak asuransi yang memberikan penjaminan. Untuk tahap awal, semua komponen bergerak bareng pada komoditi yang rendah risiko, baik untuk jangka waktu dan pola tanamnya serta risiko penggarapannya. Kemudian setelah pasarnya muncul komponen-komponen ini berbagi keuntungan yang merata.
“Artinya kami coba menaikkan level atau kesejahteraan petani pada sisi keuntungan yang lebih besar,” ungkap Aji Setyawan bangga.
Selain petani inovasi yang dikembangkan BPR Pekalongan juga menyasar nasib para nelayan di wilayah tersebut. Mereka juga merekam langsung berbagai keluhan dari para nelayan, khususnya saat mereka tidak bisa memperoleh langsung uang hasil penjual ikan mereka saat dilakukan lelang di Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Sebab, untuk memperoleh uang tersebut mereka harus menunggu beberapa saat ketika ikan-ikan itu habis dibeli para pengepul.
Para nelayan ini menginginkan, ketika mereka membawa ikan hasil melaut dijual ke pelelangan langsung memperoleh uang alias cash and carry. Maklum, mereka ingin beristirahat setelah beberapa malam berada di tengah laut untuk menangkap ikan.
“Berdasarkan keluhan itu kami buat satu kreasi inovasi agar bisa sedikit memberikan kemudahan para nelayan ini memperoleh pendapatan hasil melaut mereka dengan cepat. Kami coba megubah kultur yang biasa terjadi dengan menggandeng pengelola TPI untuk bisa segera membayar hasil tangkapan para nelayan tersebut,” ungkap Aji Setyawan lagi.
Dia berharap para stakeholders, baik pelaku perbankan, masyarakat dan pemerintah memiliki satu prinsip dan punya pemahaman yang sama bahwa semua lini ekonomi harus berkeadilan. Hingga saat ini nasib petani dan nelayan tingkat kesejahteraannya masih sangat memprihatinkan. Mereka kerap terpojokkan dari perkembangan ekonomi saat ini, padahal justru merekalah yang paling kuat bekerja keras, tapi justru keuntungan besar didulang para pelaku ekonomi lainnya. (TN)
BACA JUGA