Bukan Hanya Tahan Banting DDS & ECP JADIKAN UMKM GO INTERNASIONAL

TN, trustnews.id
Selasa, 19 Oktober 2021 | 07:48 WIB


Bukan Hanya Tahan Banting DDS & ECP JADIKAN UMKM GO INTERNASIONAL
Indonesia Design Development Center
Para pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memang terkenal badak dan tahan banting. Krisis demi krisis yang melanda negeri ini menjadi bukti eksistensi UMKM.

Pun saat krisis yang ditimbulkan oleh pandemi Covid-19. Sempat terpukul dan terpuruk, namun perlahan mampu kembali menggeliat bangkit. Tak hanya itu, kebangkitannya ditambah dengan ilmu baru yakni menaklukan pasar internasional.

"Pandemi ini membuat perusahaan mengalami kemunduran, karena banyak yang melakukan penundaan. Kondisi ini membuat saya lebih banyak belajar dalam melihat pasar dan target pasar," ujar pemilik CV Raja Serayu, Euis Rohaini kepada TrustNews.

"Bila pintu ekspor kembali dibuka, ibaratnya saya sudah siap dengan peluru. Kita banyak desain produk bahkan sampai ke SWOT. Semuanya kita pelajari untuk lebih memperbaiki perusahaan," ujar Euis yang selama ini mengirim 'laundry basket' berupa batik anyaman sebagai produk unggulan ke negara di Timur Tengah.

Euis mengakui, dirinya sangat terbantu dengan fasilitasi yang didapatkannya dari Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (DJPEN), Kementerian Perdagangan, berupa Designers Dispatch Service (DDS).

DDS merupakan salah satu program DJPEN dalam wadah Indonesia Design Development Center (IDDC). Program ini membantu UKM-UKM Indonesia meningkatkan daya saing produknya melalui pengembangan desain untuk mendorong meningkatkan ekspor produknya ke mancanegara.

"Alhamdulillah, saya juga banyak dibimbing DJPEN cara mencari buyer dalam perdagangan internasional dan mengatasi berbagai kendala yang dihadapi untuk menjadi eksportir. Sangat membantu banget," jelas Euis.

Ahmad, pengelola Ruby Craft Workshop menyatakan dirinya merasakan kehadiran pemerintah melalui DJPEN. Pihaknya mendapatkan fasilitas program pendampingan desain, DDS seperti halnya CV Raja Serayu. Ditambah lagi, sebagai peserta DDS, Ruby Craft juga diikutsertakan dalam pameran produk ekspor terbesar, Trade Expo Indonesia (TEI) 2019 lalu di ICE, BSD City, Tangerang.

"Sangat berpengaruh pameran yang difasilitasi DJPEN, karena yang diundang tidak hanya peserta lokal saja tapi juga mengundang buyer dari berbagai negara. Intinya kita para pedagang dan buyer dari berbagai negara dikumpulkan dalam satu tempat. Sehingga bisa langsung berkomunikasi," ujar Ahmad menjawab TrustNews.

Sebagai informasi, TEI merupakan ajang promosi tahunan berskala internasional. TEI memamerkan produk dan jasa terbaik di Indonesia, mulai dari produk manufaktur, produk kreatif inovatif, industri strategis, hingga kerajinan.

"Karena komunikasinya langsung dan buyer tertarik bisa terjadi pemesanan. Ini bisa jadi penghasilan bagi perusahaan, apalagi kalau pandai merawatnya tentu akan jadi panjang kerjasamanya. Bahkan kalau produksinya nambah bisa diberikan bantuan pinjaman, pengembaliannya dipotong dari pakai invoice berapa persen sampai lunas,"paparnya

Beragam produk Ruby Craft, mulai dari talenan kayu jati, set carara cake stand tinggi, lumpang marmer, japitan makanan, mangkok jati dan lainnya. Tercatat lebih dari 80 produk yang dihasilkannya.

Direktur Utama PT Guna Graha Gemilang, Gunawan Samadi merasa terbantu dengan keberadaan program DJPEN yaitu ECP, dan keberadaan perwakilan perdagangan, Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) yang tersebar di banyak negara di luar negeri.

ECP merupakan kegiatan pembinaan UKM selama setahun. Pendampingan mencakup kegiatan peningkatan kualitas produk, kesiapan proses ekspor, pemasaran dan mencari potensial buyer, perbaikan manajemen produksi, daya saing produk, desain dan kemasan produk untuk tujuan ekspor, serta pengembangan tim ekspor pada perusahaan. Program pendampingan ekspor ini sendiri telah berlangsung sejak tahun 2010.

"Perusahaan kita salah satu yang terpilih untuk mendapatkan fasilitas ECP ini, kita ini termasuk yang beruntung. Lewat program ITPC atau program Kemendag lainnya, perusahaan jadi sering ikut pameran ke luar negeri," ujarnya kepada TrustNews. Namun lagi-lagi diakuinya, pandemi membuat semua rencana kerja perusahaan tertunda.

Pameran terakhir yang diikuti Guna Graha Gemilang adalah Bahrain International Garden Show (BIGS) di Maret 2020. Hanya saja, ajang ini ditunda penyelenggaraannya akibat pandemi. Meski ditunda, namun keberadaan mereka di Bahrain tidak sia-sia karena difasilitasi untuk bertemu dengan dua perusahaan yaitu Asghar Ali Co. W.L.L. dan Bahrain Dalla for Food Factory Co.

Dalam pertemuan dengan Asghar Ali, Guna Graha Gemilang menjelaskan tentang perusahaannya dan memperkenalkan berbagai macam produk-produk potensial yang dimilikinya, antara lain kulit kayu gaharu, kayu gaharu injection, bubuk gaharu, dan sabun gaharu.

Sebagai informasi Asghar merupakan perusahaan yang memproduksi dan memasarkan produk-produk oud, pewangi ruangan, dan toiletries. Selama ini, banyak mengimpor kayu gaharu dari Cina, Vietnam, Thailand dan Kamboja.

Adapun dengan Bahrain Dalla menyatakan memerlukan supplier dalam jumlah besar untuk kelapa parut, kayu manis, pala, cengkeh, jahe kering, dan bunga lawang. Mereka setidaknya memerlukan 1 kontainer 20 feet untuk kelapa parut yang memiliki kandungan minyak setidaknya 65% serta 1 kontainer 40 feet untuk bumbu dan rempa-rempah lainnya.

Guna Graha Gemilang menyatakan akan mencoba untuk menjajaki kemungkinan supply kelapa parut. Ini terkait dengan latar belakang perusahaan yang bergerak di bidang 'Gaharu Budidaya'.

"Kita mempunyai produk unggulan Gaharu Budidaya yang dikembangkan menjadi manufacturing berupa chip kulit. Ini banyak peminatnya di luar negeri, kalau di Arab banyak dipakai untuk pewangi aromatik di Mekah atau menjadi tasbih. Kalau di Korea Selatan dipakai sebagai bahan pengobatan," paparnya.

Hal senada dikemukakan oleh pemilik PT Kharisma Jati Utama, Imam Agus Faisal yang juga menerima fasilitas ECP. Melalui
program ECP, PT Kharisma Jati Utama berhasil mendapat pembeli dari Yunani dengan jumlah pesanan 10 kontainer untuk produk serbuk kayu.

“Saat mengikuti program ECP dipelajari bagaimana mencari pembeli luar negeri. Setelah itu, kita berhasil mendapatkan beberapa buyer, salah satunya dari Yunani. Banyak pangsa pasar di luar negeri, yang diperlukan adalah mempelajari bagaimana menembus pasar di negara tujuan ekspor," ujar Imam.

Imam menambahkan, materi yang diajarkan dalam program pendampingan ECP sangat lengkap, mulai dari bagaimana ekspor, menentukan harga ekspor, mencari buyer dan masih banyak lagi.

Pelaku usaha mendapat bimbingan mengenai tata cara ekspor dan informasi mengenai negara tujuan ekspor. Di samping itu, para peserta dapat membuka peluang di negara tujuan ekspor didampingi praktisi pelaku ekspor.

Pada penyelenggaraan TEI 2019, sebelum pandemi Covid-19, ECP berhasil membukukan transaksi USD 8.320 ribu. Nilai tersebut tertuang dalam penandatanganan 6 (enam) MoU dengan pembeli dari Belgia, Malaysia, Singapura, Korea Selatan dan Nigeria.

Selama 1 tahun program ECP yang terdiri dari 8 (delapan) tahapan. Diantara tahapan tersebut, dilakukan business matching dengan buyer luar negeri melalui video conference. Peserta ECP mendapatkan kemampuan untuk memetakan kekuatan dan peluang di pasar negara tujuan ekspor; negosiasi dagang; perumusan kontrak dagang; perhitungan harga ekspor, pengembangan produk dan pasar, dan masih banyak lagi. (TN)