Ya Allah Tolong Kami, Rakyat Indonesia Memerlukan Bantuan Mu ya Allah
Minggu, 22 Agustus 2021 | 19:11 WIB
Jurnalis Andrian Setyo a.k.a Bulle
Di bulan Agustus 2020, disaat negeri kami diserang Pandemi berupa penyakit Flu, banyak rakyat yg sudah diambang kehancuran berbentuk ekonomi, berjeritlah rakyat melalui ekspresi melaluli karya coretan dinding, ada yang menuliskan,
"Tuhan Kami Lapar," ada yang melukis foto mural seseorang yang di coret pada bagian mata dengan 404 note font. Teriakan ekspresi rakyat ini adalah sebagian dari HAK mereka untuk berpendapat. Namun para penegak hukum berekspresi berlebih.
Di negara merdeka ini, kita belum sepenuhnya merdeka, di Negara yang penegak hukumnya bermoto Presisi ternyata belum sepenuhnya Presisi. Pemimpin Negara Pak Jokowi menilai agar tidak melakukan reaksi yang berlebihan dikarenakan memang ekspresj kebebasan berpendapat adalah milik rakyat Indonesia. Dalam catatan saya, tidak ada kesalahan dalam melakukan ekspresi jiwa yang dilakukan para rakyat kepada negeri tercinta ini terhadap kepala negara dan negara tercinta ini.
Dari beberapa penuturan yang membuat saya tergelitik adalah yang menyatakan Kepala Negara adalah lambang negara, apa mereka tidak dapat membedakan lambang negara Indonesia Burung Garuda dan kepala negara ?.
Bapak penegak hukum yang terhormat, lebih bijak lah dalam menanggapi kritikan rakyat, sesungguhnya rakyat cinta kalian jika rakyat masih mengkritik, apa jadinya negeri ini jika dibungkam dalam melakukan kebebasan dalam berekspresi. Kita pun menyadari kebebasan berekspresi dan berpendapat pun ada koridor koridor hukum yang tidak bisa dilakukan seperti melakukan fitnah dan lainnya. Namun ini para rakyat hanya mengekspresikan pendapatnya kepada mereka yang dapat menyadari kesalahannya.
Tidak hanya kebebasan berpendapat dan berekspresi, dalam minggu ini juga banyak link di media Nasional yang memberitakan mengenai Teriakan Ibu saat anaknya di tahan penegak hukum dan mengalami bully di dalam tahanan, tidak hanya mendapatkan tekanan mental, sang anak pun menghubungi ibunya dengan meminta uang 10juta untuk sewa kamar.
Wow, tergelitik otak kecil saya, yang menjadi pertanyaan adalah kenapa tahanan dapat menghubungi keluarga lewat telephone seluler. Kita tau dan telah menjadi rahasia publik bahwa masuk tahanan pun harus membayar sejumlah uang sewa kamar, saya sering mendapati informasi seperti itu.
Namun pihak penegak hukum juga harus dapat menjelaskan kenapa alat komunikasi dapat masuk ke dalam sel tahanan penegak hukum.
Para bapak penegak hukum yang saya sangat hormatj, tolong bapak dapat menghormati kritik dan masukan kita para jurnalis, jangan lah bapak semena mena terhadap jurnalis, bahkan saya mendapat intimidasi saat akan masuk ke dalam ruang tahanan, saya saat itu akan mewawancara pimpinan bapak, namun hanya intimidasi yang saya dapat.
Di dalam peredaran narkotika pun banyak kejanggalan kejanggalan yang saya temukan, dari para pelanggaran masyarakat yang memiliki narkoba yang dihukum dan pelanggar narkoba yang memiliki banyak uang dan bisa membayar penegak hukum dan akhirnya dapat menghirup udara bebas.
Perlakukan sama rata di mata hukum, kita rakyat jangan kalian beda bedakan dari segi keuangan. Para penegak hukum juga harus buka mata karena banyak diantara kalian yang terjebak dalam penyalahgunaan narkotika dan saya banyam melihat dengan mata kepala saya sendiri mereka terlibat di dunia gelap tersebut.
Ingat para penegak hukum jangan lah kalian semena mena tethadap kami, kami hanya rakyat sipil yang masih memerlukan bapak sebagai penegak hukum di negeri kami, kami memerlukan bapak sebagai pembimbing hidup kami dalam melakukan aktifitas karena dengan adanya kalian kami dapat hidup nyaman.
Ya Allah ingatkan lah mereka sesungguhnya mereka sama dimatamu ya Allah, hanya kepadamulah saya dapat berbicara dan mengadu, karena kita rakyat sipil ini tidak dapat berbuat banyak dalam segi hukum.
Catatan kecil di Bulan Agustus
Penulis : Andrian Setyo a.k.a Bulle
BACA JUGA